PG Tutorial Point of Interest ( POI )

boleh gabung kak
ini trit buat apaan ya
soalnya aq suka objek apalagi objek alam n natural
disini tempat apaan ya kak,,mo belajar banyak juga tentang itu

 

kalo menurut prefixnya, trit ini untuk Photography Tutorial

jadi kita ngumpul disini buat ngebahas dasar2 memotret,

termasuk ; apa sih yg mau kita ambil foto ??

aku sendiri juga mo nambah ilmu kok, masih kurang banyak tentang fotografy

 

sama banget kak,,aq juga gk tau masalah teknik pengambilan gambar
biasa cuma hobi ngambil gambar nuansa alam n objek2 unik yg jarang dipotret

klo sudut pengambilannya gk pas,,hasilnya jadi kurang memuaskan.
nah itu dia yg mau aq pelajari lebih dalam lagi kak.

btw,,disini bisa share contoh potret nya juga ya kak
biar bisa dikritik dimana salahnya

 

biasanya POI gak lepas dari komposisi rules of thirds.

Apa itu komposisi rules of thirds?
bidang foto dibagi menjadi bagian yang sama besar (9 kotak)


Keempat titik pertemuan yang diwarnai merah diatas bisa kita sebut sebagai empat titik mata.
dari teori komposisi rules of thirds kita menempatkan “point of interest” alias bagian paling menarikfoto di salah satu titik tersebut, maka secara keseluruhan foto akan menjadi lebih balance dan enak dilihat.

empat titik harus diisi semua, cukup salah satu. Dan elemen point of interest tersebut bisa jadi berupa obyek foto manusia ataupun benda mati. foto yang disusun dengan komposisi rules of thirds lebih enak dimata karena sejalan dengan cara mata kita melihatnya.



point of interest terletak tepat di persimpangan empat titik mata. Sementara ruang lain relatif kosong. Aturan rules of thirds juga mengatakan bahwa tidak ada bagian dari sebuah foto yang tidak bernilai, meski itu hanya background atau ruang kososng. ruang kosong juga bagian kombinasi artistik sebuah foto.

Spoiler: source

belajarfotografi.com

itu yang di showcase, yang tag nya pink

 

btw meski rules of third itu rumus sakti ..tapi seringkali obyek foto harus mengorbankan rules of third. Misal untuk foto jurnalistikcover yang mau tak mau harus nego dengan unsur grafis lain atau pada foto yang menekankan pada komposisi warna.

Rules of Third agak susah diterapkan pada komposisi warna

mungkin ada yang tahu cara aplikasi atau konversi rules of third pada komposisi warna?

 

kalo jurnalistik mau gak mau harus cover tiap "moment" yang ada

mau pake rules of third yang nyeni, tar malah gak dapat berita nya

 

pake bahasa awam aja ya,
kita motret itu tidak harus posisi subjek selalu di tengah,
yg penting kita sadar bener point itu yg akan kita tonjolkan dari keseluruhan objek
langsung contoh aja

Spoiler: wew

Perhatikan posisi orang yg di sebelah kanan,


Juga 2 orang yg ada di pojokan,

Harus dibedakan ya, antara pekerja seni dengan jurnalistik.
sekilas sama namun point2 yg diterapkan beda.
Murni photografer ; Foto = peristiwa/cerita -> seni
Jurnalistik ; Foto = Seni -> cerita

(cuma menurutku )

 

komposisi bagi seorang wartawan foto itu udah default kok...
secara tidak sengaja ketika kita memfoto kita akan secara reflek membentuk komposisi tertentu yang sering kita pakai (misal sepertiga)..
nah komposisi sepertiga ini kan pengemabangan dari rules of third...

jaman sekarang foto sebagai seni atau foto sebagai dokumentasi susah dipisahkan...
seringkali no excuse bagi wartawan foto yang memfoto tidak indah dengan alasan ini foto jurnalistik, kecuali keadaan ekstrim macam perang, kerusuhan, atau pengintaian...

AFAKK semua foto adalah cerita, baik yang jurnalistik maupun what so called "seni"
dan IMO POI adalah salah satu teknik bercerita lewat foto



ada yang punya contoh POI yang menggabungkan rules of third dan komposisi warna?

 

iya ternyata aku salah mendefinisikan

liat dari sebelah, soal foto Jurnalistik dan foto artistik ;

Spoiler: keterangan

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media massa. Dari pengertian tersebut bisa diartikan jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media massa.

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik foto adalah "ilmunya", sedangkan foto jurnalistik adalah "hasilnya". Foto jurnalistik adalah karya foto "biasa" tetapi memilki nilai berita atau pesan yang "layak" untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Ada beragam definisi tentang foto jurnalistik (Inggris : photo journalism) yang disampaikan para pakar komunikasi dan praktisi jurnalistik. Namun secara garis besar, menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan antara gambar (foto) dan kata.

Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata- kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.

WARTAWAN FOTO / PEWARTA FOTO Clifton Edom dalam karyanya "Photojornalism, Principles and Practices" menyebutkan, seorang pewarta foto pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas- panasnya, mereka tidak bisa menciptakan suatu foto dengan hanya mengangkat telepon. Mereka adalah mata dunia dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan melaporkannya.

