1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic White Flags

Discussion in 'Fiction' started by Nathan_Prime, Oct 11, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Entah ini orificku yang keberapa :malu

    ====================

    Synopsis : Shuuya “Kid” Kidou, mahasiswa yang baru saja memasuki kehidupan masa kuliahnya jadi berubah ketika sebuah video dikirimkan dari ayahnya. Terpancing dengan pesan divideo itu membawanya pergi menuju kepulauan pasifik ditempat ayahnya bekerja.Tapi yang ia temukan disana adalah fasilitas pembuatan bom! Panik dan kebingungan disana membuatnya dipertemukan oleh kelompok tentara bayaran GHOST FOX yang dipimpin oleh Maria “Murasaki”. Berusaha untuk mencari tahu ada apa dan maksud tujuan dengan ayahnya membuatnya bergabung kedalam GHOST FOX.

    Genre : Action, echii, modern warfare

    Chapter 1 : Completed

    Chapter 2 : part 1 | part 2 | part 3 | part 4 | part 5 | part 6
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 2
    Last edited: Sep 20, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Hmm...sebenernya wa rada skimming juga sih baca chapter 1 na. Sejauh ini sih wa ngerasa kalo situ udah punya konsep yang lumayan dan juga ide cerita serta karakter na. Cuman jujur wa masih rada susah nangkep ini cerita alur na gimana soalnya wa rasa itu pacing na agak terlalu cepet gitu habis itu sepertinya diperlukan lebih banyak deskripsi lagi, terlebih rasanya beneran berat sebelah antara dialog ama deskripsi na.

    Jujur kalo kebanyakan dialog wa gak terlalu suka sih :keringat:

    Soal narasi bener2 perlu dirombak nih menurut wa, kalo bisa setiap event bisa ada penjelasan lebih lanjut dari Protagonist na jangan cuman dibumbui oleh SFX aja. Habis itu jangan sepotong2 aja narasinya wa mana ngerti kalo ga dibikin rada mendetil :haha:

    Intinya bagusin soal penulisan aja baru ntar wa bisa berani follow up kalo dirasa udah lumayan mantep dan jelas, soal plot udah lumayan meskipun masih standar :top:

    ===

    Oh iya jangan lupa tambahin sinopsis na beserta embel2 yang laen ya biar pembaca ga bingung :unyil:
     
    • Thanks Thanks x 2
    Last edited: Oct 11, 2012
  4. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    ikutan komen setelah skimming chap 1 juga:ngacir:

    narasinya kurang banget kayaknya. cuma satu kalimat mulu tiap paragraf. kalau sekali-dua kali nggak masalah lah. tapi kalau hampir semuanya gitu kan jadi kerasa kurang banget deskripsinya. padahal kalau diliat dari jenis ceritanya, ini fict yang bakalan lebih bagus kalau deskripsinya juga lebih bagus. jadi bisa dibayangin gimana itu pertempurannya.

    trus kayaknya yang bagian "otak mesumku aktif lagi" atau sejenisnya gak usah diulang mulu tiap kali dia habis mikir mesum deh. awalnya sih oke, kalau berulang-ulang jadinya malah agak annoying. yaudah dia mesum. terima aja. kalau perlu malah sekalian dilanjutin mikir mesumnya nyampe tambah parah dan harus dihentiin karakter lain. atau kalau nggak ganti variasi kalimatnya. jadi bukan cuma otak mesum blablabla.

    dan ada juga kalimat yang agak aneh pas deskripsi fisik karakter Maria. "aku bisa melihat wajahnya berambut pirang" huh? wajah berambut pirang? wajahnya warnanya pirang? saya nyampe bingung bayanginnya gara-gara kalimatnya begitu. Gimana caranya wajah bisa berambut!?(bisa, tapi kan sebutannya jenggot atau brewok atau kumis:ngacir:)

    soal pacing, kayak kata high, emang rasanya cepet banget. bingung aja tiba-tiba udah muncul pak tua entah siapa. trus cewek satu lagi. dan tada~ mereka berhasil keluar dari pulau~
    idenya lumayan menarik. cuma berharap protagnya gak kayak tipikal protagonis LN atau VN.

    lanjutgan:top:
     
    • Thanks Thanks x 2
  5. gecd M V U

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Apr 21, 2009
    Messages:
    5,566
    Trophy Points:
    227
    Ratings:
    +47,280 / -1
    hmmm
    dilihat dari paragrafnya, daripada orific ini lebih cenderung ke light novel
    1. Lack of detail
    mungkin harus diceritakan kenapa hero punya uang sebanyak itu untuk menyewa pesawat pribadi

    2. Adegan yang ganjil
    seorang tentara pro tidak akan menembakkan senjatanya sembarangan karena bisa menarik perhatian musuh
    at least use silencer

    3
    man....
    anda kejam sekali
    dimana rasa simpati dan kemanusiaan anda?

    4 penjelasan latar tempat dan waktu SANGAT kurang
    saya baru ngeh ketika mereka bertarung di dalam gedung pas ada tembakan sniper

    well
    lumayan sih
    ceritanya dan konsepnya dan selingan humornya bagus
    dan dibalik wajah kalem anda tersembunyi pikiran mesum:sedih:
    anda masih harus banyak belajar dalam mengutarakan apa yg ada di dalam pikiran
    dan yang terpenting: cari proofreader untuk mendapatkan kesempurnaan dalam penceritaan
    sekian:ngacir:
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. Giande M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Sep 20, 2009
    Messages:
    983
    Trophy Points:
    106
    Ratings:
    +1,228 / -0
    :haha: fvck logic yeahhhhh

    datang di siang hari tau2 dah malam pake night vision google :hehe: plus senter :lalala:

    benere yang kurang2 dah dijelaskan diatas jadi...saran gw:elegan:

    1. pembawaan adegan pertempuran terus2an membuat sedikit tegang bagus...tapi bakal lebih bagus lagi kalau ditambah emosi si tokoh utama, plus beberapa adegan detil tidak hanya sfx (hahaah diingatkan lagi sama seperti diatas :ngacir:)

    2. mungkin perlu digali sebenarnya seperti apa sih tentara bayaran itu? banyak bicarakah? apakah begitu mudah berbagi info sama orang yang baru dikenal bahkan cerita misi mereka? (well fvck logic e juga kudu ada batas :hehe:):unyil: begitu juga karakter utama e...pasti doyan consol game perang... HAPAL SMUA Senjata gila (1st pov kan jadi dengan kata lain semua jenis senjata yang disebut itu semua dikenali dengan baik oleh chara utama yang tetep mesum saat terdesak :oghoho: oo o anda mulai terpengaruh High :ngacir:
     
  7. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    dipindahkan dulu buat list chapter :ninja:

    “Anak ku...”

    “Sudah 15 tahun aku meninggalkanmu dan ibumu...”

    “Dan kudengar juga kau sudah mulai memasuki masa kuliah...”

    “.......”

    “Ayah... tidak tahu lagi harus berbicara apa...”

    “Tapi satu hal pasti yang ayah inginkan, aku ingin kau menemui ayah ditempat kerja ayah, dikepulauan pasifik, ayah ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu, antara ayah dan anak...”

    “Tapi kau tidak perlu memaksakan diri untuk datang, asal kau menerima video ini itu sudah cukup bagiku...”

    “Ini letak kordinat ayah berada-“


    Kata-kata didalam video yang dikirim oleh ayahku terus terputar ulang didalam otak ku.

    Memang, dulu ibuku pernah cerita bahwa ayah bekerja diluar negeri, sebelum ia meninggal saat aku masih berumur 5 tahun.

    Lagipula dia bekerja diluar negeri, kepulauan pasifik, entah negara apa. Kedengaran menyenangkan didengar...

    “Ayahmu pasti bekerja disebuah biro perjalanan wisata, bayangkan ini seperti tempat rahasia yang hanya orang-orang kaya yang bisa mengetahui letaknya!”

    Entah apa pilot pesawat ini bisa membaca pikiranku, tapi memang itulah yang kubayangkan setelahnya.

    Tapi memang itulah tujuanku datang kesini, membayangkan ayahku mungkin akan meminta maaf karena telah meninggalkanku sejak lama, lalu kami berbincang dan bermain bersama, mungkin juga melihat para artis hollywood yang kemungkinan ada disana secara rahasia!

    Lagipula daripada aku menghabiskan musim dingin menunggu masa kuliahku dimulai, lebih baik berlibur kedaerah tropis bukan?

    “Oke nak, sebentar lagi kita sampai!”

    Aku melihat keluar jendela pesawat, terlihat beberapa pulau, terlihat seperti pulau buatan. Tapi yang membuatku mulai curiga adalah... Dimana vila pantainya? Mana yatch nya?

    “Ini kepulauan nak, mungkin saja tempat tinggal mereka tersembunyi secara terperinci diantara beberapa pulau itu”

    Sungguh, apa pilot ini seorang esper?

    “Kita mendarat ditempat yang sesuai dengan kordinat!”

    Aku mulai merasakan tekanan udara yang mulai menurun menandakan pesawat mulai merendah, tapi aku punya perasaan dia akan mendarat dengan menukik tajam.

    Aku bisa merasakan kaki pesawat berbenturan dengan air laut bercampur pasir dibawahku. Jelas terasa mengingat badanku hampir terpental dari kursi pesawat menyundul langit-langit.

    Beruntung sabuk pengaman yang kukenakan benar-benar mengamankanku.

    “Oke, sudah sampai! Dan maaf bila pendaratan nya buruk!”

    Ya! Pendaratan yang buruk, tapi setidaknya tidak sampai membuat pesawat ini tenggelam atau terbalik.

    Pulau ini tidak ada dermaga, jadi aku terpaksa menginjakan kaki dipasir pantai yang basah.

    Kembali memandang sekeliling, kecurigaanku mulai bertambah melihat sebuah bangunan yang tidak terlihat seperti sebuah villa ataupun kantor biro wisata dengan menara parabola yang besar.

    “Mungkin ini semacam ruang konservasi atau server komunikasi. Yah... Kau tahukan ini pulau terpencil dan mereka juga perlu informasi diluar sana”

    Kurasa dia ada benarnya.

    “Eh, coba kau bertanya dengan orang didalam sana. Aku akan bantu cari seseorang berkeliling pulau ini”

    Entah adil atau tidak rasanya membiarkan nya berkeliling pulau disaat aku masuk kedalam dan tiba-tiba dia bertemu artis hollywood sedang berjemur, atau bakal membantuku menghemat tenaga.

    “Ya, baiklah”

    Dia langsung membalas menundukan kepalanya dan berjalan pelan melintasi pantai ini, cocok dengan nya mengingat dia berkulit hitam dan mengenakan baju berwarna hijau dengan motif bunga berwarna putih.

    Akupun juga mulai berjalan memasuki ‘gedung komunikasi’ itu.

    Dimulai dari pintu kaca awal aku mendorong buka pintunya. Ruangan itu sedikit terang oleh sinar matahari melalui dinding kaca gedung ini.

    Tapi yang membuatku curiga lagi adalah karena ruangan ini kosong, bahkan tak ada seorang resepsionis sekalipun.

    “Halo! Ada orang disini?!”

    Aku mulai berteriak didalam ruangan ini, tapi yang membalas hanyalah suara gemaku.

    Ketakutan mulai merasukiku, beberapa pertanyaan apa yang terjadi sekarang mulai bertampung didalam otak ku.

    Apa aku salah tempat? Apa ayahku membohongi aku? Apa mereka semua pergi bersantai dipulau yang lain?

    Satu-satunya hal positif yang terpikirkan adalah ayah dan mungkin teman rekan kerjanya sengaja bersembunyi disalah satu ruangan ini mempersiapkan kejutan untuk kedatanganku.

    Bermodalkan pikiran dan harapan itu akupun mulai melanjutkan pencarian.

    Semakin aku berjalan, lorong koridor ini semakin gelap. Mengingat tidak ada satupun lampu yang menyala digedung ini atau mungkin memang tidak ada, kecuali penerangan jendela dikoridor awal tadi.

    Beberapa kali aku juga mencoba meraba dinding didekatku sambil berharap menemukan saklar lampu, tapi tidak dapat sekalipun.

    Tiba-tiba, aku terkejut mendengar sesuatu seperti pintu yang didobrak.

    “Oh ayolah, kapan permainan ini berakhir?” Kembali aku mulai ketakutan.

    “?!”

    Lalu ada terasa seperti orang yang mendudukiku dari belakang.

    “GUAH!”

    “SIAPA KAU DAN DARI KELOMPOK MANA KAU BERASAL?!”

    Seseorang, dengan suara perempuan, mendobrak dan menindihku, terasa juga sesuatu yang tajam menyentuh leherku dan moncong pistol yang terasa dingin dijidatku, seakan siap membunuhku.

    Apakah ini juga bagian dari permainan? Kurasa tidak mengingat pisau yang menyentuh leherku dan pistol yang menodongku sekarang ini.

    Tapi tindihan ini juga terasa menyenangkan, walaupun aku tidak bisa melihat keseluruhan tubuhnya tapi aku bisa merasakan bokongnya yang seksi oleh selangkanganku.

    Sialan kau otak mesumku! Kenapa kau berpikiran seperti itu disaat berbahaya seperti ini?!

    “Tenanglah Maria! Dia tidak bersenjata!”

    Akhirnya ada penerangan! Meskipun itu cukup menyilaukan dari senter yang terpasang oleh sebuah assault rifle XM8.

    Aku bisa melihat orang yang membawa assault rifle itu, seorang pemuda yang mungkin sebaya atau 1-2 tahun lebih tua dariku dengan rambut hitam agak berantakan dan wajah kelihatan galak memandangku dan memakai seragam tentara digi-camo abu-abu hitam.

    Demikian pula dengan perempuan yang menindihku, mungkin sebaya denganku juga, aku bisa melihat wajahnya berambut pirang pendek sebahu dengan mata berwarna hijau memandangiku dengan tajam sambil menodongkan pisau tentara berwarna hitam dileherku dan pistol USP .45 dijidatku.

    Selain mengenakan baju digi-camo yang sama dengan pemuda itu, dia memakai beret berwarna hitam selaras dengan bajunya, disertai dengan badge pin diberetnya dengan gambar... Karakter dari anime mungkin?

