1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Blue [Imagination World Antology: Immortal]

Discussion in 'Fiction' started by 3clips3, Apr 16, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Blue​




    Aku memandang lagit biru diatasku dengan penuh tanda tanya. Untuk apa sebenarnya aku ada? Mengapa takdir selalu mempermainkanku? Dan berbagai pertanyaan lain yang terus berkecamuk dalam benakku akhir-akhir ini. Aku mendengus kemudian melompat menaiki pembatas yang ada di atap gedung rumah sakit. Aku merentangkan tangan dan berteriak sekuat tenaga seperti orang gila.

    Aku mendengus mengejek. Orang gila? pikirku. Ya, itulah aku sekarang ini. Hanya seorang yang tidak beres otaknya.

    Angin berhembus dengan kencang menerbangkan helai-helai rambut panjangku. Tapi aku tidak memperdulikannya. Tatapanku terus tertuju pada orang-orang yang ada di bawahku. Betapa beruntungnya mereka, pikirku. Tidak perlu memikirkan bagaimana dunia memperlakukan mereka dan bagaimana takdir mempermainkan jalan hidup mereka. Aku sungguh iri.

    Terdengar suara langkah kaki dibelakangku. Kira-kira wanita itu akan tiba dalam beberapa menit lagi untuk membujukku turun. Aku mendengus menahan tawa. Betapa sederhana dan piciknya pemikiran manusia sekarang ini. Berdiri diatas pagar di sebuah atap berarti bunuh diri? Hah! Yang benar saja! Seberapa pun inginnya aku melakukan itu tetapi aku tidak akan pernah bisa melakukannya.

    Karena aku tidak akan mati.

    "Berhenti disana dan jangan bergerak!" seru sebuah suara merdu yang selalu mengusikku dalam pikiranku.

    "Aku hanya ingin melihat langit," jawabku santai tanpa menoleh kebelakang.

    "Kau bisa melihat langit dari tempat lain. Ayo kemarilah. Kita bicarakan ini baik-baik," bujuk wanita itu.

    "Baiklah," kataku mengalah. Aku berbalik turun dan langsung berhadapan dengan wanita yang selalu menghantuiku disetiap tahun-tahun kehidupanku yang panjang.

    Jarak kami hanya beberapa centi saja. Aku dapat merasakan hangat tubuhnya memancar dan meresap di tubuhku. Wangi nafasnya yang terengah-engah setelah berlari menaiki tangga. Kulitnya yang kecoklatan akibat terbakar matahari. Garis-garis halus di wajahnya. Rambut hitamnya yang berantakan karena tertiup angin. Dan yang paling tidak dapat kulupakan adalah mata birunya yang indah.

    Seperti apapun dia terlahir kembali, seperti apapun rupanya, dia selalu memiliki mata biru yang sama. Mata biru indah yang kini memancarkan kekhawatiran.

    Aku tersenyum getir melihatnya. "Baik dokter Cyan aku sudah turun. Sekarang apa?"

    Dan secara tidak terduga wanita yang telah menghancurkan hatiku berkali-kali itu menamparku dengan amat keras. Aku terkejut. Tidak biasanya dia seperti ini. Dengan cepat aku menatapnya mencari penjelasan akan sikapnya yang aneh. Dan betapa terkejutnya aku melihat air mata mengalir di wajahnya yang mulus. Hatiku terasa tercabik-cabik karenanya. Aku terdiam tanpa mampu berkata-kata.

    "Ja-- jangan pernah melakukan itu lagi!" kata wanita itu sembari berusaha mengendalikan dirinya. Tetapi aku tidak memberikan reaksi apapun. "Jika aku melihatmu sekali lagi menyusup ke atap seperti ini aku terpaksa mengurungmu!"

    "Aku tidak akan mati," kataku tiba-tiba. Aku menatapnya lembut, dan hatiku yang telah terluka terasa ditaburi garam saat melihatnya muak dengan kata-kataku.

    "Tidak ada yang tidak bisa mati. Semua mahkluk hidup pada akhirnya akan mati. Begitulah seharusnya kehidupan itu. Kita sudah membicarakan ini berulang kali pada sesi terapi kita," ujar Cyan tanpa sanggup menahan emosinya lagi.

    "Tapi tidak denganku," ujarku tenang.

    "Galen, ini sangat konyol. Kau mungkin memuntahkan obatmu lagi sehingga kau menjadi seperti ini. Ayo masuk. Aku akan memintakan obat lagi untukmu," ujar Cyan sembari menarik lenganku. Namun, aku tetap berdiri di tempat tak bergeming sedikitpun. "Apa yang kau-- tunggu! Apa itu? Darimana kau dapatkan itu?" tanya Cyan bingung melihat silet kecil yang ada di atas telapak tangan yang aku sodorkan padanya.