Kesimpulan Edom diperkuat oleh pendapat dari penyunting artistik senior di Fittburg Press, Bruce Baumann, yang menyebutkan hal terpenting bagi seorang pewarta foto adalah berpikir bahwa dia adalah seorang wartawan, yang kedua baru dia bertindak sebagai seorang fotografer.

Dalam buku "Photojournalism, The Visual Approach" karya Frank P Hoy menyebutkan ada tiga jenjang yang baik sebagai basis seseorang yang akan memilih berkecimpung menjadi wartawan foto. Pertama, snapshot (pemotretan sekejap), adalah pemotretan yang dilakukan dengan cepat karena melihat suatu momen atau aspek menarik. Pemotretan ini dilaukan dengan spontan dan reflek yang kuat. Jenjang pertama ini masih menyangkut pendekatan yang lebih pribadi. Kedua, fotografi sebagai hobi. Dalam tahapan ini fotografer mulai menekankan faktor eksperimen dalam pemotretannya, tidak hanya sekedar melakukan snapshot saja. Dalam tahap ini biasanya fotografer mulai tertarik lebih jauh pada hal-hal yang menyangkut fotografi.

Tahap berikutnya, art photography (fotografi seni), suatu jenjang yang lebih serius. Berbagai subyek pemotretan dilihat dengan interpretasi yang luas. Ekspresi subyektif terlihat dalam karya-karya pada tahapan ini. Kejelian, improvisasi, kreasi dan kepekaan terhadap subyek menjadi basis pada jenjang ini. Akhirnya, photojournalism (pewarta foto) berada pada tahap selanjutnya. Artinya dalam mengemban profesi tersebut, maka seorang pewarta foto dianjurkan menguasai dengan fasih ketiga jenjang yang telah disebut tadi.

Rule of thirds paling sering digunakan sebagai acuan komposisi foto. Rule of thirds adalah cara penempatan obyek foto kita (atau POI) disepertiga area foto.
Berikut ini contoh-contohnya, pusat POI dilambangkan dengan lingkaran merah:

 

klo cara penggabungan antara rules of third dan komposisi warna gimana ya
maaf masih nubi.
trus juga supaya subject g ingin disampaikan tuh bisa dimengerti

khan klo mo potret terkadang cahaya mempengaruhi hasilnya.
aq juga pernah potret danau,,mungkin kena bias matahari/yg laen
malah hasilnya kayak ada cahaya ungu

 

sedikit tricky gan, pintar2 lihat kondisi aja
sepertiga bagian pasti nyisain sisa space yang lumayan banyak
dikaitkan dengan warna, ada baiknya kita manfaatkan sifat ilmiah mata thdp warna
me-ji-ku-hi-bi-ni-u
itu urutannya, scr naluriah mata lebih cepat menangkap warna merah di banding warna2 lainnya


ini contoh yang bagus, mata seakan 'terkukung' langsung ke warna merah

Spoiler: merah menarik mata

liat kucingnya?

semoga membantu

 

cara pengukuran biar warnanya terlihat optimal kayak gitu gimana yah?

dulu pernah coba moto dengan warna-warna kontras macam gitu tapi setelah dicetak warnanya sepoh (mentah)

 

iya kak,aq juga sering gitu.
wkt udah dapet objek yg pas,tapi ketika dipotret warna nya jadi gk menonjol lagi
aplg klo dicetak makin jadi gk menarik

 

karena make film g tau warnanya udah pas apa belum sebelum dicetak ..

____

btw ada batasan g sih maksimal POI yang diperbolehkan dalam sebuah foto?

 

kalo ini lain lagi kayaknya, bahasannya akan melebar ke perihal cetak mencetak

Foto Raw bagus, retouch bagus, tapi kalau print out quality jelek , ya hasil awal2 tadi ilang


Soal contoh keterkaitan warna, ternyata lom ada yg paham contoh di post pertama,

nah itu alo bener2 mau memperhatikan, satu bagian matahari tenggelam adalah sesuatu yg menarik perhatian dari keseluruhan foto.

Sekarang pertanyaan akan dilempar, Point of Interest dari foto ini matahari ataukah kerang nya



kita ngobrolnya enak aja ya gag usah takut salah benar, sebab dalam dunia seni gak ada vonis salah

 

klo aq yang pertama menarik pandangan adalah matahari-nya

 

kerang

karena yang pertama kali saia lihat kerang nya
walopun akhirnya nanti lihat elemen lain termasuk garis , pasir, awan biru n matahari

 

yang udah-udah sih ganti picturestyle, LS misalnya
kl memungkinkan cuaca sedang cerah ga begitu sulit kok dpt kontras yang enak

kl urusan hasil cetak, ada baiknya agan kalibrasi lagi
biar warna di monitor agan sama mesin cetak sama

kl film,
saran aja sih, kl ke studio cuci aja,jgn cuci-cetak,kecuali udah dapet studio cuci yang sreg sama agan
kadang2 tukang cuci nya cuma cuci standar aja,sm cetak standar
ga liat apa filmnya perlu di push atau di up

ga masalah asal makin menguatkan isi frame,
tapi tetep hrs ada poin utamanya,kl semisal ada dua,apakah poin yang kedua malah melemahkan poin yang pertama?

dari POI nanti lanjut lagi ke FOI (focus of interest)
dan susah euy