Official REVIEW OF THE MONTH - EVENT September

Mereka yang Bernyali!

HyuiO ~ REPUBLIK #JANCUKERS (Sujiwo Tejo)
Tral ~ SANG PEMIMPI (Andrea Hirata)
Tral ~ CADO-CADO (Ferdiriva Hamzah)

---

kalau mau liat-liat review bulan lalu buat referensi dan gambaran bisa mampir ke sini yah

REVIEW OF THE MONTH - JUNE EDITION
REVIEW OF THE MONTH - JULY EDITION

 

mau tanya dulu nih
klo buku dengan judul dengan konotasi kotor, J yang terkenal di jawa timur itu lhoo

boleh ga?

 

boleh dunk ...


mau ngreview REPUBLIK JANCUKERS yah

 

baru buka ini thread lagi, ga ada notif padahal udah disuskriip

asiik, udah diizinkan. iya, mau coba review itu
meluncur dulu

---------
wah, baru baca. sekarang ada tema ternyata.
pas untungnya buku pilihan awak ini

 

waduh, saya yang pertama nih?

Judul: REPUBLIK #JANCUKERS
Penulis: Sujiwo Tejo
Genre: Non-Fiksi Umum, Sosial (Kebudayaan, Sejarah, Sosiologi)
Penerbit: Kompas
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 400
ISBN: 9789797096779
Rating: 8/10​

Spoiler: sinopsis resmi

Di negeri #Jancukers mobil kepresidenan mengalah pada mobil yang mengangkut perempuan yang akan melahirkan, siapa pun perempuan itu: pakai tas Hermes atau pun tas keresek.

Di negeri #Jancukers setiap jomblo diberi pasangan part-timer. Negara Republik #Jancukers tak cuma memelihara fakir miskin dan anak-anak telantar. Kaum jomblo termasuk bagian yang paling sah untuk diperhatikan.

Dan, believe it or not, di negeri #Jancukers nyaris tak pernah ada bentrok antarsuporter bola karena di stadion, sebelum berlangsungnya laga, puluhan ribu penonton bola sudah dihidangi prasmanan bermutu...

Negeri #Jancukers adalah buah perenungan Sujiwo Tejo. Tidak seutopia yang digagas Platon, tetapi ideal seperti yang dicita-citakan para pendiri negeri ini lebih dari 67 tahun yang lalu.

Republik #Jancukers ditulis dengan gaya lucu dan urakan khas sang Dalang Edan, yang ingin mengajak kita agar waspada terhadap orang yang sopan dan santun, sekalian mencairkan segala formalitas yang kian sumpek dan beku.

Kumpulan esai yang pantas disimak siapa saja, mulai dari yang sekadar tak buta huruf sampai profesor; "tapi tak bisa dibaca oleh siapa pun yang sedang diliputi kemunafikan," begitu katanya..

Spoiler: Pembukaan

Review​

Siapa yang tidak mengenal dalang gendeng yang satu ini?
Seniman yang satu ini telah menorehkan genre tersendiri dalam seni pentas dengan kreativitasnya yang orisinal. Pemikiran-pemikirannya yang tidak biasa menciptakan sebuah negeri baru yang dinamainya Republik Jancukers, sebuah negeri yang anti pencitraan dan kemunafikan. Negeri yang tidak seutopia yang digagas plato, namun itu yang menjadi kelebihannya karena tidak mematikan kemungkinan terjadinya.

Republik #Jancukers adalah buah perenungan Sujiwo Tejo yang disajikan dalam 85 tulisan pendek dan 14 lagu sehingga totalnya 99 sajian. Republik jancukers adalah republik khayalan yang dibangun oleh rasa tulus dan kehendak untuk akrab satu sama lain. Menurutnya, jancuk itu serbaguna seperti pisau. Dengan niat tak tulus, ia dapat menyakiti. Tapi, dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam pergaulan, jancuk laksana pisau bagi orang sedang memasak. Jancuk dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja.

Buku ini penuh dengan sindiran, sentilan-sentilan dalam guyonan. Sindiran-sindiran tersebut merefleksikan situasi sosial-politik-budaya kekinian. Pembaca diajak untuk membuka pikirannya dan melihat masalah-masalah melalui kacamata yang berbeda. Lontaran pikiran-pikirannya terkesan ngawur dan nyeleneh tapi benar dalam konteks tertentu. Elemen itu bisa membuat pembaca ikut tenggelam di negeri jancukers yang digagasnya.
Mungkin, jika ada kriminal senayan yang membaca buku ini, bisa gerah dibuatnya, haha.

kekurangan yang saya temukan dari buku ini salah satunya adalah sulit untuk memahami sebagian maksud dari buku ini, bila belum mengenal sosok Sujiwo Tejo yang memang sangat aneh kepribadiannya, hehe.
selain itu, mungkin ada guyonan yang sulit diterima bila tidak tahu fenomena-fenomena sosial yang sedang terjadi saat ini.

yaaa, buku ini dengan segala kekurangan tersebut masih bisa dinikmati lembar demi lembarnya.
Yuk, mari kita nikmati indahnya negeri jancukers ini.