    Dilihat lebih dekat lagi, mereka memiliki suatu emblem dilengan kiri baju mereka, seperti gambar hantu dengan kepala tengkorak rubah yang mengigit pisau tentara dan tangan kanan memegang AK-47 serta tulisan ‘GHOST FOX’ dibawahnya.

    Kupandang dada gadis ini sepertinya cukup besar, mungkin kira-kira ukuran E atau F.

    Sial! Kau mulai lagi otak mesumku!

    “Masih ada yang tersisa disini?”

    “Kurasa tidak, berdasarkan apa yang dilaporkan Nami tadi mungkin dialah penumpang pesawat itu”

    Pesawat, jelas apa yang dimaksud mereka adalah aku.

    Gadis itu berdiri, melangkah sedikit menjauh dariku sambil tetap menodongkan pistolnya kekepalaku.

    “Kuharap kau menjawab pertanyaanku dengan jujur atau kepalamu meletus sia-sia”

    Dari nada bicaranya jelas dia tidak main-main, kalaupun aku lari dia jelas akan menembak ku langsung.

    Tapi yang lebih kuharapkan setelah menjawab pertanyaan ini mereka akan tertawa dan meminta maaf padaku dan berkata ‘maaf sudah menakutimu’ setelahnya.

    “Siapa namamu?”

    “Kidou... Kidou Shuuya...”

    Ya, itulah namaku.

    “Apa tujuanmu datang kemari?”

    “Aku ingin bertemu dengan ayahku, Kidou Yuusaku”

    “!”

    Terdiam sebentar, kuharap setelah ini mereka akan membawaku langsung kepada ayahku.

    “Sepertinya kau datang ditempat yang salah”

    Tempat yang salah? Skenario seperti apa yang mereka mainkan sebenarnya?

    “Apa maksudmu?”

    “Pertama, tempat ini kosong dan terpencil. Kedua, orang tua mana yang ingin melakukan pertemuan dengan anaknya ditempat pembuatan bom?”

    Tempat pembuatan bom! Apa yang terjadi sebenarnya?!

    “Kalian tidak main-mainkan?”

    Pemuda itu langsung menarik pisau keleherku, membuatku terkejut.

    “Apa kau pikir senjata kami terlihat seperti mainan?”

    Entah apa dia berusaha untuk meyakinkanku atau menakutiku, tapi jelas rasa sakit dari ujung pisau itu membuktikan senjata itu asli.

    Tapi, apa yang sebenarnya terjadi disini? Mengapa ayah membawaku kesini? Sarana pembuatan bom? Apa yang dia kerjakan sebenarnya diluar sana?

    “Lalu... Kalian ini siapa?”

    “Kami dari kelompok tentara bayaran GHOST FOX. Seseorang telah membayar kami untuk menangkap para peneliti dan menghentikan proyek bom mereka”

    Bagus, sekarang aku terlibat dengan kelompok yang siap menerima pekerjaan apapun yang berani membayar mahal dengan membawa senjata andalan mereka.

    “Tapi, sepertinya kami terlambat”

    “Terlambat kenapa?”

    “Ada 2 kemungkinan, mereka berhasil kabur atau ada kelompok lain yang berhasil lebih dulu menangkap mereka”

    Aku berharap pada kemungkinan yang pertama.

    “Lalu, bom macam apa yang dibuat disini?”

    “Kenapa? Kau tertarik juga?”

    “Tidak, aku hanya penasaran”

    “Berarti kami tidak akan memberitahumu”

    Rencana liburanku menjadi kacau.

    Ayah, dimana kau sekarang? Apa kau mempermainkanku? Kalaupun iya ini sama sekali tidak lucu!

    Singkat hening, terdengar suara panggilan radio dari tas belakang pemuda itu.

    “Prime disini”

    “Radar menangkap sinyal ada 2 kendaraan tempur datang mendekati pulau ini, kemungkinan itu adalah helikopter”

    “Baik, kami akan segera kembali”

    Pemuda itu langsung memandang gadis itu.

    “Maria...”

    “Aku mengerti. Misi sudah gagal, kita pergi dari sini. Tapi sebelumnya kita bawa dia juga keluar”

    “Kenapa kau mempedulikan dia? Dia hanya turis tersesat!”

    Pemuda itu nampak tidak suka melihatku.

    “Jangan lupa kode etik kita, Prime”

    “Jangan membunuh atau membiarkan warga sipil yang tidak terlibat apa-apa. Aku masih ingat itu”

    “Bagus, tapi kita juga harus cepat! Aku yakin helikopter itu berasal dari agen lain!”

    “Cepat maju ‘Kid’! Atau kita semua mati disini!”

    Dia memanggilku dengan Kid? Itu cukup kasar.

    Tanpa berpikir lama dengan julukan baru yang diberikan pada orang yang baru kukenal ini, aku langsung berlari dikoridor menuju pintu masuk sebelumnya. Entah bagaimana aku masih mengingat jalan nya, tapi mereka bisa mengikutiku dengan baik.

    Dengan langkah cepat tanpa suara langkah sepatu akhirnya aku melihatnya kembali, pintu kaca dengan dinding kaca besar yang tersinar oleh matahari.

    Seketika aku melihat pemandangan rumput bercampur pasir pantai itu, sebelum akhirnya aku melihat seseorang yang datang.

    Sang pilot, terlihat berlari ketakutan, walaupun aku tidak bisa merasakan nya tapi aku bisa melihat semburan angin yang terlihat cukup kuat dari atasnya.

    Itu helikopter tempur!

    Terdengar suara rentetan senjata dari minigun dimoncong helikopter itu. Kupikir hanya ada difilm saja ada adegan pertempuran dimana seseorang terkena tembakan secara beruntun hingga mengeluarkan organ tubuhnya tertembus peluru dan sekarang aku bisa melihatnya secara nyata dan tentu saja itu lebih mengerikan dari yang ada difilm.

    Pilot itu tewas mengenaskan, harapanku untuk bisa pulang sudah hilang.

    “Sial! Berbalik!”

    Sekarang akulah yang berbalik mengikuti mereka. Kuharap mereka punya jalan keluar lain dan membantuku pulang, kuharap.

    “Apa pria itu temanmu?”

    “Bukan, dia hanya pilot sewaan saat aku transit dari Papua Nugini menuju kesini”

    “Pria yang malang...”

    Meskipun nada suaranya terlihat prihatin dengan pilot itu, tapi raut wajahnya nampak tak peduli, entah yang mana maksudnya.

    “Tunggu!”

    “?!”

    Sebentar baru berjalan, pemuda itu memberi tangan isyarat berhenti dan menunduk.

    Tapi satu hal yang pasti aku bisa melihat jelas tangan pemuda tadi tak sengaja menyentuh dada gadis dibelakangnya saat memberi isyarat tadi.

    “Maaf soal itu...”

    “Sekarang bukan saatnya untuk memperdebatkan itu!”

    Aku bisa melihat wajah mereka sedikit memerah karena kejadian ini.

    Situasi yang cukup canggung, dimana terjadi pelecehan seksual ditengah agresi bersenjata, jika situasinya tidak seperti ini mungkin pemuda itu sudah dihajar langsung.

    “Tapi, kenapa kita harus berhenti?”

    Aku berusaha untuk menghentikan situasi canggung tadi, entah mengapa hanya itu yang terpikirkan olehku untuk diucapkan.

    “Apa kau tak mendengar ada suara berisik tadi?”

    Entah seberapa tajam indera pendengaran nya, aku tak mendengar apa-apa selain langkah pelan sepatu kami sebelumnya, tapi setidaknya bisa menghentikan situasi tadi.

    Aku bisa mendengarnya dari kejauhan, seperti suara pintu yang didobrak, tidak, ditendang, entah berapa meter dari jarak kami sekarang.

    “Bagaimana sekarang?”

    “3 pilihan, pengalihan dan kabur, pengalihan dan serang, atau serang secara langsung?”

    “Tak ada pilihan lain?”

    “Diantara banyak pilihan, hanya 3 itu yang ada kemungkinan untuk bisa tetap hidup”

    “Baik, kita lakukan pengalihan dan serang. Kau alihkan dan serang mereka...”

    “Aku serang, kau jaga bocah ini!”

    Selesai rapat strategi singkat mereka, pemuda itu langsung menunjuk aku dengan tegas, mengisyaratkanku untuk tetap duduk diam.

    Pemuda itu mulai maju perlahan, dilepasnya senter yang terpasang disamping moncong assault rifle nya, semakin lama semakin menghilang oleh gelap ruangan.

    Sementara aku duduk jongkok dilantai menunggu situasi aman, gadis ini tetap siaga memegang pisau dan pistolnya sesekali berputar kebelakangnya.

    “Eh... Maria bukan?”

    Akupun berusaha untuk mengakrabkan diri dengan nya.

    “Aku mengerti kau sudah mendengar namaku sebelumnya”

    Dia membalasku dengan ekspresi dingin dan serius, ada yang salah denganku?

    Kulihat kedua tangan dalam posisi menyilang kebawah dengan tangan kirinya yang memegang pisau hitam dengan posisi terbalik kebawah dan tangan kanan nya memegang pistol, dilengkapi dengan lekukan tubuh yang seksi dengan seragam tentaranya dan wajahnya yang cantik berambut pirang pendek dan mata hijau dengan tatapan tajam waspadanya.

    Sial, seharusnya dia lebih cocok menjadi model, mungkin model pakaian dalam, dengan suasana pantai dan bikini berwarna putih!

    Dan otak mesumku mulai melakukan tugasnya lagi!

    Setelah cukup lama berpikiran mesum, mendadak terdengar suara perseteruan, entah siapa yang menang dan yang kalah.

    Terdengar lagi setelahnya suara langkah yang mendekat kemari, kulihat pula Maria langsung siaga mengarahkan pistolnya kearah suara itu.

    “Ini aku”

    Ternyata dia, nampak ia tersenyum puas dan bangga atas apa yang dilakukan nya.

    “Berapa banyak mereka tadi?”

    “Hanya 2 orang”

    “Bagaimana kau melakukan nya?”

    “Gampang, saat mereka memeriksa masuk kedalam ruangan tadi, aku melakukan pengalihan dengan menaruh senter yang menyala dengan posisi berdiri disamping pintu masuk mereka...”

    “Lalu?”

    “Saat mereka keluar dari ruangan itu, mereka akan terpancing oleh cahaya senter itu, tanpa menyadari siapa yang ada disebelahnya...”

    “Aku mengerti bagaimana kelanjutan nya”

    Dia langsung mencium tangan kanan yang dikepalnya dengan bangga.

    “Kau harus berhati-hati dengan Prime, dia pernah mengalahkan beruang grizzly dengan sekali uppercut tangan kirinya”

    “Hanya bisa membuat beruang itu pingsan”

    Tunggu dulu, dia mengalahkan beruang grizzly dengan tangan kirinya, tapi kenapa dia mencium tangan kanan nya kalau begitu?

    “Tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan seorang master pencak silat dari Padang, dia bisa membunuh 4 macan sekaligus dengan tangan kosongnya...”

    Yah, aku tidak bertanya dan tak peduli soal itu.

    Lagipula Padang itu ada dinegara mana?

    “Walaupun pada akhirnya dia dimasukan kedalam penjara karena melanggar undang-undang perlindungan hewan disana”

    SIAPA PEDULI!!!

    “Dia memang suka bercerita kalau sudah seperti ini”

    “Anggap saja itu dongeng terakhir yang kau dengar sebelum mati, Kid”

    Pemuda yang dipanggil Maria dengan Prime itu langsung melemparkan sesuatu kepadaku dan Maria, 2 buah assault rifle FN SCAR-L berwarna putih dengan 2 kotak pelurunya yang entah darimana ia dapat.

    “Aku ambil dari prajurit tadi, pakailah. Kau bisa memakainya Kid?”

    Aku tak pernah memegang senjata sebelumnya kecuali pistol yang ada digame arcade, assault rifle ini lumayan berat!

    “Kalau kau tak bisa membawanya, akan kutendang paksa bokongmu keluar dari sini, kalau perlu sampai kau mati terbunuh oleh tendanganku, atau tentara yang masih berada diluar sana!”

    Rasanya cukup memalukan memang, melihat Maria yang bawaan nya lebih berat dariku tampak tak mengeluh membawa assault rifle itu.

    Dilain sisi pula aku mulai jengkel dengan sikap kasar pria ini.

    “Maaf saja kalau aku lemah”

    “Sewaktu kau sekolah kau ikut klub apa?”

    “Klub game console”

    “...”

    Mereka terdiam mendengarnya, tapi memang benar begitu kegiatanku saat masih sekolah.

    “Anggap saja... Ini seperti permainan simulasi perang-“

    “Dengan nyawa sungguhan sebagai koin pembayaran nya!”

    Dia mulai menakutiku lagi dengan kata-katanya yang mengandung kematian.

    “Ikuti kami, kita gunakan formasi berbaris. Prime, kau didepan, Kid, kau ditengah, aku akan jaga bagian belakang”

    Maria pun juga ikutan memanggilku dengan Kid.

    Dengan langkah cepat dan tak bersuara aku mengikuti mereka, aku bisa merasakan Maria berjalan mundur dengan punggung yang memaksaku untuk bergerak cepat.

    Langkahku terhenti sebentar ketika kakiku menyentuh sesuatu.

    “GUAH!”

    Aku terkejut ketika melihat kebawah kakiku tergeletak 2 tubuh tentara dengan seragam loreng abu-abu putih, mengingatkanku pada orang yang diserang Prime tadi.

    “Apa mereka pingsan?”

    “Tidak, mereka sudah mati”

    Yah, mengingat dia bisa melakukan uppercut pada beruang hingga pingsan, bagaimana kalau dilakukan pada manusia?

    Kamipun melanjutkan perjalanan kami melewati 2 mayat itu.

    “Apa kalian tahu jalan keluar lain disini?”

    Selagi berjalan akupun bertanya.

    “Ya, gedung ini punya 2 pintu utama. Satu dari tempat kau masuk tadi, yang satunya lagi berada diujung sana”

    Meskipun begitu, aku masih mempertanyakan nasibku bagaimana caranya aku bisa pulang kembali ke Jepang.

    Kembali kami lanjut berjalan, entah berapa lama akhirnya aku melihat cahaya yang sama diruangan seberangnya, jalan keluar!

    “Cukup-berhenti-sampai-disitu!”