    Aku tersenyum melihat kebingungan di wajahnya. "Seperti yang kau lihat. Ini silet yang aku curi dari suster beberapa waktu lalu."

    Cyan dengan cepat berusaha mengambil silet itu dari tanganku. Namun, aku lebih cepat darinya. "Kemarikan benda itu! Hentikan segala pikiran gilamu itu!"

    Hatiku terasa tertusuk ribuan jarum saat mendengar perkataannya. Gila. Gila. Gila. Hanya itu yang selalu dia pikirkan tentangku. Tidakkah dia pernah berpikir hal yang lain tentangku?

    Aku tersenyum getir. Selalu berakhir seperti ini. Kami memang tidak pernah ditakdirkan bersatu. Di kehidupan manapun.

    "Tidakkah kau merasa aneh? Sejak tujuh tahun yang lalu saat kita pertamakali bertemu hingga sekarang aku tidak juga bertambah tua? Lihatlah aku! Apakah aku masih tampak seperti pemuda umur delapan belas tahun bagimu? Sementara kau telah menikah dengan ilmuan sialan itu, memiliki anak perempuan yang cantik dan bertambah tua? Tidakkah kau merasa aneh?"

    Cyan terdiam tanpa tahu harus berkata apa. "Baiklah. Aku yang akan menjawab. Itu semua karena aku immortal! Karena aku tidak akan pernah bertambah tua dan mati! Tidak akan!"

    Air mata kembali mengalir di wajahnya dan hatiku sakit karenanya. "Ini pasti ada penjelasannya. Kita hanya perlu menyelidikinya di laboratorium seperti yang selalu kubilang padamu dan kita akan menemukan obatnya. Aku janji padamu."

    Aku menggeleng perlahan seperti yang berkali-kali kulakukan ketika dia mengusulkan hal itu. "Aku tidak ingin menjadi kelinci percobaan! Aku hanya ingin terus berada di sisimu dan kau tahu itu!" kataku tak kalah emosinya. "Aku mencintaimu Cyan," ujarku melunak.

    "Aku sudah menikah."

    "Aku mencintaimu jauh sebelum kau menikah," ujarku putus asa.

    "Tapi aku lebih tua tujuh tahun darimu!"

    "Aku beratus-ratus tahun lebih tua darimu!"

    Cyan terdiam. Entah rencana apa yang dia susun dalam otaknya. Tetapi aku bertekat untuk bertahan apapun alasannya. Waktuku sudah tidak banyak lagi untuk meyakinkannya. Aku tidak ingin kehilangannya lagi. Sudah cukup penderitaanku melihatnya selalu berakhir dalam pelukan pria lain. Aku sudah tidak tahan lagi. Hal seperti ini yang berulang kali terjadi membuatku terpaksa masuk rumah sakit jiwa sialan ini! Tetapi Tuhan justru mempertemukanku dengannya.

    Saat pertama kali bertemu aku dapat mengetahui bila dialah orangnya. Rasa rindu yang aku pendam bertahun-tahun sirna sudah. Dialah cintaku. Dialah takdirku. Wanita yang pertama dan terakhir untukku. Untuk selamanya.

    "Kau harus membuktikannya sendiri agar kau percaya," kataku berusaha meyakinkannya.

    "Galen kau harus berhenti mengatakan omong kosong ini!"

    Aku tersenyum kepadanya dan menyentakkan tanganku hingga terlepas dari genggamannya. Yang terlintas dalam pikiranku hanya mengakhiri sandiwara ini secepatnya. Aku tidak tahan harus hidup dalam kepalsuan lebih lama lagi.

    Aku mengambil silet itu dan hendak mengiris pergelangan tanganku ketika Cyan tiba-tiba berusaha merebut silet itu dari tanganku. Tanpa sadar aku mendorongnya hingga dia menabrak dinding pembatas dan terjungkal ke bawah. Semuanya terjadi secara lambat. Aku segera menjatuhkan silet yang aku pegang dan melompat menyusul Cyan.

    Tidak. Aku tidak ingin kehilangan dia lagi. Untuk apa aku bertahan hidup selama ini jika hanya untuk melihatnya selalu pergi dari sisiku. Aku tidak kuat jika harus menunggu bertahun-tahun lagi untuk dapat bertemu dengannya. Aku yakin tidak akan sanggup tidak akan melihatnya selama bertahun-tahun. Aku harus dapat menyelamatkannya! Rasa sakit karena kehilangannya. Aku tidak ingin merasakan itu lagi.

    Aku mengulurkan tangan untuk meraihnya. Jarak kami hanya tinggal beberapa centi lagi maka aku dapat meraihnya. Dia akan hidup. Dia harus hidup! Apapun yang terjadi.