 

mbak, macem saya gini boleh ikut lagi nggak?

 

y boleh lah

 

SANG PEMIMPI


Judul : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata
Genre : Roman
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Juli 2006
Jumlah Halaman : 292
ISBN : 979-3062-92-4
Rating : 4,1/5
​

Sinopsis Singkat

---

Spoiler: Sinopsis

Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea Hirata bercerita tentang kehidupannya di Belitong pada masa SMA. Tiga tokoh utama dalam novel ini adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal tak lain adalah Andrea Hirata sendiri. Arai adalah saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Jimbron merupakan teman Arai dan Ikal yang sangat terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya melewati kisah persahabatan dan kehidupan sejak kecil di tanah Belitong, dan bersekolah di SMA Negeri Manggar.

Review

---

Sudah sangat lama saya membaca buku ini. Awal ketertarikan saya membaca novel ini, saat saya masih SMU, dan direkomendasikan oleh guru dan teman saya. Kawan kawan semua pasti sudah tak asing dengan novel ini. Setelah sukses dengan buku pertamanya, Andrea Hirata merilis buku keduanya. Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi menjadi National Best Seller di Indonesia dan banyak dipuji oleh para kritikus, pengarang dan jurnalis Indonesia.

Sang Pemimpi mengisahkan tentang tiga sahabat yang masih SMU dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu “Bekerja Keras” dan “Mimpi”. Novel ini diceritakan dengan alur yang maju-mundur. Gaya bahasa yang begitu menarik dan sederhana, menjadi salah satu daya tarik dalam novel ini. Kisah yang dituturkan sangat sederhana dan riil, mampu menyentuh hati para pembaca, seolah kita diajak melihat hal yang nyata dan pernah terjadi pada pembaca saat masa SMU-nya.

Kisah dalam novel ini tidak berkaitan dengan novel pertamanya, Laskar Pelangi. Sang Pemimpi merupakan kisah yang berbeda, dengan satu tokoh utama yang sama yaitu Ikal. Walau tak meneruskan cerita Laskar Pelangi, Sang Pemimpi tidak akan mengecewakan para pembaca setia yang mengikuti tetralogi ini. Sang Pemimpi menceritakan lika liku kehidupan SMU Ikal bersama teman-temannya Arai dan Jimbron. Setiap bab yang diceritakan terasa seperti kumpulan cerpen yang berbeda namun masih berkaitan dengan bab sebelumnya.

Persahabatan dan kenakalan biasa anak SMU, kisah-kisah inspiratif dan memotivasi, kisah cinta ABG, hingga kehidupan sulit sang tokoh utama saat merantau untuk menempuh tersaji lengkap dalam novel ini. Inspirasi dari novel ini akan banyak kita dapatkan dari setiap tokoh yang diceritakan, terutama dari tokoh Arai. Novel ini sarat akan nilai Sosial, Budaya dan Agama, dan sangat kental dengan budaya Melayunya. Pesan moral yang dapat diambil dari novel ini adalah dengan kerja keras dan cita-cita, kita dapat mewujudkan hal yang kita impikan.

mengutip kalimat motivasi dalam novel ini

kalo masih banyak kekurangan

 

yosh...dua reviewer masuk



ayo mana yang lain...

 

klo kelon boleh ikutan nggak mbak

 

silakan aja klo mau ikutan

lah wong pake klon ato pake mastah dikirmnya juga ke alamat yang sama

 

CADO-CADO (CATATAN DODOL CALON DOKTER)


Judul : Cado-Cado (Catatan Dodol Calon Dokter)
Penulis : Ferdiriva Hamzah
Genre : Komedi, Sosial
Penerbit : Bukune
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 208
ISBN : 9786028066125
Rating : 3,4/5​

Sinopsis Resmi

---

Spoiler: sinopsis

Selama ko-ass, aku harus menghadapi macam-macam tingkah pasien. Dari mulai pemarah, pemalu, periang, penggerutu, mirip cerita Smurf-lah.

Aku pernah dapet pasien preman, tiap mau aku suntik pantatnya dia pasti mengancam, "Awas kalo sakit ya Dok! Kutonjok kau!".

Ada juga pasien yang hobi banget menjodoh-jodohkan anaknya sendiri, "Dokter, ini anak saya mau kenalan, ini namanya Sari. Anak saya cantik ya Dok, seumuran Dokter lagi! Dulu dia laki-laki, sekarang udah perempuan kok Dok." Gimana aku gak stress?