    Seseorang, tidak, ada beberapa, 1 orang pria beruban ditengah terlihat mengenakan setelan abu-abu berdasi merah menodongkan pistol FN Five-seveN kepada kami, dibelakang sampingnya ada 8 orang yang terlihat sama dengan tentara yang ‘tewas’ dibelakang tadi menodongkan assault rifle FN SCAR-L yang sama persis pula yang dibawa olehku dan Maria.

    “Lempar senjata kalian dan angkat tangan!”

    Entah siapapun dia dan apa maunya, tapi terpaksa kami menuruti perintah orang ini.

    “Lihat siapa disini... Anak dari si penjual senjata bersama geng tentara barunya...”

    Nampak pria tua itu mengenal baik Maria.

    “Aku senang kau masih mengingatku... Pak tua...”

    “Sebelum ayahmu meninggal, nama keluargamu sudah terkenal didunia hitam. Menjual senjata pada bajak laut Somalia, teroris Timur Tengah, pasukan pemberontak Asia Tenggara...”

    Maria anak dari penjual senjata gelap, tapi kenapa...

    “Tapi satu hal yang tak kumengerti... Kenapa kau lebih memilih menjadi tentara bayaran ketimbang meneruskan usaha ayahmu?”

    Ya! Tepat seperti itu yang ingin kukatakan.

    “Itu bukan urusanmu!”

    “Nampaknya dia juga tidak mengajarkan sopan santun padamu”

    “Siapa peduli! Lagipula juga kenapa kau ada disini?”

    “Tentu saja, mencari sesuatu yang sama seperti kau...”

    Aku mulai teringat lagi, bom macam apa yang sebenarnya mereka cari.

    “Data-data blueprint bom EMP”

    Hanya blueprint? Tentu saja mengingat tempat ini cukup kecil untuk menyimpan beberapa bom nuklir.

    Tapi dengan adanya cetak cara pembuatan nya dan bahan materi yang dibutuhkan, maka bom itu bisa dibuat dimanapun dan kapanpun.

    “Jikapun itu yang kau cari, sayangnya kami sendiri juga tidak mendapatkan nya”

    “Apa maksudmu?”

    “2 kemungkinan, peneliti disini sudah berhasil kabur lebih dahulu, atau ada kelompok lain yang sudah membawa mereka”

    “Begitukah...”

    Pria tua itu mulai memandangku.

    “Dan dia?”

    “Hanya turis tersesat”

    “Ah, jadi masih ada satu lagi ya...”
    Jelas pasti salah satu yang lain yang dimaksud adalah sang pilot.

    “Baiklah, mereka tidak ada sesuatu yang berguna. Bunuh mereka”

    Ini tidak sesuai harapanku! Kupikir karena orang ini adalah teman lama ayah Maria bakal ada sesuatu bantuan tambahan!

    “Ngomong-ngomong sebelum kalian mati, ada pesan terakhir? Mungkin kau dulu Maria?”

    “Heh... Aku tidak akan menemui ayahku didunia lain sana sekarang, tidak dimisi yang baru lima kali kujalani sekarang...”

    Maria nampak tersenyum licik dan merasa yakin bakal tetap hidup.

    “Kenapa?”

    “Karena kalianlah yang bakal mati!”

    Prime ikut melanjutkan jawaban dengan nada ‘kematian’ nya.

    “Apa-!”

    Aku mendengar suatu suara yang berdesing cepat menembus kaca, salah satu prajurit yang berdiri dipojok kiri tiba-tiba tumbang, membuat pasukan lain nya terkejut.

    “Apa yang?!”

    “Sekarang!”

    Selagi pria tua dan prajurit lain nya melihat prajurit tumbang tadi, Maria langsung membuka pouch dikiri belakangnya yang awalnya kukira berisi perlengkapan medis, tapi ternyata bukan! Itu pistol revolver .38 special dengan peluru terisi penuh 6 butir.

    Sementara Prime menarik sesuatu dari rompi anti-peluru kevlar dibelakangnya, seperti kaleng minuman tapi jelas bukan, dia melemparkan 2 flashbang kearah depan dan belakang pasukan itu.

    “Berbalik!”

    Terlambat bagi mereka dan juga aku, sinar flashbang itu menyilaukan pandanganku! Hanya putih berpijar terang yang cukup menyakitkan mata.

    “GUAH!!!”

    Aku tak bisa berbuat apa-apa terkecuali merunduk diam menatap lantai dengan ketakutan berharap tak ada peluru asal tembak yang mengenaiku.

    Meskipun aku tak melihatnya, aku masih bisa mendengar suara pertempuran itu, suara beruntun tembakan assault rifle, ledakan tembakan dari .38 special dan desingan tembakan yang menembus jendela sebelumnya.

    Selang tak lama, suara pertempuran itu berhenti, tapi aku tetap merunduk diam.

    Aku mulai tak peduli sekarang siapa menang dan yang kalah! Asal kalian biarkan aku tetap hidup aku akan sangat berterima kasih!

    Hingga ada seseorang yang mulai mengetuk bahu kiriku.

    “Hei! Sudah aman, berdirilah!”

    Itu suara Maria! Entah mengapa aku lebih merasa lega setelah mendengar suaranya!

    Perlahan aku berdiri, terlihat pemandangan putih bercampur merah darah didepanku.

    8 prajurit dan pria tua itu tewas bersimbah darah oleh peluru, sebagian dari rompi anti peluru mereka dan juga dari kepala mereka.

    Kutebak mereka pasti memiliki bala bantuan sniper disuatu tempat, terbukti dari tembakan yang menembus jendela dari luar itu.

    “Lain kali pastikan musuhmu sudah terlucuti semua senjatanya!”

    Maria mengatai dan menasehati mayat itu. Tapi apa gunanya jika mereka sudah mati?

    Tapi yang paling mengejutkanku adalah Prime yang awalnya kukira yang paling kuat, duduk terkulai bersandar didinding terluka berdampingan dengan assault rifle XM8 yang entah sejak kapan berada ditangan nya setelah membuang senjata tadi, mungkin dia mengambilnya kembali saat melempar flashbang tadi dan maju menyerang.

    “Kalau kau pikir aku sudah tewas... Akan kuhajar kau!”

    Ternyata dia masih hidup, entah apa aku harus senang atau sedih melihatnya.

    Prime terduduk diam, terlihat pundak kirinya terkena luka tembak dan rompi kevlar nya rusak tertembak tapi kelihatan masih bisa dipakai, tak heran mengingat dia langsung maju menyerang tadi.

    “Itu sangat gegabah Prime, kau tidak apa-apa?”

    Maria nampak mengkhawatirkan nya, tapi dengan raut muka tajam menatap luka itu.

    “Hanya lecet dengan 2 peluru bersarang disini”

    Itu tampak cukup menyakitkan, mungkin jika aku yang kena aku akan merintih kesakitan seperti anak kecil yang baru belajar naik sepeda roda dua dan terjatuh.

    “Kau punya Medi-pak?”

    “Maaf, tak ada Medi-pak. Hanya ada perban”

    “Itu cukup...”

    Maria mendekati Prime dan mengambil pisaunya yang tergeletak dilantai selagi Prime membuka lengan kiri bajunya.

    “Keeh...!”

    “Aku tahu ini akan sangat sakit”

    Maria mengeluarkan peluru bersarang itu dengan pisaunya, dilanjutkan dengan menutup lukanya dengan perban, entah berapa lama itu bisa bertahan mengingat luka itu tidak disterilkan lebih dahulu.

    “Yak, beres”

    Prime menggerakan pundaknya memastikan tidak ada yang salah, dan terlihat dari pergerakan nya semua terlihat baik.

    “Bisa berdiri?” Maria bertanya sambil menawarkan tangan bantuan.

    “Tidak perlu, aku bisa berdiri sendiri. Kecuali bila kakiku yang terluka”

    Maria hanya tersenyum kecil mendengarnya, tapi terlihat manis dipandang.

    “Hei Kid, kau mau keluar atau tidak?”

    Dia lalu memanggilku.

    “Anu... Apa kalian bisa memanggilku dengan Shu saja? Aku terbiasa dengan panggilan seperti itu saja”

    Aku memang terbiasa dipanggil Shu semasa sekolah, julukan baru ini terasa janggal bagiku.

    “Tidak”

    Mereka membalas bersamaan!

    “Kenapa?”

    “Karena itu terdengar lebih baik diucapkan...”

    “Dan itu cocok denganmu, ketakutan seperti anak kecil”

    Alasan yang aneh, tapi aku terpaksa untuk membiasakan diri dengan panggilan ini, setidaknya sampai aku pergi dari sini.

    Lalu pandanganku teralih pada pria tua yang tewas didekat pintu keluar.

    “Terakhir kuingat dia berusaha kabur melewati pintu itu”

    “Tapi... Kenapa kalian membunuhnya? Bukankah dia teman lama ayahmu Maria?”

    Ya, aku penasaran mengapa mereka sama-sama saling membunuh. Apa itu peraturan dari tentara bayaran?

    “Ayahku punya banyak teman. Sedikit yang baik dan bisa dipercaya, tapi banyak yang jahat dan brengsek. Seperti orang itu”

    Aku tidak tahu banyak bagaimana latar belakang pria ini, tapi mendengar nada bicaranya sepertinya itu layak baginya.

    “Bisa dikatakan, dia pantas menerimanya. Lagipula tadi juga dia mau membunuh kitakan?”

    Benar juga, aku bakal terbunuh jika seandainya mereka tidak melawan. Aku harus berterima kasih untuk itu.

    “Kalau kau mau mengucapkan terima kasih, simpan itu dulu!”

    Tepat setelah ucapan Prime tadi, terlihat dari luar jendela kaca hembusan angin dari putaran baling-baling helikopter perlahan mengarahkan senjata minigun kepada kami.

    Kurasa aku memang harus menyimpan ucapanku dulu.

    “BERLINDUNG!!!”

    Kami menunduk melindungi diri, entah mengapa hanya itu yang bisa kami lakukan.

    Tepat sebelum minigun itu memuntahkan pelurunya, mendadak muncul ledakan dari ekor helikopter itu, membuatnya oleng dan jatuh meledak!

    Andaikan ini bohongan ini adalah film 4 dimensi terbaik yang pernah kulihat.

    “Maria! Prime! Kalian tidak apa-apa?”

    Terdengar suara perempuan dari radio kontak mereka.

    “Lain kali lakukan lebih cepat!”

    “Maafkan aku, tapi Jet sendiri tidak bisa menjatuhkan heli itu dengan sniper rifle nya bukan? Lagipula rocket launcher ini berat!”

    “Bisa, jika dia menembak kepala pilotnya”

    “Nyatanya dia tidak bisa tadi!”

    Kulihat Maria menghembus nafas pasrah mendengar pertengkaran antara Prime dengan perempuan dikontak radio itu.

    Kusadari juga dari suaranya perempuan itu punya aksen Jepang.

    “Terserahlah. Lalu bagaimana dengan heli lain nya?”

    “Sudah diurus oleh Jet. All zone clear!

    “Bagus, kita langsung bertemu kembali dikapal selam”

    Jadi mereka kesini menggunakan kapal selam?

    “Ayo”

    Tanpa pikir lama kami langsung berlari. Terlebih dahulu Maria mengambil pistol USP miliknya dan mengoper tendang assault rifle FN SCAR-L dari lantai padaku.

    “Untuk berjaga-jaga saja, kita tidak tahu pasti kapan musuh bakal muncul lagi dan menyerangkan?”

    Perkataan Maria ada benarnya juga, lebih baik mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum terlambat.

    Dengan langkah cepat dan siaga sambil membawa senjata kami keluar dari gedung itu, terlihat pemandangan pasir pantai bercampur hutan tropis didepan nya, tidak lupa pula helikopter yang hancur terbakar tertembak tadi.

    “Oiiii!”

    Dari kejauhan terdengar suara memanggil didekat perbatasan antara pasir pantai dan hutan tropis, gadis berambut hitam twintail dengan ikat rambut bulat merah seperti karakter maskot dari anime, memakai baju kaos hitam ketat dengan flak jacket berlambang GHOST FOX dan celana hitam pendek sepaha membawa LAWS disampingnya berserta 2 roket amunisi.

    Meskipun tertutupi oleh flak jacket, tapi dari ketat baju kaosnya terlihat mungkin ukuran dadanya D.

    Kenapa pikiran mesumku ini selalu aktif baru-baru ini?

    Belum selesai sampai disitu, muncul sesuatu yang jatuh dari pohon didekat perempuan itu.

    “WUAH!”

    Terkejut aku dan perempuan itu melihatnya, seseorang dengan jaket berkerudung dengan motif digi-camo hutan lengkap dengan dedaunan nya dan menggunakan topeng gas, membawa sniper rifle yang aku tak tahu jenis apa itu melompat turun dari pohon.

    “JET! Bisa kamu hentikan kebiasaan itu?! Kamu menakuti kami kalau begitu terus tahu!”

    Terjadi pertengkaran kecil antara perempuan dan orang misterius itu, nampak jelas mereka bukanlah musuh melihat lambang GHOST FOX yang sama dengan Maria dan Prime.

    Dari persenjataan yang mereka bawa, sudah jelas pasti perempuan itu yang menembak jatuh helikopter tadi dan orang misterius itu yang menembak pasukan dari kejauhan dengan sniper saat aku berada didalam gedung tadi.

    “Sudahlah Nami, Jet memang seperti itukan?”

    Kami mendekati mereka selagi Maria berusaha menenangkan perempuan yang dipanggil Nami itu.

    Sementara orang misterius yang dipanggil Jet hanya menunduk maaf tanpa berkata apa-apa.

    “Tetap saja, aku tidak suka cara munculnya yang sering mengejutkan orang lain!”

    “Sudahlah, tidak perlu dipermasalahkan lagi soal kebiasaan Jet! Kalau kau tidak suka hajar saja dia sampai kapok untuk melakukan nya lagi”

    Prime ikut bergabung kedalam pertengkaran kecil itu dengan saran yang asal, membuat perhatian Nami berubah kearah luka dipundak Prime.

    “Hee...? Jadi kamu bisa terluka juga ya?”

    Nami memandang luka Prime dengan nada mengejek.

    “Aku sudah terbiasa seperti ini”

    “Heh, sok kuat”

    “Hei, kubilang hentikan. Kenapa malah jadi kalian lagi yang ribut?”

    Maria menyadari perubahan lawan debat Nami kepada Prime.