"KOAAAAS!!!! PASIEN BARUUU!" teriak seorang suster.
"Iya tau," kataku sedikit ngedumel.
"Pasien apa, Sus?"
"Minum racun serangga," jawab suster itu.
Lalu aku memperhatikan wajah lemah pasien yang masih setengah sadar itu.
"Heh! Nih kan cewek, kok masuk ke bangsal cowok?" tanyaku heran sambil memperhatikan kembali pasien di atas brangkar.
"Eemmm," tiba-tiba suster itu membisikkan sesuatu ke telingaku,
"pasiennya waria. Banci!"

Ferdiriva Hamzah bukanlah calon dokter lagi, melainkan udah dokter beneran. Dalam buku Cado-Cado #1: Catatan Dodol Calon Dokter, kamu akan menyimak 14 pengalaman lucu Riva sewaktu menjalani koass atau pendidikan lanjut mahasiswa kedokteran dulu. Dari mulai dijebloskan ke ruangan penuh orang sakit jiwa sampai gemeteran merawat pasien waria.

Review

---

Waktu saya dirawat di klinik dulu, teman saya di ruang tunggu sedang membaca buku ini sambil tertawa terbahak-bahak, saya pun penasaran dan bertanya “Hey Bro!, buku apa so yang ngana baca ?”, dan temanku langsung memberikan rekomendasi buku ini. Buku ini bisa jadi alternatif bagi pembaca yang menyukai buku dengan genre Komedi.

Catatan Dodol Calon Dokter ini menceritakan pengalaman sang penulis buku, tak lain adalah Dr. Ferdiriva Hamzah saat masih menjalani Ko-Ass (Praktek sebelum menjadi seorang dokter). Pengalaman nyata seorang calon dokter sebelum menjadi dokter, bagaimana ia akan bertemu pasien dengan berbagai situasi dan kondisi, berlatih untuk menghadapi kesibukan seorang dokter, semua diceritakan dalam buku ini. Disajikan dengan gaya humoris, buku ini bisa membuat saya yang membacanya tertawa sampai terbahak. Banyak hal-hal yang konyol dan lucu yang didapat sang penulis selama Ko-Ass. Orang yang berpendapat bahwa masa Ko-Ass yang dikatakan sulit dan disebut kerja paksa, ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Saya bahkan yang bukan seorang dokter, sangat menikmati dan bisa memahami saat membaca buku ini, dan tentu saja mendapatkan banyak pengetahuan di dalamnya.

Walau bergenre komedi, tak luput pula sang penulis menuliskan kisah yang menyentuh dan menjadi inspirasi bagi para pembacanya lewat pengalamannya dari Ko-Ass. Salah satu contohnya (spoiler), dr.Riva menceritakan fenomena sosial dari pasien waria yang ia dapatkan, waria yang dikucilkan oleh masyarakat, serta dianggap berbeda, ternyata memiliki sifat yang lebih setia kawan dan mau membantu temannya yang sakit, mengumpulkan uang dan mengamen di rumah sakit. Kekurangan dari buku ini mungkin dari gaya bahasa yang digunakan, banyak kata yang tidak baku digunakan, namun bahasa yang mudah dimengerti serta memiliki cerita yang unik serta lucu dapat menutup semua kekurangan buku ini. Pesan moral serta nilai-nilai sosial juga banyak yang bisa dipetik dalam buku ini.

Bagi yang suka membaca pengalaman nyata seseorang dengan gaya cerita yang humoris serta bacaan ringan sebagai pengisi waktu luang, buku Cado-Cado ini sangat direkomendasikan.

 

udah ada 3 review yang bernyali

---

Mereka yang Bernyali!



HyuiO ~ REPUBLIK #JANCUKERS (Sujiwo Tejo)
Tral ~ SANG PEMIMPI (Andrea Hirata)
Tral ~ CADO-CADO (Ferdiriva Hamzah)

---

kalau mau liat-liat review bulan lalu buat referensi dan gambaran bisa mampir ke sini yah

REVIEW OF THE MONTH - JUNE EDITION
REVIEW OF THE MONTH - JULY EDITION

 

review buku kedua

​

Judul	:	[FONT=Arial, sans-serif]Bangun Lagi Dong Lupus[/FONT]
Genre	:	Komedi Remaja
Penulis	:	Hilman Hariwijaya
Penerbit	:	[FONT=Arial, sans-serif]PT. Gramedia Pustaka Utama[/FONT]
Tahun Terbit	:	2013
Jumlah Halaman	:	336
ISBN	:	[FONT=Arial, sans-serif]97[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]8[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]-[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]979[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]-[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]22[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]-[/FONT][FONT=Arial, sans-serif]9430-9[/FONT]
Rating	:	4/5

Spoiler: sinopsis

Meski masih anak baru di SMA Merah Putih, Lupus langsung jadi pahlawan. Dia menolong teman-temannya, Boim, yang hampir jadi sasaran tinju anak-anak SMA lain. Dia juga membantu Gusur yang kelaparan karena nggak boleh ngutang lagi di warung. Tapi yang lebih keren, Lupus jadi pahlawan di hati Poppi yang habis diduain Daniel, sang ketua OSIS. Memang ada-ada aja deh tingkah Lupus yang selalu aneh bin ajaib untuk diceritakan

Spoiler: review

Lupus, ya Lupus. Siapakah sih yang tidak kenal ama tokoh satu ini, anaknya baik hati, tidak sombong, suka menolong, dan rajin menabung (eh). Jika kalian lahir di tahun 90an, pasti sudah akrab dengan nama ini.