    "Selain itu, Nami bilang kau mengurus bagian helikopter yang satunya lagi. Bagaimana Jet?”

    Maria bertanya pada Jet, tapi ia tidak menjawab melainkan melakukan suatu gerakan pada jarinya.

    “Beres. Helikopter pengangkut. Hanya 1 orang. Pilot. Sudah kubunuh”

    Maria menerjemahkan arti gerakan itu. Apakah Jet bisu?

    “Tidak ada yang lain lagi?”

    Jet mulai melakukan gerakan isyarat lagi, tapi yang jelas pasti dari gerakan nya dia mengatakan ‘tidak ada lagi’.

    Itu mengartikan padaku keadaan dipulau ini sudah aman.

    “Baik, kita kembali kekapal selam. Kalau kalian mau bertanya siapa dia bisa kalian bicarakan disana nanti”

    Maria menunjuk aku dengan jempolnya.

    “Ayo semuanya!”

    Tanpa pikir lama kami langsung berlari menerobos hutan hingga kedaerah bakau. Sampai terlihat disana ada 2 perahu karet bermesin terikat dipohon.

    “Anu... Keadaan sudah aman... Jadi bagaimana aku sekarang?”

    Aku mulai mempertanyakan diriku lagi.

    “Ikuti saja kami”

    Maria membalasku dengan dingin, tapi entah mengapa juga aku tidak bisa melawan. Hampir terasa seperti tahanan.

    Bersama kami menaiki perahu. Setelah Prime dan Jet sama-sama menghidupkan mesin perahu, kamipun pergi meninggalkan pulau itu.
     
    Last edited: Sep 20, 2013
  8. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Chapter 2 part 1

    Anggap aja cerita extra gajes selama perjalanan :ninja:

    Menaiki perahu meninggalkan pulau itu sambil melamun disiang hari terik ditengah lautan, pertanyaan mengenai ayahku terus terulang didalam kepalaku.

    Kenapa dia memanggilku? Kenapa setelah kudatangi dia menghilang?

    Andai situasinya tidak berubah seperti ini mungkin sekarang aku akan menikmati cocktail sambil berjemur santai diatas kapal yatch bersama gadis cantik menemaniku, kuharap.

    Tapi yang terpenting sekarang, apa yang akan terjadi denganku setelah ini.

    “Kalian akan membawaku pulangkan?”

    Ya, yang kuinginkan sekarang hanyalah pulang, biarpun tercampur dengan rasa kesal dan frustasi akibat video kiriman ayah.

    “Darimana kau datang naik pesawat tadi?”

    “Papua Nugini, kota Port Moresby”

    Aku ingat ada mengatakan naik pesawat dari Papua Nugini sebelumnya, tapi tidak bilang secara terperinci dari kota apa.

    “Port Moresby ya...”

    Maria hanya bergumam sendiri setelah mendengarnya.

    Tak lama terlihat sesuatu berwarna hitam legam menyerupai sirip besar terkesan berat mengapung ditengah laut, jelas pasti itu kapal selam yang dimaksud Maria sebelumnya.

    Mereka bersama-sama perlahan mengurangi kecepatan perahu motor mereka dan mendekati kapal selam itu.

    “Trader, buka pintunya”

    Maria menghubungi seseorang melalui radio kontaknya.

    “Sebutkan kata kuncinya”

    Terdengar balasan suara seperti laki-laki yang tersamarkan, terasa aneh didengar seakan seperti suara mesin.

    “Fate Testarossa terkena starlight breaker dari Nanoha Takamichi!”

    Itu kata kunci teraneh dan terpanjang yang pernah kudengar, tapi kurasa itu cukup efektif.

    Entah mengapa juga aku pernah mendengar nama itu disuatu anime yang pernah diceritakan seniorku dulu.

    Kapal selam itu terangkat sedikit, memperlihatkan bagian depan dan belakangnya yang terlihat gendut seperti yang ada digame dan film.

    Bagian depan kapal itu terbuka, cukup muat untuk menyimpan 2 perahu atau lebih, terlihat ada 2 tempat kosong seperti rak khusus untuk menyimpan perahu dan 2 tempat lagi yang masih terisi perahu.

    “Masuklah”

    Aku menuruti perintah Maria tanpa berkata apa-apa, sambil melihat Prime dan Jet sibuk memasukan kedua perahu itu kedalam bagian depan kapal selam.

    Aku masuk kedalam kapal melalui sirip kapal diatas, ini pertama kalinya aku melihat dan memasuki kapal selam secara langsung, kupikir mereka memakai sesuatu seperti lampu merah yang menyala ditempat gelap entah apa namanya, ternyata mereka memakai lampu seperti biasa.

    Serentak aku menuruni tangga kedalam dek Nami dan Maria juga ikut turun dari atas.

    Nami turun lebih dahulu dari Maria, kulihat pantatnya yang nampak empuk dan ingin rasanya kuremas, terlebih lagi dengan celana hitam pendek sepaha ketatnya yang semakin membuatnya menonjol.

    Selagi aku menuruni tangga dan melihat pantatnya, terdengar suara seperti letupan nyaring dan panjang berbau busuk keluar.

    “Ah maaf, kurasa itu hasil dari gas cemilan yang kumakan tadi...”

    “Untung aku tak dibawah tadi”

    Dia memberiku kentut dengan rasa tak berdosa selagi Maria merasa bersyukur.

    Lagipula, itu tidak sopan!

    “Selamat datang kembali, Maria, Nami”

    Awalnya kupikir bakal disambut oleh seorang pria besar yang dipanggil Maria dengan nama Trader mengingat suaranya tadi, tapi yang ada seorang gadis kecil dengan rambut keriting twin-drill pirang panjang hingga ketengah punggung, mata berwarna hijau seperti Maria dan mengenakan baju kaos hitam yang sama seperti Nami. Dengan sedikit perbedaan dia menggunakan rok hitam pendek ketimbang celana pendek dan tanpa rompi anti peluru berdiri menghormati kami, lalu disambung balas hormat oleh Maria dan Nami.

    Apa tidak salah mereka memperkerjakan anak kecil untuk menjadi tentara bayaran? Orang tua mana yang membiarkan anaknya seperti ini?

    “Ya, kami kembali Trader”

    Tunggu, jadi dia Trader? Tapi bagaimana dengan suara pria tadi?

    “Dan dia siapa?”

    Dia mulai memandangku dengan penasaran, badan nya yang lebih mungil dari Nami membuatnya kelihatan menggemaskan.

    Sayang melihat dia masih kecil, itu membuatku terlihat seperti pedophil.

    “Hanya turis tersesat. Selain itu apa ada kabar dari kontraktor?”

    “Negatif. Belum ada pesan dari kontraktor”

    “Kau sudah sampaikan laporan terkini padanya?”

    “Negatif. Sesuai prosedur awal aku akan melapor ketika kalian sudah kembali dari sana”

    “Bagus, kalau begitu laporkan padanya misi gagal dan kirim uang pembayaran awalnya kembali”

    “Baik, segera kulaporkan”

    Dengan semangat sambil bersenandung ria dan sedikit memandangku Trader berjalan menuju ruang kontrol yang entah kukira pasti berisi komputer yang sangat rumit, disusul dengan Prime dan Jet yang sepertinya sudah menyimpan perahu motornya turun dari atas.

    “Kalau kau mengira kami memperkerjakan anak dibawah umur, kau salah. Dia sudah berumur 21 tahun”

    Tunggu, Trader sudah berumur 21 tahun? Tapi bagaimana bisa?

    “Loli syndrome...”

    “Aku dengar itu Prime!”

    Terdengar suara kesal Trader menggema didalam kapal, entah bagaimana ia bisa mendengarnya tapi nampak Prime merasa tak bersalah.

    “Yang lain nya, silahkan beristirahat bebas, tapi aku sarankan padamu Prime untuk mengobati lukamu lebih lanjut”

    “Baik...”

    “Dan kau, ikut denganku”

    Maria menunjuk dan memperintahkan aku untuk mengikutinya seiringan dengan bubarnya perkumpulan ini.

    Seiringan pula aku mengikuti Maria kurasakan getaran dari kapal selam ini menandakan bahwa kapal ini sudah masuk kedalam air.

    Tak lama pula aku mengikutinya Maria berhenti disebuah koridor yang memiliki banyak pintu besi dengan gangang pintu bulat diputar khas kapal militer angkatan laut, kuduga ini pasti adalah kamar tempat para marinir kapal.

    “Ini kamar hotelmu untuk sementara, silahkan dipilih mana yang kamu mau”

    Aku membuka pintu kamar yang berada paling dekat disampingku, awalnya kupikir bakal banyak sarang laba-laba karena kotor, tapi dugaanku salah mengingat kamarnya ternyata bersih.

    “Kalau kau lapar kau bisa ambil makanan didek ruang makan dikoridor belakang sana. Sesampainya di Port Moresby kami akan memberitahukanmu”

    Sesudah menyampaikan itu Maria berbalik pergi.

    “Anu...”

    “Ya?”

    Belum selangkah Maria pergi, entah mengapa aku memanggilnya.

    “Terima kasih sudah menolongku disana tadi”

    Bukan ini yang ingin kukatakan sebenarnya, tapi tak apa mengingat aku juga harus berterima kasih pada mereka.

    “Tak masalah” Balasnya singkat.

    “Tapi kenapa?”

    Aku jadi teringat digame, biasanya tentara bayaran dianggap sebagai bagian kelompok jahat atau musuh, tapi yang kulihat saat ini kelihatan berbeda dari itu.

    “...” Maria terdiam sebentar sebelum akhirnya menjawabku.

    “Beberapa kelompok tentara bayaran memiliki kode etik dan ketentuan masing-masing, termasuk kami...”

    “Salah satunya adalah tidak menyerang warga sipil yang tidak terlibat?”

    “Benar”

    Akupun mulai mengagumi kelompok ini.

    “Kalau tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, aku akan pergi”

    “Ah maaf, silahkan”

    Maria akhirnya pergi menghilang dari pandanganku.

    Akupun berbaring ditempat tidur, memang terasa tidak nyaman seperti kasur hotel di Port Moresby atau kasur kamarku di Jepang, tapi ini lebih baik ketimbang aku harus tidur dipasir pantai dingin dengan air pasang atau hutan tropis yang banyak nyamuknya.

    Ingin rasanya tidur, tapi tidak nyenyak dan terganggu atas semua kejadian ini yang kembali terputar ulang dikepalaku.

    Saat menerima video itu, berpamitan dengan paman dan bibi aku, transit dari Indonesia, sampai di Papua Nugini, berangkat menuju pulau terpencil itu, bertemu dengan tentara bayaran, merasakan agresi bersenjata, pergi dari pulau dengan kapal selam...

    Dan yang paling mengejutkan dari semua itu adalah kenyataan yang tak bisa kupercaya dengan apa yang dilakukan ayahku diluar sana.

    Aku berusaha mengalihkan perhatianku dengan mempersiapkan diri apa rencana yang akan kulakukan setelah sampai di Port Moresby nanti.

    Aku mengecek kantong kananku yang berisi dompetku, kubuka isinya terlihat beberapa lembar uang kertas dan beberapa koin Jepang Yen, uang lembaran Kina Papua serta kartu kredit dan kartu siswa lamaku sewaktu SMA.

    Jelas aku butuh uang untuk pulang kembali ke Jepang, setibanya nanti aku akan segera mengambil uang dibank untuk membeli tiket pulang, mengingat mereka hanya mengantarku sampai Port Moresby.

    Sekarang aku merogoh kantong kiri depanku berisi smartphone, iseng untuk melihat jam berapa sekarang, tapi entah mengapa layarnya mati.

    “Ah, baterainya habis!”

    Tanpa adanya penunjuk waktu aku tak bisa memperkirakan sudah sejauh apa kapal ini berjalan.

    Aku berdiri dari tempat tidur, berusaha memeriksa kedua kantong belakang celanaku.

    Disebelah kanan terasa sesuatu seperti buku, aku menyadari itu adalah buku pasporku, sementara disebelah kiri terasa kosong.

    Kupandang sekeliling ruangan ini, yang ada hanya tempat tidur yang baru saja kutempati dan sepasang meja besi dengan kursi besi berputar yang terlihat tidak nyaman.

    “Sebaiknya aku makan saja...”

    Tidak tahu sudah berapa lama aku dikapal ini ditambah mulai kelaparan membuatku berpikir untuk mencari makan didek belakang sesuai dengan apa yang dikatakan Maria sebelumnya, meskipun sebenarnya aku tidak begitu lapar tapi lebih baik mengisi tenaga lebih dulu.

    “Ah, kau sudah bangun?”

    Baru saja keluar dari kamar, secara kebetulan Nami berjalan melihatku.

    “Bangun? Memangnya sekarang jam berapa?”

    “Eh... Jam ini diatur untuk waktu didaerah Papua... Sekarang jam 7.40 malam waktu Papua, 5 jam 26 menit sudah berlalu sejak kapal ini berangkat!”

    Nami melihat jam tangan digital hitam ditangan kirinya, tak sadar sudah selama itu aku berada didalam kamar tadi, tak aneh kurasa mengingat sekarang aku berada dibawah air tanpa penerangan cahaya matahari seperti halnya menjelajahi gua tanpa mengenal waktu saat kembali keluar.

    “Ah... Begitu”

    “Kau mau keruang makan juga? Biar kita sama-sama pergi kesana”

    “Ya, aku juga ingin kesana!”

    Dengan senang hati aku menerima ajakan Nami.

    “Oh iya, kita belum sempat berkenalan. Namaku Nami, meskipun itu bukan nama asliku”

    Selagi berjalan Nami mengulurkan tangan kanan nya memberi salam jabat tangan padaku, meskipun aku sudah mendengar namanya dari Maria dan yang lain nya, kurasakan tangan nya yang putih terasa agak kasar tapi tetap halus disentuh kugenggam dan kusalami.

    “Ah, namaku Shuuya, Shuuya Kidou. Biasanya aku dipanggil Shu tapi entah mengapa sekarang bertambah jadi Kid”

    Akupun teringat lagi dengan julukan baru itu.

    “Pasti Prime yang memberi nama panggilan itu”

    “Darimana kau tahu?”