Agak aneh sebenarnya membaca judul dari buku ini, awalnya saya kira cetakan ulang dari bukunya yg berjudul Bangun Dong Lupus, ternyata bukan. Buku ini merupakan presequel dari buku pertamanya, yah kalian cari tahu sendiri saja bukunya yang mana

Di buku ini dikisahkan bagaimana si Lupus pertama kali memasuki SMA Merah Putih, bertemu dengan Boim dan Gusur, serta bertemu dengan pujaan hatinya, Poppi (kalian pasti kaget dengan cerita pertama kali Lupus bertemu dengan Poppi). Cerita di buku ini ringan tapi membuat kita penasaran, alurnya lumayan cepat dan mengalir, walau di beberapa paragraf terasa sedikit berbelit-belit. Banyak hal yang bisa di pelajari dari buku ini, terutama tentang masalah percintaan anak muda , tapi buku ini tidak begitu menekankan masalah asmara, lebih menekankan ke rasa persahabatan. Banyak kisah-kisah lucu di buku ini, bagaimana si Boim hampir digebukin karena mengganggu pacar orang, si Gusur yang disuruh cuci piring karena dikira anak buah maminya Lupus. Perjuangan Lupus mendekati Poppi, ini patut ditiru dan diamalkan . Tidak cuma itu saja, kejadian-kejadian sosial yang sering terjadi di sekitar kita juga terselipkan di sini.

Ada beberapa hal yang tidak saya sukai di buku ini, penggambaran si Lupus masih kurang begitu slengekan, malah terkesan biasa saja. Kalau orang bilang, so so, ada feel yang hilang, tidak seperti di buku-buku yang sudah diterbitkan lebih dulu. Lalu, ada penambahan unsur kekinian, semacam blackberry, artis-artis Korea, saya sempat mengernyitkan dahi, dan cuma bilang dalam hati: “oh oke, mungkin si pengarang ingin membuat buku ini akrab dengan gaya hidup anak muda jaman sekarang ”

Tapi, terlepas dari semua itu, buku ini sangat menarik, simpel, menyenangkan, bahkan untuk dibaca berulang kali, cocok dibaca ketika kita lagi mumet . Penasaran kan??? Cepat beli (eh, promosi), kalau tidak punya uang, pinjam sama teman yang punya, tidak akan menyesal membaca buku ini.

 

Hati yang Damai


Judul : Hati Yang Damai
Penulis : Nh. Dini
Genre : Romance, Fiction
Penerbit : Pustaka Jaya
Tahun Terbit : 1961
Rating : 4/5​

Sinopsis

---

Spoiler: sinopsis

HATI YANG DAMAI menceritakan seorang istri penerbang tatkala suaminya mendapat kecelakaan, terlibat dalam peristiwa cinta segi empat, tapi akhirnya ia menemukan kedamaian dalam hatinya dalam keluasan hati suaminya.

Review

---

Novel ini mengisahkan tentang Dati, seorang wanita yang memiliki suami bernama Wija, yaitu seorang pilot angkatan udara yang pada masa itu di Indonesia sedang mengalami konflik di sumatera, sehingga Wija tentunya harus menunaikan kewajibannya. Tinggallah Dati dengan dua orang anak, dan sedang mengandung dua bulan. Di sini dati mengalami konflik batin, pikiran seorang istri yang memikirkan keselamatan suaminya dan hadirnya kembali Sidik, pria yang dulu pernah dicintainya. Hal yang menguatkan Dati untuk berpikir untuk masih memendam rasa kepada Sidik adalah, bahwa Dati merasa dia belum mencintai Wija sepenuh hatinya, dia hanya merasa aman berada di sisi Wija. Selain Sidik, hadir pula Nardi, seseorang yang dulu pernah mencintai Dati, bedanya dengan Sidik, Nardi yang sekarang tidak memaksakan keinginannya untuk memiliki Dati, namun hanya ingin berteman dengan Dati dan Wija.

Yang membuat Dati bisa bertahan adalah anak-anak Dati dan teman-teman Wija yang selalu menghiburnya setiap saat. Namun apalah arti semua itu tanpa kehampaan karena ternyata Dati masih menyimpan perasaannya kepada Sidik. Apalgi Sidik kini mengetahui tempat tinggal Dati, sehingga dia bisa leluasa mengunjungi Dati setiap saat. Hingga akhirnya terjadi sesuatu terhadap Wija, pesawatnya hilang. Dati kian menjadi wanita yang benar-benar rapuh, sehingga memungkinkan Sidik untuk mendekati Dati lebih intim lagi, sampai akhirnya Dati mengkhianati suaminya, pernikahannya.

Sosok Sidik yang dulu pernah menjadi teman spesial Dati, digambarkan sebagai seorang yang egois dan merupakan orang yang berkuasa. Saya sangat heran orang seperti Sidik ini ada, orang yang suka memaksakan kehendak. Dengan persepsinya dia bisa mendekati wanita mana saja yang dia sukai, bahkan sampai tidur dengan wanita tersebut. Nh Dini membuat tokoh Sidik ini menjadi bumbu yang lengkap di cerita Dati tersebut, penulis sangat sukses dengan menghadirkan sosok Sidik ini.

Sudut pandang Dati sebagai seorang wanita dan istri sangatlah kuat bagi saya, cerita yang dibuat Nh. Dini sangat memperlihatkan konflik batin yang kuat yang sedang dialami Dati. Walaupun cerita di novel ini tergolong pendek (bukunya cukup tipis), namun kisah cinta Dati sangatlah mengena sekali buat saya. Apalagi dengan perbuatan yang telah dilakukan Dati, mengkhianati suaminya sendiri, padahal ia sendiri sangat mengharamkan perbuatan selingkuh. Novel ini sangat bagus menurut saya, kisah seorang wanita yang bergejolak perasannya ini patut untuk dibaca wanita-wanita sekarang, novel inipun tidak ketinggalan jaman, kisahnya masih aktual untuk saat ini.

 

Judul: Test Pack
Penulis: Ninit Yunita
Genre: Metropop
Penerbit: GagasMedia
Tahun Terbit: 2005
Jumlah Halaman: xiv +230
ISBN: 979-3600-96-9
Rating: 3.6/5​

Spoiler: Sinopsis Resmi

Sebagian dari kita mungkin ada yang mencintai seseorang karena keadaan sesaat. Karena dia baik, karena dia pintar, even mungkin karena dia kaya. Tidak pernah terpikir apa jadinya, kalau dia mendadak jahat, mendadak tidak sepintar dahulu, atau mendadak miskin.
Will you still love them, then?
That's why you need commitment.
Don't love someone because of what/how/who they are.
From now on, start loving someone,
because you want to.

Review​

"Buku segini paling tiga jam juga selesai."
"Bacanya tiga jam. Tapi impact-nya, tiga tahun." ujarnya sambil nyengir lebar.

***​

Tujuh tahun pernikahan dan menimang momongan masih sekedar angan-angan.

Ya, itulah yang selalu mengganggu pikiran Arista Natadiningrat, yang biasa dipanggil Tata. Rumah tangga yang dibangunnya bersama suaminya, Rahmat Natadiningrat, dirasanya terlalu sepi tanpa hadirnya sang buah hati. Berbagai cara telah diusahakannya, tapi belum ada cara yang berhasil membuatnya berbadan dua. Sering juga terlintas di pikirannya tentang kemungkinan bahwa dia infertil. Jika itu yang terjadi, harapannya untuk bisa dipanggil 'Mama' tentulah jadi nihil.

Selaras dengan keinginan terbesarnya itu, mengoleksi test pack menjadi hobi baru bagi Tata. Dari yang termurah sampai yang paling mahal, dia punya. Dari yang berbentuk biasa sampai lucu, dia punya. Beberapa kawan dari luar negeri bahkan memberinya oleh-oleh test pack ketika kembali, menandakan bahwa hobinya ini bukan rahasia lagi. Ya, mungkin semua test pack sudah dia punya. Yang dia tidak punya cuma satu; test pack yang bergaris dua.

Tapi Rahmat tidak pernah mencemaskan hal itu. Setidaknya tingkat cemasnya tidak sampai separah istrinya. Ia tidak ingin membebani istrinya dengan target-target semacam itu. Karena buatnya, menikah dengan Tata adalah hal terbaik dalam hidupnya. Everything is already beautiful dengan adanya Tata di kehidupannya. Dia percaya, being childless, is not the end of the world. Dia bahkan sudah bersiap dengan kemungkinan terburuknya, kemungkinan bahwa Tata memang benar infertil.

Belakangan, sebuah vonis tak terduga datang dan mengantarkan rumah tangga mereka ke persimpangan jalan. Seolah tak cukup, dugaan adanya orang ketiga dari masa lalu Rahmat makin membulatkan niat Tata untuk meninggalkan semuanya yang telah ia dan Rahmat bangun bersama. Sekarang, yang menghalangi mereka hanya komitmen yang pernah mereka ucapkan saat pernikahan mereka dulu.

Sejauh mana komitmen itu bisa membawa mereka? Benarkah tidak ada anak berarti tidak ada pula bahagia? Akankah cinta saja cukup untuk mempertahankan semuanya?