    “Yah... Aku juga dulu seperti itu sewaktu direkut, saat aku diterima dia langsung memberiku nama kode ‘Nami’, dan begitulah sampai sekarang aku dipanggil Nami”

    “Ah... Aku mengerti sekarang”

    Tepat selesai perbincangan itu tanpa sadar aku dan Nami sudah berada didek belakang ruang makan.

    Selain itu aku tidak sendirian, ternyata disana sudah ada Prime dan Jet berdiri dimeja dapur sedang mempersiapkan sesuatu, entah apa yang mereka lakukan dengan 2 sarden kalengan besar yang tak ada ********** pembukanya dihadapan mereka.

    Lalu Jet memberikan isyarat jari pada Prime.

    “Pisau...”

    Prime membuka laci didekatnya dan mengambil 2 pisau dapur dengan gaya lempar berputar yang keren ala juru masak profesional dan lalu menyerahkan satu pisaunya kepada Jet, membuatku tertarik untuk menyaksikan masakan macam apa yang mereka buat.

    Mereka meletakan ujung pisau mereka diatas kaleng sarden itu dan memukulnya dengan keras hingga membuat lubang kecil lalu memotong tutup kaleng itu melingkar.

    Selesai membuka kaleng itu, Prime membuka laci lagi mengambil 2 garpu tanpa gaya akrobatis dan menyerahkan satunya lagi pada Jet.

    Jet mengambil sarden kalengan dan garpunya pergi memojokan diri disudut ruangan menghadap dinding, entah apa yang dia lakukan disana?

    “Selamat makan!”

    Prime menusuk ikan sarden didalam kaleng itu dengan garpunya dan memakan nya, kupikir awalnya mereka bakal memasaknya menjadi sesuatu yang lebih enak, ternyata mereka memakan nya mentah! Membuatku jadi terpeleset melihat kelakuan mereka.

    “Kupikir mereka bakal masak sesuatu...” Pikirku sendiri.

    “Kalau kau berharap ingin dihidangkan lobster, dengan senang hati aku akan melemparmu keluar dari kapal ini untuk mencarinya sendiri!”

    Nampak Prime baru menyadari keberadaanku dan kembali dengan nada ancaman nya.

    “Dia mungkin kelihatan kasar, tapi sebenarnya dia baik kok”

    Nami membisiki aku, dia ada benarnya sedikit, walaupun Prime kadang menakutiku tapi faktanya dia tak ada memukulku sekalipun.

    Tapi kenapa dia bersikap begitu padaku? Apa semua warga sipil yang ditemuinya bakal diperlakukan begitu juga?

    “Ngomong-ngomong, kau mau makan apa?”

    Nami membuka lemari es tak jauh darinya mencari bahan memasak, kulihat didalamnya terdapat bermacam sayur dan buah-buahan yang tak kupedulikan apa-apa saja jenisnya.

    “Buat apa kau repot-repot masak untuknya? Beri saja dia makanan kaleng dirak sana!”

    “Siapa bilang aku masak hanya untuk dia? Aku juga ingin makan tahu! Lagipula aku tidak suka makanan kalengan, tidak menyehatkan!”

    “Oh ya? Kalau begitu jelaskan padaku kenapa kau ngemil terus dan berat badanmu bertambah? Itu sama sajakan tidak menyehatkan?”

    Mendadak rambut twintail Nami jadi berdiri seperti tersetrum listrik mendengarnya.

    “Jangan sampai aku menarik pelatuknya, lagipula cemilan yang kumakan itu rendah kalori tahu!”

    Nami langsung menodongkan SMG skorpion dari ikat pinggang kanan nya pada Prime dengan nada ancaman bercampur kesal.

    “Oh aku takut! Biar kutebak, berat badanmu sekarang...”

    Prime berpura-pura ketakutan dengan nada menyebalkan, membuat kekesalan Nami bertambah.

    “Anu... Apa disini ada bumbu kare?”

    Aku berusaha untuk menghentikan pertengkaran itu sebelum ada yang tewas atau terluka ditempat atau terjadi kerusakan dari dalam kapal ini, tapi entah mengapa hanya itu yang bisa kuucapkan.

    “Hm? Ah, kurasa ada... Disini!”

    Nami membuka kabinet didekat atas kepalanya, didalamnya terdapat berbagai macam bumbu makanan, termasuk bumbu kare batangan terlihat disitu.

    “Kau mau makan kare?”

    “Ya, kalau kau tidak keberatan”

    “Tak apa! Aku juga sudah lama tidak makan kare khas Jepang!”

    Untunglah ucapanku tadi dapat mengalihkan perhatian nya.

    Kamipun akhirnya memasak kare bersama-sama, selagi aku yang dapat bagian memasak kare Nami membantuku dengan memasak nasi, entah darimana dia mendapatkan berasnya aku tak begitu memperhatikan nya.

    “Kami jarang menggunakan kapal selam ini, jadi persediaan makanan disini cukup banyak”

    Selagi berbicara Nami menggoreng daging sapi yang ia ambil dari freezer sambil menunggu nasi masak di rice cooker, sementara aku memotong kentang dan wortel sambil juga menunggu air mendidih.

    “Hmm... Aku mencium sesuatu yang enak...”

    Setelah aku memasukan bumbu kare serta wortel, kentang dan daging sapi yang digoreng Nami tiba-tiba Maria datang dengan keadaan masih mengantuk menggunakan gaun tidur putih yang nyaris tembus pandang.

    Aku bisa melihatnya, dia menggunakan bra putih dengan pinggiran berwarna merah dan celana dalam yang sama dengan warna branya!

    “Baru 5 setengah jam kita berangkat tapi kau terlihat seperti putri tidur yang mengidap leukemia baru bangun”

    “Hahaha, lucu sekali Prime...”

    Maria tertawa hambar sambil melihat aku dan Nami memperhatikan apa yang kami masak dengan mata menyipit karena masih mengantuk.

    “Apa yang kalian masak?”

    “Nasi kare!”

    “Ala India atau Jepang?”

    “Tentu saja ala Jepang!”

    Mata mengantuk Maria tiba-tiba terbuka lebar ditambah dengan senyum senang setelah mendengarnya.

    “Yak! Kalau begitu aku minta!”

    Maria memohon dengan mata berbinar didepan Nami.

    “Silahkan! Ini cukup untuk 10 porsi kok!”

    “Apa itu tidak terlalu kebanyakan untuk 6 orang?”

    Prime bertanya mengingat jumlah semua orang yang ada dikapal ini.

    Aku, Maria, Prime, jet, Nami dan Trader. Apa disini masih ada 4 orang lagi?

    “Kau tidak sadar dirimu sendiri ya? Biasanya kau dan Jet makan nya paling banyak bukan? Jadi aku sengaja membuatkan porsi lebih”

    Aku mengerti alasan nya sekarang. Meskipun ucapan nya terdengar masih kesal dengan Prime tapi Nami tetap peduli dengan nya.

    Jika tidak, dia bisa saja membiarkan Prime dengan masak sedikit.

    “Makan kami memang banyak, tapi tidak membuat kami nampak gendut”

    “DIAM!” Maria dan Nami langsung marah bersamaan pada Prime.

    Rice cooker yang digunakan Nami tiba-tiba berbunyi menandakan nasi sudah matang, begitu pula denganku, kuah kare yang kumasak sudah mendidih kental.

    “Yak! Sudah matang!”

    “Bagus! Aku sudah tidak sabar!”

    Maria menjilati bibirnya sendiri tak sabar untuk menyantapnya.

    “Trader! Istirahatlah dulu! Makanlah kesini!”

    “Baik!”

    Nami berteriak memanggil Trader dari ruang makan dan disambung balas, entah seberapa jauh jarak ruang makan disini hingga ruang kontrol mereka.

    Nami mengambil 6 piring dari rak lalu menyendokan nasi dan menuangkan kare diatasnya.

    “Maria”

    “Sip...”

    Nami memberikan 1 piring nasi kare kepada Maria.

    “Kid”

    Dia lanjut memberikan nya padaku.

    “Prime, Jet”

    Lanjut kembali pada Prime dan Jet dengan memberikan 2 piring nasi kare kepada mereka.

    Seperti sebelumnya jet kembali memojokan diri disudut ruangan setelah menerima kare itu.

    Ada masalah apa dia sebenarnya?

    “Dan ini untuk aku dan Trader!”

    Nami menaruh 2 piring terakhir nasi kare dimeja makan tengah.

    Selesai membagikan Trader langsung datang keruang makan saat itu juga.

    “Anu... Aku masih ada kebagian?”

    Trader bertanya langsung memastikan dia ada dapat bagian atau tidak.

    “Jangan khawatir, jatahnya masih banyak kok! Ayo sini!”

    Dengan sedikit bernafas lega Trader akhirnya menghampiri meja makan dekat Nami.

    “Jangan lupa sendoknya!”

    Maria mengingatkan seluruh yang ada didalam kapal mengambil 6 sendok makan didalam laci meja dapur dan mengopernya pada kami semua.

    Sejenak pula aku sempat kagum melihat jet menangkap sendok yang dilempar Maria tanpa membalikan badan nya.

    “Ini tidak pedaskan?”

    Prime bertanya-tanya sambil memainkan kuah kare dengan sendoknya.

    “Tentu saja tidak, kami tadi memakai bumbu kare yang tidak pedas”

    Setelah mendengar penjelasan Nami, Prime langsung menyantap karenya.

    “Ada yang mau minum?”

    Maria membuka lemari es kedua disebelah lemari es berisi sayur dan buah-buahan sebelumnya, isinya terdapat beberapa kaleng dan kotak karton minuman, entah apa itu susu, jus atau mungkin soft drink isinya.

    “Cola!”

    Prime meminta cola pada Maria dengan mulut yang masih terisi nasi, tapi tetap jelas terdengar.

    Prime menoleh kearah Jet, dilihatnya Jet yang masih memojokan diri memberikan tanda isyarat jari membentuk huruf v dengan jari telunjuk dan tengah tangan kirinya tanpa berbalik badan.

    “2! Satunya lagi untuk Jet!”

    “Tangkap sendiri!”

    Maria melempar 2 kaleng cola pada Prime dan Jet, perhatianku kembali pada jet yang menangkapnya kembali tanpa melihat kebelakang.

    “Nami? Trader?”

    “Jus melon!”

    “Aku stroberi”

    “Tangkap!”

    Maria kembali melempar 2 kotak karton jus rasa melon pada Nami dan rasa stroberi pada Trader.

    “Kid?”

    Maria memalingkan wajahnya padaku.

    “Ah... Aku teh saja”

    Entah kenapa aku langsung terpikir ingin minum teh, tapi tak apa.

    Maria mengambil 2 botol plastik teh, tapi ia tidak melemparnya padaku, melainkan menyerahkan nya langsung padaku.

    “Aku juga ingin minum teh...”

    Maria mengocok 1 teh yang ada ditangan kirinya sambil menjelaskan kenapa ia mengambil 2 botol.

    “Oke... Bagaimana kalau sedikit musik untuk sedikit memberi suasana?”

    Maria berjalan menuju papan touchscreen yang ada didekatnya, awalnya kupikir itu adalah semacam komputer untuk memberikan status kondisi kapal selam atau semacamnya, tapi melihat OS yang dipakai aku mulai mengerti itu adalah tablet PC yang menempel.

    Aku melihat sudut langit-langit, baru kusadari ada 4 speaker menempel disana.

    Maria mulai memutar suatu lagu, entah lagu apa ini, tapi terdengar agak melankolis dan sudah kuno.

    “Crossing field... LiSA”

    Prime bergumam sendiri seakan sudah tahu lagu apa itu.

    Aku baru ingat, ini lagu lama hampir puluhan tahun yang lalu!

    “Ganti! Aku tahu kita gagal dalam misi kali ini, tapi jangan memutar lagu yang membuat kita tambah terpuruk!”

    Prime berjalan mendekati tablet didekat Maria sambil membawa nasi kare ditangan kirinya, sementara tangan kanan nya menekan dan menggeser papan tablet itu mengganti lagu.

    Kali ini musiknya terkesan bersemangat dan energik, kurasa sama lamanya dengan lagu sebelumnya.

    “Giant step... Astronaut feat may’n”

    Maria menyebut judul lagu yang diputar itu, sesuai perkiraanku juga itu lagu lama.

    “Ini terlalu bersemangat dan terkesan menang, misi kita gagalkan?”

    Maria sedikit kesal dan mulai mengganti lagunya kembali dengan musik yang sebelumnya.

    “Justru karena kita gagal kita perlu menyemangati diri!”

    Prime membalas memutar kembali lagu pilihan nya.

    “Bukankah kau suka lagu LiSA?”

    “Aku suka tapi suasananya tidak tepat untuk memutar lagu itu!”

    “LiSA”

    “May’n”

    “LiSA!”

    “May’n!”

    “LiSA!”

    “May’n!”

    Akhirnya mereka bertengkar dengan memutar lagu pilihan mereka bergantian.

    Jet berdiri dan berbalik badan dengan piring kare yang sudah habis, awalnya kukira dia ingin tambah, tapi ia meletakan piringnya dimeja dapur dan berjalan kearah tablet didekat Maria dan Prime.

    Jet menyingkirkan mereka dari tablet itu dan memilih suatu lagu bernuansa pantai tropis, lalu mengeluarkan bahasa isyarat tubuhnya, seakan memarahi dan menasehati mereka.

    “Nami, apa kau tahu apa artinya itu?”

    Sambil makan aku bertanya dengan Nami yang ada disampingku ingin tahu apa arti bahasa tubuh Jet.

    “Ah, itu artinya : ‘Kita ada didaerah kepulauan tropis sekarang, jadi kenapa kita tidak memilih lagu yang bernuansa pantai atau Karibia? Itu lebih cocok daripada lagu weaboo kalian!’ Itu yang dia katakan”

    Sepertinya mereka semua disini sudah mengerti betul arti bahasa tubuhnya.

    “Yah, dia ada benarnya juga...”

    “Rasanya cukup konyol kita memutar lagu Jepang didaerah tropis seperti ini, suasananya tidak dapat!”

    Syukurlah berkat Jet, akhirnya Maria dan Prime jadi tenang dan berdamai.
     
    Last edited: Sep 30, 2013
  9. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Chapter 2 part 2

    “Hei! Kau dapat pesan suara! Cepat terima!”

    Mendadak musik pantainya jadi sedikit terganggu, aku mendengar suara perempuan yang pasti bukan suara Maria, Nami ataupun Trader memberitahu ada pesan suara.