***​

Siapa sangka instrumen kehamilan sekecil test pack memiliki kekuatan besar untuk menentukan keutuhan rumah tangga? Yup. Ninit Yunita patut diacungi jempol untuk urusan ini. Melalui sudut pandang dua tokoh utamanya, Ninit mampu membuat kita benar-benar merasa mengenal Rahmat dan Tata di kehidupan nyata. Apalagi dengan gaya penulisan yang banyak terfokus pada monolog karakternya, kita bisa dengan mudah merasakan apa yang tokoh Rahmat dan Tata sedang rasakan. Persis seperti saat mencuri-baca diary seseorang, i think.

Selain itu, pemilihan font, spacing dan margin yang tepat juga turut menyumbang dalam kemudahan dan kenyamanan pembaca ketika membaca novel ini. Beberapa kesalahan pengetikan memang masih ada, tapi dengan banyaknya ungkapan keren yang bertebaran di sepanjang buku ini membuat saya bisa mengabaikan itu semua, salah satunya bisa dilihat di sinopsis resminya diatas. Bahkan tanpa sadar, saya banyak sekali membuat catatan kaki di novel bercover dominan biru ini. Satu hal yang cukup jarang saya lakukan dengan buku fiksi.

Tapi ada tiga hal yang mesti diperhatikan berkenaan dengan novel ini. Pertama, novel ini jelas bukan untuk konsumsi anak-anak. Selain karena bahasanya yang kadang eksplisit, beberapa tokoh juga diberi nama yang menjurus kesana. Kedua, narasinya yang berselang seling antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, seperti review saya kali ini, mungkin akan membuat sebagian orang annoyed, tapi tidak untuk saya. Dan terakhir, ceritanya yang mudah ditebak mungkin akan membuat sebagian pembaca merasa membuang waktu mereka yang berharga untuk membacanya.

Tapi percayalah, quote-quote yang bertebaran di sepanjang 230 halaman lebih novel ini tidak akan membuat anda merasa rugi. Anda pembaca mungkin akan terdiam, dan berpikir kembali tentang alasan kita mencintai seseorang ketika menutup lembar terakhir buku ini. Is it because of what/how/who they are? Or is it simply because you want to love them?

 

​

Info

---

Judul : Jiwo J#ncuk [Buku Bestseller]
Penulis : Sujiwo Tejo
Editor : Resita Wahyu Febrianti
Desain Sampul : Jeffri Fernando
Ilustrasi isi/Lukisan : Sujiwo Tejo
Penerbit : GagasMedia
Harga : Rp. 38.000,-
Tanggal terbit : Juni - 2012
Jumlah Halaman : 204
Kategori : Cerpen, Sastra
Text Bahasa : Indonesia
No. ISBN : 9789797805722

Sinopsis

---

Spoiler: Sinopsis Resmi

Puncak kangen paling dahsyat ketika dua orang tak saling menelepon
tak saling SMS
BBM-an
dan lain lain tak saling
namun diam diam keduanya saling mendoakan

***
Bicara tentang cinta selalu tak berkesudahan. Kali ini Sujiwo Tejo, budayawan yang dikenal dengan gaya nyentrik, akan berbagi rasa tentang cinta dan bermacam hal yang dekat dengan kesehariannya lewat kata-kata. Berbicara tentang perempuan, kebudayaan, kemacetan kota, hingga filosofi sederhana kehidupan.

Jiwo J#ncuk mengemas pemikiran-pemikiran dan ungkapan rasa Sujiwo Tejo dalam berbagai bentuk, mulai dari prosa, puisi, hingga kumpulan kicauannya di dunia virtual dengan akun @sudjiwotedjo. Hasil observasinya terhadap detail kehidupan disampaikan dengan bahasa yang santai, namun tetap sarat nilai dan kerap “menyentil”.

Pemikirannya laksana bola liar. Loncat ke sana kemari, tapi selalu memberi ruang bagi para pembaca untuk ikut tenggelam dalam kata. Bahwa sejatinya kehidupan itu adalah terus bertanya di tiap kejadian, bahkan lewat tulisan yang tersampaikan.

Review

---

Awalnya saya tertarik pada buku ini karena judulnya yg aneh dan ada kata-kata khas special 'Jancuk' nya..heuheu. Kemudian, saya putuskan untuk membeli buku ini, dan esoknya saya lahap habis abis buku ini dalam dua hari. Buku ini tentunya tak lepas dari sosok penulisnya yg beberapa orang menganggapnya nyentrik, aneh atau nyleneh. Selain berisi tentang buah pemikiran yang luas dari 'Presiden Jancukers' Sujiwo Tejo yang mengangkat nilai-nilai filosofi kehidupan, sosial-politik, cinta, wanita, budaya juga hal sepele yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Kadang pemikirannya sederhana tapi setelah ditelaah dalam-dalam ternyata ada makna yang tersembunyi dibalik kata-katanya.