    Entah dimana rasanya aku pernah mendengar suara ini dari suatu anime...

    “Pasti dari kontraktor, cepat putar Nami!”

    Maria langsung memperintahkan Nami berjalan kearah tablet lalu mematikan musiknya dan memutar pesan suara yang baru saja mereka terima.

    “GHOST FOX... Aku baru saja menerima laporan kalian...”

    Aku jadi ikut penasaran mendengarnya, suaranya seperti pria paruh baya yang tersamar oleh mesin.

    “Mungkin kalian gagal disini, tapi aku tidak mengatakan tugas kalian selesai sampai disini bukan?”

    “Hee? Apa maksudnya itu?”

    “Tenanglah, Nami”

    Maria menyuruh Nami diam sambil mendengarkan pesan suara itu dengan serius.

    “...Jadi kalian tidak perlu mengembalikan uang kontrak kalian, aku akan membayar sisanya nanti”

    “Hee... Aneh juga dia... Seharusnya orang-orang akan marah atau kesal kalau gagal...”

    Nami berbisik pelan sedirian, tapi aku bisa mendengarnya cukup jelas.

    “Aku juga diberitahu dari informan kalian bahwa kalian akan berlabuh di Port Moresby besok. Bagaimana kalau kita melakukan pembayaran kontrak langsung disana? Dihotel Luahu Papaya...”

    Aku sedikit tersentak kaget mendengar nama hotel yang dia sebutkan, itu hotel tempat aku menginap!

    “Selain itu pula disana juga aku ingin memberitahu tugas kalian selanjutnya. Tidak bisa kuberitahukan melalui pesan ini, jadi akan kujelaskan besok disana dan tidak usah membalas pesan ini, selesai”

    Pesan suara itupun berakhir sampai disitu.

    “Bagaimana? Maria?”

    “Entahlah... Kita sudah pernah menemuinya dan dia bermain jujur bukan?”

    “Tapi aku kurang sedikit percaya padanya. Memang dia membayar kita sangat mahal, tapi informasi yang dia berikan meleset, bahkan kita sendiri tidak menemukan bukti adanya bom atau peneliti itu!”

    “Seperti yang kubilang sebelumnya Prime, kemungkinan ada 2 hal, ada kelompok lain yang sudah membawa peneliti itu lebih dahulu atau para peneliti itu sudah melarikan diri duluan sebelum ada yang datang”

    “Apa yang membuatmu yakin dengan hal itu?”

    “Kau sudah lihat tentara bayaran lain nya disana tadikan? Dia ada mengatakan sesuatu soal blueprint”

    Aku jadi teringat pria tua disana tadi.

    Tapi apa gunanya diingat kalau dia sudah mati disana?

    “Ya aku ada dengar itu...”

    “Dan kontraktor kita sendiri bilang sebelumnya kalau yang mengetahui informasi ini bukan kita sajakan?”

    “Benar, tapi justru karena itu aku berpikir kenapa informasinya bisa bocor?”

    “Entahlah Prime, intelijen bukan hanya ada satu didunia inikan? Lagipula kita tidak bisa tahu jalan pikiran pihak lain diluar sana”

    “Yah, tapi...”

    Prime nampak sudah kehabisan akal untuk berbicara.

    “Pikirkan ini Prime, kalaupun memang kontraktor kita berbohong pada kita, buat apa dia membayar mahal kita? Kenapa ada kelompok lain yang juga ikut mencarinya?”

    “Itu karena...”

    “Kalau kau tidak percaya, kau boleh membawa senjatamu, kalau perlu kita bisa minta Jet untuk mengawasi kita dari kejauhan dengan sniper andalan nya”

    Maria menunjuk Jet yang memperhatikan diskusi mereka, kulihat dia nampak merasa tersanjung mendengarnya.

    “Jadi bagaimana?”

    “Kita temui dia disana, dengan sedikit penjagaan diri!”

    Akhirnya Maria memutuskan sekaligus menutup perdebatan itu.

    Tanpa sadar aku mendengarkan mereka sambil makan hingga habis, kulihat piring nasi kareku yang sudah kosong seiringan dengan selesainya mereka berbicara.

    Selang beberapa lama mereka tak ada berbicara lagi menghabiskan makanan mereka, hingga suapan terakhir dari Prime yang sudah menambah hingga 2 piring menutup makan malam.

    “Baiklah, saatnya kembali tidur...”

    Selesai makan Maria jadi menguap karena mengantuk dan pergi dari ruang makan.

    “Kau tidur lagi?!” Heran Prime langsung, menyadari sebelumnya juga Maria baru saja bangun tidur.

    “Selamat tidur! Kami akan segera kembali mengawasi ruang kontrol!”

    “Ya, mohon bantuan nya”

    Nami melambai balas pada Maria hingga hilang dari pandangan nya.

    “Kamu tidak tidur?”

    Aku bertanya penasaran pada Nami mengingat sekarang sudah malam dan dia bilang kembali mengawasi ruang kontrol.

    “Sebenarnya ingin, tapi ini sudah tugasku dan Trader untuk mengendalikan kapal ini...”

    “Biarpun kapal selam ini punya kendali otomatis, tapi tidak bisa menjamin bila seandainya persediaan oksigen kapal ini menipis ataupun menabrak karang” Trader ikut menambahkan disampingnya.

    “Ah... Jadi begitu”

    Kurasa itu sangat logis, walaupun jaman sudah canggih tapi teknologi sekarang masih belum berkembang pesat.

    Atau mungkin karena kapal selam ini model kuno? Aku juga tidak tahu.

    “Kalau begitu, aku juga tidur buat mempersiapkan diri buat besok. Jaga kondisi kalian baik-baik dan jangan terlalu memaksakan diri kalian saat berjaga nanti”

    Prime berdiri pergi tidur sambil mengelus kepala Nami dan Trader, nampak seperti seorang kakak yang sayang pada adiknya.

    Nami merasa malu menerima elusan itu, berbalik dengan Trader yang merasa senang menerimanya.

    Sesudah Prime pergi menghilang, aku mengalihkan pandangan melihat sekitar ruang makan, aku baru menyadari Jet juga sudah menghilang tanpa jejak dari situ.

    Orang itu benar-benar aneh sekaligus misterius...

    “Kalau begitu, aku juga tidur”

    Aku juga memutuskan untuk kembali kekamar untuk tidur.

    “Selamat tidur! Kuharap tidurmu nyenyak!”

    Nami melambai lagi padaku, tapi mengingat kasurnya yang tidak nyaman aku tidak merasa yakin untuk bisa tidur nyenyak.

    Aku berjalan kembali kekamar dan langsung merebahkan tubuhku diatas kasur itu.

    Entah karena habis makan kare tadi atau karena pengaruh lelah, tidurku bisa nyenyak sekarang tanpa terbeban pikiran yang lain.

    Hingga beberapa lama kemudian...
     
    Last edited: Sep 30, 2013
  10. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Oke setelah wa baca ulang ini Chapter 1 ternyata lumayan juga sih ceritanya :top:

    Keep on writing :beer:
     
  11. ivan245 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Oct 20, 2009
    Messages:
    296
    Trophy Points:
    221
    Ratings:
    +14,655 / -0
    Menurutku, konsep ceritanya lumayan menarik dan banyak dialog bagus.

    cuma dialognya agak kebanyakan. aku jadi sering lost, ini percakapan siapa sama siapa.
    Trus ada yg di- nya mestinya dipisah...
     
  12. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Chapter 2 part 3

    “Hei Kid, bangun! Kita sudah sampai di Port Moresby!”

    Aku terbangun kaget, Prime meneriakiku untuk bangun sambil menggedor pintu kamarku.

    Sentak aku berdiri dan membuka pintu kamar, kulihat Prime yang masih dengan tampang kasarnya berdiri didekat pintu, kali ini ia memakai baju kaos hitam bergambar karakter tokusatsu entah dari series apa dan celana jeans berwarna biru tua.

    “Jemputan terakhir, cepat persiapkan dirimu!”

    “Tak perlu repot menungguku, barangku juga tidak banyak disini”

    “Itu lebih baik...”

    Prime mengawalku jalan hingga pintu jalan keluar, terlihat disana Maria dengan baju kaos ungu bernuansa pantai dan celana jeans hitam, Nami dan Trader yang masih dengan pakaian lama mereka sudah berdiri menunggu.

    “Dimana Jet?”

    Prime bertanya pada Maria, aku juga baru menyadari Jet tidak ada disitu.

    “Dia sudah pergi lebih dulu, kau tahu sendirikan dia?”

    “Aku mengerti...”

    Maria langsung menyerahkan ikat pinggang dengan holster pistol Desert Eagle dan 3 kantong klip peluru .357 magnum pada Prime.

    “Untuk penjagaan diri”

    “Aku tahu...”

    Prime memakai ikat pinggang itu dan ditutupi dengan bajunya, walaupun menurutku agak percuma menyembunyikan nya disitu karena tetap bisa terlihat karena timbul.

    Kulihat lagi Nami berdiri mengulurkan tangan kanan nya ingin memberi salam padaku dengan tampang agak sedih.

    “Sayang sekali kau harus pergi...”

    “Ya, aku juga senang bertemu denganmu”

    “Kuharap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti”

    Aku menjabat tangan perpisahan pada Nami, meskipun baru sehari berkenalan dengan nya tapi aku juga merasa agak sedih berpisah dengan nya, mungkin karena kami sudah saling akrab.

    “Baiklah, kita pergi”

    “Hati-hati dijalan!”

    “Kalian berdua beristirahatlah dengan baik!”

    Aku, Maria dan Prime menaiki tangga keluar keatas kapal, selagi Prime juga menasehati Nami dan Trader dibawahnya.

    Setibanya keluar diterangi sinar matahari, entah pagi atau siang, kupikir pemandangan yang kuhadapi adalah pelabuhan dengan suara mesin kapal yang berdengung dan suara mesin derek yang sibuk mengangkut barang, nyatanya kami masih berada dilaut lepas.

    “Kita tidak bisa membawa kapal selam ini kepelabuhan, orang-orang akan curiga bila melihat kapal militer disana nanti!”

    Seakan bisa membaca pikiranku, Prime menjelaskan kenapa mereka berada disini.

    Aku melihat perahu karet motor mereka mengapung didekatku, dikejauhan pula kulihat daratan dengan beberapa gedung tinggi dan pantainya, disanalah kota Port Moresby.

    “Akhirnya, setibanya disana urusan kita selesai...”

    Prime nampak senang mengingat aku akan berpisah dengan mereka setelah ini.

    Tanpa berkata apa-apa lagi kami langsung menaiki perahu motor itu.

    Entah berapa lama perjalanan ini tak kuhitung, aku hanya melihat daratan diseberang sana yang semakin terlihat membesar dan mendekati.

    Prime membelokan perahunya sedikit menjauhi daerah kota kearah hutan bakau, kutahu pasti mereka tidak ingin terekspos oleh orang banyak lewat lautan.

    Hingga kami sampai didaratan, didaerah hutan bakau dipertemuan antara sungai menuju lautan.


    Aku melihat 1 perahu mesin yang sama persis terikat disalah satu pohon disana, Prime mengikat perahunya disamping pohon dekat perahu itu, sementara Maria berjalan turun menuju semak yang bentuknya aneh dan terlihat janggal.

    Aku baru mengerti apa yang ada dibalik semak itu setelah Maria membongkarnya, sebuah jeep off-road tak bersenjata dengan warna hijau tua dengan sedikit noda lumpur didekat ban nya.

    Entah sejak kapan mereka sudah mempersiapkan jeep itu disana.

    “Terima kasih buat suvenirnya, Jet”

    Maria berbicara sendiri seakan sudah tahu siapa yang mempersiapkan nya.

    Kamipun langsung menaiki jeep itu, melewati tanah keras agak berlumpur hutan bakau hingga menemui jalan beraspal.

    Sesekali dijalan aku melihat mobil dengan kotak kecil terbuka dibagian belakangnya menyerupai truk tapi lebih kecil, juga beberapa pondok kecil yang memajakan buah-buahan yang kurasa pasti untuk dijual, terlihat dari tanda papan yang sepertinya terbuat dari kotak karton dengan tulisan dibuat dari spidol hitam yang tak sempat kulihat berapa harganya.

    Hingga akhirnya pemandangan hutan dengan pondok berubah menjadi rumah pantai bercampur dengan bangunan kumuh dan gedung tinggi berkesan futuristik.

    Beberapa bagian bangunan disekitar jalanan ada pula yang terlihat berwarna tapi terkesan kumuh, mengesankan daerah ini hanya untuk orang miskin dan penjahat.

    Usai melewati daerah itu tibalah kami berhenti disebuah gedung tinggi terkesan futuristik berwarna putih dengan jendela berwarna biru terpantul cahaya langit dengan tulisan besar dipintu masuknya ‘grand hotel luahu papaya’.

    Kurasa dinamakan dengan ‘papaya’ karena bangunan nya memang terlihat mirip seperti buah pepaya raksasa.

    “Oke Kid, kita berhenti sampai disini saja...”

    Aku tidak mengatakan apa-apa pada mereka kalau mereka sudah mengantarku tepat sampai ditujuanku, akupun turun dari mobil jeep itu.

    “Ah, dan tolong satu hal lagi...”

    Sebelum berjalan jauh aku berbalik mendengar Maria tiba-tiba memanggilku.

    “Berjanjilah pada kami, kau tidak akan menceritakan semua kejadian ini ataupun kelompok kami pada orang lain”

    “Siapapun?”

    “Siapapun! Polisi, tentara militer, keluargamu ataupun kelompok tentara bayaran yang lain nya!”

    Aku mulai bimbang terdiam harus bagaimana sekarang, bagaimana nanti aku menjelaskan nya pada paman dan bibiku yang juga bagian dari keluargaku bahwa aku tidak menemukan ayahku dan justru menjadi saksi dari sebuah peperangan rahasia?

    Lagipula mereka juga melihat video kiriman itu dan berkata itu adalah memang ayahku!

    Tapi mereka juga sudah menolongku disana, kurasa itu juga bisa menjadi balasan buat mereka.

    Lagipula selama dikapal selam mereka juga memperlakukanku dengan baik, kecuali Prime pastinya.

    “Bagaimana?”

    Maria mulai menanyakan keputusanku.

    “Kalau kau tidak mau, aku akan bunuh kau secara diam-diam untuk membungkam mulutmu selamanya!”

    Ucapan dari Prime membuatku jadi sedikit tertekan.

    “Ya. Aku berjanji”

    Akupun berjanji pada mereka, walaupun nanti aku harus berpikir bagaimana caranya aku memberi alasan buat paman dan bibiku.

    “Terima kasih. Aku percaya padamu”

    Nampak Maria tersenyum lega mendengarnya.

    “Tapi, kalau kami mendengar kabar atau informasi mengenai kami bocor dimasyarakat dunia, kami akan benar-benar membunuhmu!”

    “Jangan khawatir. Kau bisa pegang kata-kataku”

    Itu mungkin menjadi kalimat terakhir yang kudengar dari Prime, aku juga mungkin akan merindukan tubuh seksi Maria.

    Prime langsung menancapkan gasnya pergi kegedung parkir yang jaraknya agak jauh dari tempatku berdiri, membuat Maria agak terkejut karena gas mendadak.

    Kamipun berpisah sampai disitu.
     
  13. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    Oke baru lanjut baca lagi yang Chapter 2 Part 1 :haha:

    Sebenernya lumayan menarik juga sih tentang kehidupan di kapal selam ginian, jadi lebih kerasa kayak cerita Visual Novel kayak na sih :hehe:

    Anyway

    Ngakak pas liat ini :lol:

    Blom baca yang part2 berikut na jadi gak gitu bisa komen banyak, penggambaran deskripsi na udah mulai detil dan interaksi antar karakter na udah lumayan kebangun lah. Setidak nya wa juga sedikit banyak bisa ngebayangin gimana kehidupan mereka di kapal selam begitu. Anyway keep on the good work :top:

    Btw ecchi na kalo bisa dibanyakin dikit donk :mesum:
     
  14. dferzx Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Aug 31, 2010
    Messages:
    46
    Trophy Points:
    21
    Ratings:
    +2 / -0
    ceritanya menarik sih, cman kbykn dialognya
     
  15. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Aku langsung masuk kedalam lobi utama hotel itu, aku teringat masih ada waktu menginap 4 hari lagi dari waktu semingguku disini.

    Akupun menghampiri meja resepsionis yang dijaga oleh wanita berkulit hitam mengambil kunci kamarku.

    “Selamat siang tuan, ada yang kami bisa bantu?”

    “Ya, aku ingin mengambil kunci kamarku dinomor 733 atas nama Shuuya Kidou”

    “Bolehkah saya meminta kartu identitas anda sebentar?”

    “Ah... Tunggu sebentar...”

    Aku langsung merogoh kantong kananku mengambil dompet dan menyerahkan kartu identitasku pada resepsionis itu, kuperhatikan ia mengetik sesuatu dikomputer mejanya sambil memandang kartu idetitasku.

    “Baik tuan Kidou, identitas dan tanggal menginap anda sudah divertifikasi disini, anda masih punya waktu menginap 4 hari lagi disini dikamar 733. Saya akan ambilkan kunci kamarnya sebentar”

    Resepsionis itu pergi kesuatu lemari dengan banyak kotak persegi dibelakangnya, diambilnya suatu kartu yang kelihatan mirip dengan kartu kredit, tapi aku tahu itu adalah kunci kamar hotelku dengan sistem kartu gesek.

    “Ini kartu indentitas dan kunci kamar anda. Semoga hari anda menyenangkan!”

    Resepsionis itu akhirnya menyerahkan kartu identitas dan kunci kamarku dengan ramah yang kubalas balik dengan senyuman juga padanya.

    Aku langsung berjalan menaiki lift yang baru saja terbuka, kutekan langsung angka 7 dari dalam lift itu.

    Didalam lift yang juga terkesan futuristik seperti bangunan nya berwarna putih keramik ini hanya ada 4 orang termasuk aku, sepasang suami istri yang terlihat seperti bangsawan dengan anak laki-laki yang kemungkinan anak dari pasangan itu berumur sekitar 6 atau 8 tahun.

    *TING!*

    Lift ini berhenti, kulihat tanda lampu didekatnya menunjukan angka 7, lantai tujuanku.

    Akupun keluar dari lift, dengan pemandangan mewah futuristik berwarna putih aku berjalan sambil mengingat nomor kamarku berada dimana.

    Tak lama akupun menemukan nya, pintu dengan plat kuningan dengan angka 733 tertera disitu.

    Aku langsung membuka pintu itu dengan menggesekkan kartu kunci disamping pintunya, terdengar suara seperti kunci terbuka setelah aku menggesekkan nya.

    Kubuka dorong pintu itu, terlihat kamar dengan tempat tidur ukuran queen size berwarna putih dan TV LCD raksasa menempel didinding diseberangnya.

    Aku berjalan lagi menuju lemari putih disebelah tempat tidur itu, kulihat didalamnya terdapat baju mandi putih beserta dengan handuknya dan juga koper merah besar milikku.

    Kubongkar laci koper itu, mengambil kotak charger smartphoneku dan kupasangkan langsung distopkontak didekatnya.

    Aku memasukkan smarphoneku kedalam charger itu mengisi baterainya tanpa menunggu lama langsung terisi penuh, beruntung ditahun 2045 ini mengisi energi baterai bisa lebih cepat dan mudah.

    Akupun langsung membaringkan diri diatas tempat tidur, terasa lebih nyaman daripada yang ada dikapal selam kemarin.

    “Sekarang... Apa yang akan kulakukan?”

    Aku berbicara pada diriku sendiri, berpikir apa yang akan kulakukan setelah ini.

    *gruuk~*

    Perutku berbunyi, aku baru sadar bahwa aku belum ada makan tadi saat pergi dari kapal selam itu.

    “Sebaiknya aku makan saja”

    Akupun bangkit dari tempat tidur, mengambil smartphone ku, dan keluar kamar menguncinya langsung.

    Sambil berjalan hingga depan pintu lift dan menunggu aku melihat smartphone ku, tak ada pesan dari pamanku dan jam dilayarnya menunjukan pukul 1.32 siang.

    Tak lama pintu lift menuju kebawah terbuka, didalamnya tidak ada siapa-siapa, akupun langsung saja memasukinya.

    “Bagaimana nanti aku membuat alasan dengan mereka?”

    Selagi menunggu hingga kebawah akupun berpikir kembali apa yang harus kukatakan pada paman dan bibiku pulang nanti, tapi tak berlangsung lama hingga liftnya terbuka dilantai dasar.

    Keluar dari lift akupun langsung belok kekiri, aku sudah cukup tahu seluk beluk lantai dasar hotel ini, aku ingat bagian kiri hotel adalah bagian restoran bercampur kafetaria diluarnya.

    Akupun memilih untuk makan dikafetaria luar.

    Kesan modern bercampur tropis terpapar disana, meja bundar terbuat dari kayu bambu kuning dan serabut kelapa dengan 4 buah kursi bambu kuning mengitarinya, terdapat pula meja khusus agak tertutup didekat pojok dinding dan para pelayan yang sibuk mengantar pesanan.

    Hal yang cukup unik disana, tidak ada hiasan dinding lukisan gambar dengan cat minyak, tapi terpampang gambar poster film diera 1980-an Amerika.

    Akupun berjalan menuju meja didekat dinding dan duduk disana, tak lama pula seorang pelayan yang terlihat memakai pakaian tradisional Papua membawa buku menu menghampiriku.

    “Selamat siang tuan, silahkan dipilih menunya”

    Pelayan itu memberikan buku menunya kepadaku, terlihat didalamnya terdapat beberapa menu makanan dan minuman yang banyak terdiri dari buah-buahan, meskipun pula terdapat beberapa kudapan ringan non buah-buahan.

    “Ah... Aku pesan minuman tropical fruit punch satu dan spagetti bolognese satu...”

    “Baik, tropical fruit punch satu dan spagetti bolognese satu, ada lagi?”

    “Itu saja...”

    “Baiklah, pesanan anda akan saya antarkan sebentar lagi, mohon ditunggu”

    Pelayan itu membungkuk dan langsung pergi menuju meja lain yang jauh dariku.

    Akupun duduk melamun menunggu makananku, yang juga entah mengapa sudah terasa tidak begitu lapar tapi tetap kosong.

    Hingga aku mendengar suara seseorang yang kukenal tepat dibelakang mejaku yang tertutup tirai kayu berukiran khas Papua.

    “Tuan kontrator...”

    Suara Maria!
     
  16. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Kudengar lagi suara langkah sepatu yang terasa berat menghampiri meja dibelakangku yang kuduga pula pasti Maria berada disitu.

    Tapi, aku sudah tidak ada lagi berurusan dengan mereka, lagipula aku sudah berjanji merahasiakan mereka dari orang lain.

    Meskipun begitu, entah mengapa aku langsung menguping pembicaraan mereka.

    “Bagaimana keadaanmu, tuan kontraktor?”

    Kali ini aku mendengar suara Prime.

    “Baik-baik saja, tapi... Jangan panggil aku dengan ‘tuan kontrator’, rasanya cukup janggal bagiku dipanggil begitu. Panggillah aku dengan sesuatu yang bernama!”

    Aku mendengar lagi suara pria tua yang terdengar masih cukup bersemangat, kutebak pasti umurnya sekitar 50-an tahun.

    “Jadi anda mau dipanggil apa?”

    “Hmm... Bagaimana kalau, Bruce Willis! Panggil saja aku tuan Willis!”

    “Ini cukup lucu...”

    “Kenapa?”

    “Karena namamu persis seperti yang ada diposter film itu...”

    Penasaran dengan apa yang dimaksud Prime, aku melihat kearah gambar poster film yang ditunjuknya, kulihat sebuah gambar poster film dengan tulisan ‘DIE HARD’ dan nama aktornya bernama ‘Bruce Willis’.

    “Ahahaha! Jujur aku memang mengambil namanya dari aktor film itu!”

    Pria tua itu tertawa menyadari nama buatan nya sendiri.


    “Ehm... Jadi kita langsung mulai saja, sesuai perjanjian ini bayaran lunas kalian dipulau kemarin...”

    Pria itu langsung berdeham keras dan mengecilkan suaranya berbisik, tapi tetap bisa kudengar.

    Akupun mengintip mereka lewat lubang dinding kayu pembatas meja, aku bisa melihat pria tua botak mengenakan jaket cokelat sedang membuka koper yang ternyata isinya batu berlian dan emas batangan!

    “Sebelum kami menerima bayaran ini, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan pada anda”

    “Silahkan, katakan saja”

    Maria nampak bimbang untuk bertanya padanya.

    “Kenapa anda menginginkan nuklir itu?”

    “Aku bukan ingin memiliki nuklir itu, tapi kami ingin menghancurkan nya!”

    “Woa woa woa! Siapa yang kau maksud dengan ‘kami’? Dengan siapa kau bekerja?”

    Prime langsung menyela saat itu.

    “Aku bekerja untuk agen federal pertahanan Amerika, namaku dan misi ini semuanya sengaja dirahasiakan demi keamanan personal maupun organisasi sendiri!”

    “Tapi kau baru saja memberitahukan organisasi tempatmu bekerja”

    “Mungkin saja, tapi aku tidak memberitahukan dimana markas besarnya bukan?”

    “Kalau begitu kenapa kau mengirim kami ketimbang pasukanmu sendiri?”

    Maria kembali bertanya lagi.

    “Tentu saja untuk menutupi nama kami. Aku tak bisa menampakan nama kami didepan musuh!”

    “Dengan kata lain, karena kau takut kau menyuruh orang lain untuk melakukan pekerjaan kotormu demi melindungi tanganmu sendiri?”

    “Yah... Bisa dibilang begitu. Jujur”

    “Baiklah, aku mengerti”

    Perhatianku pada mereka sedikit terganggu karena aku melihat pelayan yang membawa spagetti dan jus buah-buahan dinampan nya mendatangiku.

    “Ini pesanan anda, tropical fruit punch satu dan spagetti bolognese satu”

    “Ah, terima kasih!”

    Selesai pelayan itu meletakan spagetti dan jus kemejaku diapun langsung pergi, akupun kembali memperhatikan mereka tanpa mempedulikan makanan pesananku.

    Aku melihat lagi pria tua Willis itu mengeluarkan tablet PC kehadapan Maria dan Prime, aku berusaha mengubah posisiku untuk melihat lebih jelas gambar di tablet itu.

    “Ini adalah data intelgen para peneliti yang terlibat dalam pembuatan bom nuklir dipulau itu...”

    Aku memperhatikan nama-nama dan foto itu, berharap nama ayahku tidak ada disana.

    YUSAKU KIDOU

    NEGARA : JEPANG

    UMUR : 56 tahun

    BAGIAN : EMP bom

    Bak disambar petir, tentu saja hal ini mengejutkanku! Ayahku terlibat dalam kelompok teroris bom nuklir dan sekarang dia kabur menghilang!

    Lantas kenapa dan apa maksud dia mengirim video itu padaku?!

    “Kidou...”

    “Jadi ayah si Kid terlibat dengan ini semua...”

    Aku melihat Maria dan Prime dari belakang prihatin padaku.

    “Hm? Apa ada sesuatu dengan nya?”

    “Ya. Kau ingat laporan kami ada 1 warga sipil yang tak terlibat kemarin?”

    “Aku ingat itu, tapi kenapa?”

    “Warga sipil itu adalah anak dari peneliti bernama Yusaku Kidou ini”

    “Begitu, lalu bagaimana dia sekarang?”

    “Sudah kami lepaskan dengan perjanjian dia tidak mengatakan semua kejadian itu pada siapapun”

    “Berapa banyak yang dia tahu mengenai hal ini?”

    “Tidak ada. Mungkin didalam benaknya sekarang dia sedang kesal karena mengira ia dikerjai seseorang yang membawanya menuju pertempuran ditempat terpencil”

    Tubuhku langsung tergerak sendiri menghadap mereka.

    “Tidak, aku yakin itu adalah ayahku!”

    Maria dan Prime langsung terkejut melihatku berdiri disamping mereka.

    “Sejak kapan kau...”

    Mariapun bertanya dengan ragu padaku.

    “Sejak kalian duduk dimeja belakang tempatku, menerima koper berisi emas dan berlian itu, sampai aku melihat daftar nama di tablet PC itu, semuanya”

    “Sepertinya ini semua sudah ditakdirkan, bukan begitu?”