Dalam buku ini beliau menggunakan bahasa yang sederhana, kadang jg urakan, ringan tetapi masuk akal juga. Kalaupun menggunakan bahasa filosofis, beliau juga menguraikannya dengan cara logika sederhana sehingga setidaknya kita masih bisa memahami. Masih bisa dinikmati dan dimengerti oleh para pembaca seperti saya yang masih ber IQ-Melati (menggunakan istilah lambang kepangkatan di TNI/tingkat menengah)..walaupun ada beberapa bagian yang pembaca diajak melihat dari sudut pandang yg berbeda dari kebanyakan orang. Kadang diperlukan sedikit imajinasi agar mengerti apa yang Sujiwo Tejo ingin sampaikan.

Dibawah ini saya cuplik sedikit bagian-bagian dari tiap bab nya, yang mungkin ada teman-teman setelah sedikit membaca bocoran ini jd kepincut untuk membeli, atau minimal untuk membacanya lebih lengkap lagi. Menurut saya pribadi, buku ini saya beri rating 5/5 bintang.
Mungkin dirasa terlalu sempurna untuk sebagian orang, tapi berhubung saya senang sekali dengan tema cinta dan kehidupan maka cukup layak kalau saya beri rate jenderal besar bintang lima. Dengan pertimbangan 1 bintang untuk cover, 1 bintang untuk isi buku, 1 bintang untuk syair dan puisi, 1 bintang untuk lukisan/ilustrasi, dan terakhir 1 bintang karena buku ini telah merubah pandangan hidup dan membuat saya berpikir lebih mendalam lagi dalam memandang suatu hal.

---

~ Amor ~​

Dalam bab ini, beliau berbicara tentang cinta, makhluk perempuan dan kisah cinta seseorang. Kisahnya ketika dia masih menjadi mahasiswa dan penyiar radio di Bandung. Berawal dari seorang wanita bernama Heni yang dia suka pada pandangan pertamanya. Kemudian ternyata wanita itu berpacaran dengan temannya (Doni). Sedikit sosok tokoh dalam cerita ini merasakan kecewa tp akhirnya bisa mengikhlaskan perasaanya. heuheu.. Setelah itu penulis mengajak mulai menggali apa yang dinamakan dengan makhluk perempuan dan cinta (sub bab: Perempuan, Piring Terbang, UFO). Seperti yg terlihat dari cerita wayangnya yaitu Ponakawan Semar berkata:
"Tahukah kau pekerjaan paling sia-sia di muka bumi ini? Itulah...memberi nasihat kepada orang-orang yang lagi jatuh cinta.."
Dewi Subadra berkata: "Dalam persaingan perempuan yang begitu dahsyat dan agung, tak heran, istri adalah perempuan yang tahu paling terakhir tentang suaminya."

Dan bagian yang buat saya sampai geleng-geleng (gak habis pikir) tetapi mengangguk-angguk membenarkan (setelah melewati perenungan dalam-dalam) adalah ketika beliau menjelaskan bahwa cinta tak pakai alasan. Bagi beliau cinta tidak bisa didefinisikan dan dijelaskan. Cinta cuma bisa ditandai gejala-gejalanya, tanpa bisa tuntas menjelaskan definisinya. Kalau seseorang ditanya kenapa mencintai seseorang, apa alasannya, dan orang itu bisa menjawab tuntas, brarti orang itu bukan sedang jatuh cinta. Itu bukan cinta namanya. Itu itung-itungan. Cinta tak pakai alasan-alasan (sub bab: Cinta...Cinta...Cinta) .
Dan akhirnya setelah membaca semua keterangan, alasan-alasan serta beberapa cerita lainnya akhirnya saya juga setuju dengan pemikiran ini sambil bilang dalam hati "Jancuk..Jancuk..".

*********​

---

~ Metropolitan ~​

Dalam bab ini Mbah Tedjo paling sedikit memberikan cerita atau ulasan. Menceritakan bagaimana keadaan kota Jakarta dan segala carut marutnya. Yang pertama mengangkat bagaimana tindakan kriminalitas atau pelecehan seksual terhadap perempuan pada khususnya di angkutan umum. Yang menjadi masalah adalah tidak cukup bukti untuk menjerat tindakan pelecehan tersebut dengan pasal 282 KUHP tentang pelecehan seksual atau dengan pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan. Dan lagi tidak ada saksi. Bagaiman akan ada saksi, kalau calon-calon saksi itu sibuk dengan diri sendiri. Beliau memberikan contoh sebuah penelitian tentang empat kesibukan warga kota di dalam angkutan umum. Yaitu sibuk main HP, sibuk baca buku, sibuk merenungi nasib, dan sibuk tertidur pulas. Ulasan ini menjadi tambahan wawasan saya trnyata masih banyak walau tidak semua yang berperilaku seperti itu di dalam angkutan umum. Bagi saya pribadi, saya tidak terlalu memperhatikan lingkungan sekitar dalam angkutan umum, mungkin karena terlalu asyik sahdu memandangi wanita cantik yang kebetulan duduknya di hadapan saya..heuheu..