    Akupun menatap tajam tuan Willis.

    “Katakan padaku tuan Willis, apa yang ingin anda lakukan kepada para peneliti itu?”

    “Pertanyaan bagus! Aku juga ingin mengatakan hal itu pada mereka!”

    Tuan Willis nampak masih terlihat santai melihatku.

    “Aku hanya ingin menghentikan mereka menyebarkan blueprint bom itu saja, baik dengan cara ditangkap ataupun dibunuh”

    Aku sedikit terkejut mendengar kata terakhir itu.

    “Tapi mengingat kau adalah anak dari peneliti itu dan sudah mendengar semua ini, aku tak yakin harus memasukanmu sebagai pihak terkait keluarga ataupun sebagai saksi. Tapi aku sarankan kau lebih baik tidak ikut campur dengan urusan ini”

    “Kenapa? Karena ini masalah rahasia internasional? Apa karena ayahku menjadi buronan sekarang?”

    “Memang karena kedua hal itu. Bayangkan apa yang terjadi bila ada penjahat lain datang mengusik keluargamu yang lain dan tak berdosa hanya karena menginginkan sebuah lembaran cara untuk membuat bom?”

    Perkataan nya itupun membuatku teringat dengan paman dan bibiku yang sudah 15 tahun merawatku, jelas hal ini membuatku semakin bingung...

    “Tuan Willis benar Kid, walaupun kau sudah mendengar semua, kau hanyalah korban dari semua ini”

    Mariapun mulai ikut menambahkan.

    “Jadi menurut kalian aku lebih baik berdiam diri saja melakukan kegiatan seperti orang biasa?”

    “Demi keselamatan nyawa dan keluargamu sendiri. Ya”

    Prime mulai ikut angkat bicara.

    Waktu terasa berhenti, akupun berpikir apa yang harus kulakukan. Apa aku biarkan saja ayahku tertangkap atau mati diluar sana demi paman dan bibiku? Atau...

    Akupun langsung menatap Maria.

    “Maria”

    “Ya?”

    “Apa GHOST FOX masih ada tempat untuk 1 orang?”
     
  17. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Prime langsung terperangah mendengarnya.

    “Oi, jangan bercanda kau... Jangan bilang kau ingin...”

    “Aku tak bercanda”

    “Tapi kenapa?”

    Maria langsung bertanya padaku.

    “Bisa kukatakan, ini demi keluargaku sekaligus juga membantu kalian”

    “Enyahlah Kid, kami tidak membutuhkan orang yang tak bisa memegang senjata dan aku tak peduli dengan keluargamu!”

    Prime terang-terangan langsung mencemoohkan aku.

    “Aku tahu! Tapi aku sendiri juga sudah terlibat sampai sejauh ini, lagipula ayahku juga adalah bagian dari ini semua. Tapi satu hal yang tidak bisa aku biarkan adalah aku hanya diam sementara dunia terancam dalam bahaya karena perbuatan keluargaku sendiri!”

    “Jadi apa yang ingin kau lakukan?”

    Maria bertanya lagi padaku.

    “Aku ingin kalian membantu mencari ayahku, bersama. Sebagai gantinya aku akan membantu misi kalian sebisaku, bila kita menemukan-“

    “Hei! Siapa yang kau maksud dengan kita? Aku tidak ingat ada memasukanmu kedalam tim!”

    Prime mulai menyelaku.

    “Tak apa Prime. Lanjutkan”

    “Bila kita menemukan ayahku, aku ingin menghadapinya secara langsung, secara keluarga, secara ayah dan anak”

    “Bagaimana bila seandainya dia sudah mati sebelum kita menemukan nya?”

    Perkataan Maria membuatku langsung berpikir beberapa kali.

    “Maka aku akan tetap melakukan perjanjian dengan iblis ini sampai selesai”

    Maria mulai tertawa kecil setelah mendengarku.

    “Ahahahahah, kalau kau mau membuat perjanjian iblis, bukan sama aku!”

    Aku tak mengerti apa maksud Maria sampai dia berdiri memandangku terlalu dekat, seperti nyaris mau menciumku.

    “Tapi, kalau kau mau bergabung, aku hanya perlu satu persyaratan”

    “Apa itu?”

    Maria langsung mendekati mulutnya telingaku dan membisiki sesuatu.

    “Jangan mati”

    Dan diapun langsung kembali duduk dikursinya.

    Aku melihat raut wajah Prime yang terlihat tidak senang menangapi Maria bisa menerimaku masuk.

    “Yah, harus kukatakan kalian memang perlu pasukan lebih dalam permintaanku kali ini!”

    Tuan Willis langsung merubah pembicaraan.

    “Teruskan saja tuan Willis”

    Maria langsung mempersilahkan nya untuk lanjut.

    “Jadi, seperti yang kukatakan tadi aku ingin kalian menghentikan penyebaran bom itu, dengan menangkap atau membunuh ke-28 peneliti didalam daftar ini”

    Tuan Willis langsung membuka kembali tablet PC nya menampilkan 28 foto dan idetitas para peneliti itu termasuk ayahku.

    “Dan bila blueprint itu berada ditangan orang lain selain dari para peneliti itu, kau juga harus cari mereka!”

    “Intinya cari ,temukan, dan eksekusi?”

    “Ya, dan tentu saja bayaran nya... Bayangkan saja uang dollar dengan 9 angka nol dibelakangnya!”

    9 angka? Berarti itu miliyaran dollar!

    “Tapi, bagaimana dan dimana kami harus menemukan mereka semua?”

    “Intelgenku akan mengurus itu semua. Aku tak akan memberi kalian batas waktu dalam misi permintaanku kali ini, bila saatnya kami menemukan nya, kami akan memberitahu kalian dan kalian harus meluncur kesana”

    “Waktu tak menentu dan bayaran yang besar. Aku terima”

    Mariapun menerima penawaran itu, kurasa tak heran melihat angka yang sangat besar itu.

    “Bagus, senang berbisnis denganmu nona Murasaki”

    Tuan Willis langsung menjabat tangan Maria seperti seorang pebisnis yang baru saja menanda tangani sebuah kontrak besar, tapi dalam kasus ini adalah bisnis pencarian.

    Tunggu dulu, dia barusan memanggil Maria dengan ‘nona Murasaki’?

    Tuan Willis langsung pergi dari meja itu membawa tas tablet PC nya dan meninggalkan koper berisi emas dan berlian tadi.

    “Ah, jangan lupa dengan yang kubilang tadi...”

    Belum jauh berjalan ia langsung berbalik badan berbicara dengan kami lagi.

    “Kalian perlu anggota lebih. Aku sarankan itu”

    Selesai mengucapkan itu iapun lanjut pergi keluar dari kafetaria.

    Akupun kembali memandang Maria dari kursinya yang juga ikut memandangku.

    “Bagaimana Kid? Apa kau ingin ikut atau tidak?”

    Maria langsung menanyakan aku lagi.

    “Tentu saja”

    Kulihat Maria tersenyum kecil mendengarnya.

    “Baiklah, aku tunggu kau ditempat parkir mobil lantai tiga. Persiapkan barang-barang yang ingin kau bawa”

    Mariapun akhirnya berdiri keluar dari kafe sambil membawa koper berisi emas dan berlian tadi, diikuti dengan Prime yang berdiri melihatku dengan tatapan tajam kearahku.

    “Spagettimu sudah dingin”

    Dia melihat makanan dimeja belakangku dan langsung pergi kembali mengikuti Maria keluar.

    Akupun langsung kembali kemeja makan menghabiskan spagetti dan jus buahku.
     
  18. high_time Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Feb 27, 2010
    Messages:
    6,038
    Trophy Points:
    237
    Ratings:
    +6,024 / -1
    trit unlocked by ts request :watta:
     
  19. Nathan_Prime M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Mar 22, 2010
    Messages:
    2,248
    Trophy Points:
    212
    Ratings:
    +14,724 / -0
    Waktu serasa dipercepat, tanpa berkata apa-apa aku menghabiskan makanan lalu membayarnya dikasir dengan cepat dan langsung pergi kembali kekamar mengemas barangku.

    “Apa yang kulakukan sekarang ini benar?”

    Aku bertanya dengan diriku sendiri didalam hati, tapi aku langsung membuang pikiran itu setelah terdiam cukup lama memikirkan nya dengan menutup koperku dan keluar dari kamar.

    Berjalan hingga lift dan menunggu lift turun datang, aku kembali lagi kelantai dasar dengan membawa koperku menuju meja resepsionis.

    “Ada yang bisa saya bantu tuan?”

    Kali ini resepsionis yang menyambutku berbeda, seorang gadis berkulit putih dengan rambut berwarna pirang ponytail, mungkin berasal dari Australia atau Selandia Baru.

    “Ahh, aku ingin keluar dari hotel sekarang”

    “Tunggu sebentar, boleh saya meminta kartu identitas dan keycard kamar anda?”

    “Ini silahkan”

    Aku langsung menyerahkan kartu identitas dan kartu kunci kamar pada resepsionis itu, kuperhatikan ia mengetik sesuatu dikomputer mejanya sambil memandang kartu idetitasku dan melakukan scan pada kartu kuncinya.

    “Baik tuan Shuuya Kidou, identitas dan tanggal menginap anda sudah difertifikasi disini, anda ingin keluar dari hotel dengan sisa waktu menginap 4 hari lagi dikamar 733. Apa anda yakin ingin keluar sekarang? Biaya pemesanan kamar awal tidak akan dikembalikan sesuai ketentuan”

    “Ya, aku ingin keluar sekarang”

    “Baiklah, ini kartu indentitas anda dan cek pembayaran kamarnya. Semoga hari anda menyenangkan dan silahkan datang kembali!”

    Resepsionis itu mengembalikan kartu identitasku dan memberikan secarik kertas cek pembayaran kamar hotel dengan ramah yang kubalas balik dengan senyuman juga padanya.

    Akupun berjalan kembali keluar dari hotel melalui lobi pintu keluar.

    Meskipun sudah 2 setengah hari aku menginap dihotel itu, aku masih belum tahu betul seluruh bagian hotel itu selain kamarku sendiri, lobby utama dan restoran nya. Membuatku agak kebingungan dimana aku menemukan gedung parkir yang Maria katakan tadi.

    Bermodalkan ingatan kemana arah mobil jeep yang dibawa Prime tadi aku berjalan menuju samping kiri hotel, beruntung aku langsung menemukan nya, nampak dari sebuah gedung bertingkat dengan dinding yang tidak tertutup penuh kira-kira setinggi pinggangku dengan beberapa mobil berjejer disitu dari kejauhan.

    “Pasti disana”

    Akupun berjalan menuju gedung parkir itu, menaiki tangga khusus pejalan hingga lantai 3 sesuai dengan tempat yang dikatakan Maria tadi.

    “Dimana mereka?”

    Sampai dilantai 3, aku berputar keliling mencari jeep yang kunaiki tadi. Cukup sulit rasanya mengingat tempatnya cukup luas dan banyak mobil terparkir disitu. Satu-satunya petunjuk yang kuketahui ialah jeep itu berwarna hijau.

    Hingga ada yang mengetuk pundakku dari belakang.

    “WUAH!”

    Aku berteriak kaget seperti korban pembunuhan pada film horor. Ternyata itu adalah Jet dengan topeng gasnya, yang semakin menguatkan ingatkanku pada salah satu film horor pembunuh bertopeng.

    Jet mengeluarkan bahasa jarinya padaku yang entah mengapa aku bisa paham artinya.

    “Aku dengar dari Maria katanya kau ingin ikut bergabung. Aku baru saja tadi disuruh untuk mencarimu.Tapi baguslah kau tidak tersesat entah kemana. Ikuti aku, akan kutunjukan dimana yang lain nya berada sedang menunggu”

    Aku mulai mengartikan bahasa isyaratnya, itu kata yang cukup panjang untuk seseorang yang pendiam seperti dia.

    “Baik, aku mengerti”

    Akupun berjalan mengikuti Jet. Selagi berjalan akupun berusaha mengakrabkan diri dengan nya sambil berbincang.

    “Boleh aku bertanya sesuatu?”

    Jet menolehkan wajahnya denganku dengan artian ‘apa itu?’.

    “Kenapa kamu selalu memakai topeng itu dan tak pernah berbicara sedikitpun?”

    Jet langsung memalingkan wajahnya kedepan dengan kesan marah ‘Itu bukan urusanmu’.

    Kurasa dia ada suatu masalah pribadi yang tak ingin dikatakan pada siapapun.

    Tak lama kami berjalan hingga menuju tiang dengan tulisan 3BC didepan mata.

    “Hei, sebentar sekali kau menemukan nya?”

    Terlihat disamping dekat tiang itu ada Maria yang berdiri bersandar menunggu didepan jeep, sementara Prime duduk didalam kursi kemudinya.

    Jet mengeluarkan bahasa jarinya lagi yang kemungkinan berarti ‘aku kebetulan baru saja pergi dan bertemu dia’.

    “Aku mengerti...”

    Maria mulai melihatku bertanya lagi.

    “Sekali lagi aku bertanya padamu. Apa kau yakin ingin bergabung dengan kami dan bersiap menerima konsekuensinya?”

    Akupun juga mulai meragukan diriku lagi, apa aku bisa menarik pelatuk senjata didepan musuhku nanti diluar sana?

    Tapi aku teringat kembali dengan apa yang dikatakan tuan Willis tadi.

    “Kalian perlu anggota lebih. Aku sarankan itu...”

    “Ya. Aku akan berusaha”

    Tapi raut wajah Maria berubah jadi agak kecewa.

    “Kalau mengatakan ‘aku akan berusaha’ berarti kau masih memiliki keraguan...”

    Apa dia bakal menolakku secara langsung sekarang?

    “Tapi, kalau kau bisa menguatkan tekadmu, mematuhi semua peraturanku, dan menerima semua tantangan berat yang diberikan, aku yakin kau pasti bisa”

    Kurasa dia bisa menerimaku walaupun kecewa.

    Atau dia hanya ingin mempermainkan aku dengan melihatku mati dipeperangan?

    “Kalau tidak ada yang dikatakan lagi, kita kembali pergi kekapal selam”

    Akupun mengangguk iya.

    Langsung saja aku dan Jet naik jeep dibelakang sambil membawa koperku sementara Maria duduk dikursi depan disamping Prime.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.