Kemudian menyentil tentang kurangnya fasilitas olahraga di kota Jakarta karena banyak berdirinya mal. Ongkos pemakaman yang mahal karena lahan sudah penuh seperti di Menteng Pulo dengan 41.000-an makam (sub bab Hanya Tidur yang Belum di Mal). Dikatakan berlaku hukum pasar, persediaan terbatas sedangkan permintaan banyak. Tapi toh mati cuma sekali, yang berkali-kali dalam hidup itu ke mal.

*********​

---

~ Ceplas Ceplos ~​

Dalam bab ini beliau menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan budaya perilaku kita, sistem demokrasi, dan ditutup dengan pengertian kata "Jancuk". Mulai dari mengkritisi dari budaya lebaran dengan mengucapkan selamat lewat SMS atau BBM broadcast apalagi dengan isi template atau sekedar copy paste, serasa merambah dunia yang gersang..dalam situasi kejiwaan yang tak lagi tidak benar, salah-salah ucapan lebaran yang impersional itu diterima sama menghinanya dengan umpatan di Jerman (sub bab Keindonesiaan adalah Mudik).

Tak luput beliau jg menyinggung tentang perkara mekanisme demokrasi. Suara terbanyak dibilang suara yang 'benar'. Padahal itu belum tentu benar. Mbah Tedjo mengambil contoh tamsil seperti yang dikatakan Pakar komunikasi politik Effendi Ghazali "Masyarakat bilang bus yang mereke naiki itu busway. Padahal busway itu kan jalur bus, masa naik jalur bus?".

Di sub bab terakhir ini mungkin yang paling ditunggu-tunggu dan tertarik. Karena membahas tentang kata "Jancuk". Sebagaimana sabda para ahli bahasa, bahwa sebuah kata tidak akan bermakna hingga ia bersanding dengan kata lain atau menjadi anggota dalam kalimat. Ini pula yang dipergunakan Jiwo dalam menginterpretasi kata "Jancuk". Menurutnya, "Jancuk" tidak hanya umpatan kotor, seperti yang orang pikirkan. Karena ia bisa saja hadir karena keakraban yang telah terjalin. Maka, dengan mengambil semangat melihat pluralitas makna, Mbah Tedjo mengisahkan beberapa cerita picisan ke hadapan pembaca. Akan tetapi jangan salah, picisan yang dihadirkan oleh Jiwo tidak secengeng roman pop remaja yang beredar sekarang ini. Nyatanya, Mbah Tedjo tetap menyampaikan kekritisan yang dibumbui dengan lelucon. Lihat saja bagaimana ia menyindir ketimpangan gender dengan menganalogikan tentara Romawi yang memakai rok, hingga perkara ngempet pipis karena tidak menemukan WC umum di jalanan pun, tidak luput dari analisanya. Intinya, semua perkara kecil yang seringkali diacuhkan dan disangka lumrah atau sepele, Mbah Tedjo obrak-abrik di buku ini. Kesimpulannya, pembaca akan menjadi lebih kritis dan sensitif ketika melihat realitas yang ada disekitar kita.

*********​

---

~ Twit Wayang ~​

Dalam bab penutup ini, Mbah Tedjo mengulas beberapa kisah atau wejangan dari beberapa tokoh wayang. Dimulai dengan kisah Dewa Ruci yang mengajarkan perjalanan ruhani-spiritual untuk menemukan dan mendekat kepada Sang Pencipta. Bagian penutup sedikit bercerita tentang Panakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong).

Bagong berasal dari bahasa Arab yaitu 'bagho', artinya suka ngeyel atau membantah. Goblok tapi pertanyaannya mendasar.
Gareng dari bahasa Arab yaitu 'ghiron', artinya berbeda. Tak ikut arus. Melihat hal-hal berbeda dari pandangan umum.
Petruk dari bahasa Arab yaitu 'fatruk', artinya meninggalkan semuanya. Beyond keseharian, segala hal masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.
Kapan kamu lebih mendominasikan Bagong/Petruk/Gareng dalam dirimu untuk merespons hidup sehari-hari? Moderatornya adalah Semar dalam dirimu.

*********​

 

saya tutup yah

---

ada 7 ripiu yang bernyali


HyuiO ~ REPUBLIK #JANCUKERS (Sujiwo Tejo)
Tral ~ SANG PEMIMPI (Andrea Hirata)
Tral ~ CADO-CADO (Ferdiriva Hamzah)
neutron_nuke ~ Bangun Lagi Dong Lupus (Hilman Hariwijaya)
cicaheum ~ Hati Yang Damai (N.H. Dini)
Laikensor ~ Test Pack (Ninit Yunita)
acehkhan12 ~ Jiwo J#ncuk (Sujiwo Tejo)

_________

ternyata Sujiwo Tejo banyak yang suka

ditunggu hasilnya yah ...

 

THE RESULT