    Aku melihat wajahnya dan air mata mengalir di wajahnya. Air matanya yang indah bergerak melawan grafitasi dan menetesi wajahku. Bibirnya yang ranum berwarna merah terbuka dan membentuk kata 'I Love You'. Dan dalam sekejab tubuhnya yang ramping menghantam tanah. Tak lama kemudian aku terjatuh di sampingnya.

    Aku langsung terbangun dan mengecek keadaan Cyan. Aku sama sekali tidak memperdulikan tanganku yang patah. Dalam pikiranku hanya ada Cyan.

    Tuhan, jangan kau biarkan dia pergi dari sisiku! pintaku dalam hati.

    Keadaannya sungguh mengenaskan. Darah terus keluar dari kepalanya sementara tangan dan kalinya tertekuk secara tidak wajar. Mata birunya yang indah tetap terbuka menatapku dengan pandangan kosong.

    Tidak. Tidak. Tidak. Jangan lagi. Jangan kau ambil dia dari sisiku lagi! Biarlah dia dengan pria lain asal dia bisa tetap hidup. Jangan seperti ini.

    Perlahan-lahan aku dapat mendengar orang-orang mulai berkumpul mengelilingi kami. Beberapa wanita berteriak, beberapa perawat berusaha mengendalikan suasana sementara beberapa pasien bersorak dengan bahagia.

    Bahagia? Bagaimana mereka bisa bahagia disaat seperti ini? Disaat-saat Cyanku diambang kematian. Bagaimana mereka bisa tertawa seperti itu? Ingin rasanya aku memaki mereka tapi aku tetap memfokuskan perhatianku pada Cyan. Aku berusaha sebaik mungkin memberikan pertolongan pertama padanya. Namun, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

    "Cyan. Cyanku. Kumohon teruslah bertahan. Jangan seperti ini. Jangan tinggalkan aku sendiri. Kumohon," ujarku mengiba. Tetapi Cyan tetap terdiam tidak bergerak seperti batu. Aku dapat merasakan tangan-tangan yang kuat mulai menarikku sementara ada tangan lain yang menutup mata Cyanku.

    "Tidak. Tidak. TIDAK. DIA BELUM MATI!!!"

    Aku berusaha dengan keras melepaskan diriku dari orang-orang yang menahanku dan langsung berlutut di sebelah Cyan. Tanpa terasa air mataku mengalir.

    Cyanku. Cyanku.

    Tangan-tangan yang lebih kuat menarikku lagi dan aku dapat merasakan benda dingin yang tajam yang kubenci menembus kulitku. Dalam hitungan detik aku dapat merasakan titik-titik hitam mulai menghiasi pandanganku. Mengaburkan pandanganku atas wajah cantik Cyan yang damai. 8tulah saat terakhirku melihatnya. Cyanku.


    The End​
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    apa ya,... oh... soal nama "Cyan", karena suatu sebab aku selalu membayangkan dia adalah seorang ksatria paruh baya pemain pedang dengan kumis dan rambut yang diikat... :keringat:

    Terakhir melihat Cyan? :kaget: Gak akan lahir kembali berarti? :sedih:
    Hemm.. aduh, bisa galau aku mikirin kelanjutan cerita ini.. :swt: jujur, mataku berkaca-kaca waktu baca ending cerpen ini.
     
  4. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Wkwkwk. . .
    Pemilihan namanya ngak bener ya?
    Ah, aku emang payah kalo soal nama. . . :swt:

    Gimana pun si Cyan ini lahir lagi dia kan ngak akan jadi Cyan lagi kan. . .
    Dia akan jadi sosok yang lain. . .
    Ya jadi dia ngeliat Cyan untuk terakhir kalinya gitu. . .
    Soalnya habis itu dia lahir jadi orang lain. . . :p

    Bener nih berkaca-kaca?
    Ngak bohong kan?
    Kalo pembacanya cewek mewek-mewek kaga ya? *ngarep
    Kalo sampe cowok aja berkaca-kaca berarti tujuanku berhasil. . .
    Ngak percuma aku bergalau-galau ria semaleman. . . :hehe: *digampar

    Ah. . .
    Rasanya aku pengen ngelanjutin cerita ini. . .
    Ada ide yang tiba-tiba nyantol dikepala. . .
     
    • Thanks Thanks x 1
  5. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    wooo, super sekali. benar2 membuatku terbawa emosinya si Galen. saking cintanya dia ga mikirin lagi gimana nasib anak perempuannya si Cyan? kasian jadi anak piatu... tapi cinta memang buta...

    itu yang adegan terakhir si Galen disuntik obat bius ya?
     
  6. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    bukan, karena aku pernah main game, di situ karakternya ada yang namanya cyan (dan satu-satunya manusia yang aku ketahui namanya cyan)... tapi pikir2 emang nama perempuan sih.. :keringat:
    lanjutkan? :???: lanjutkan! :top:
     
  7. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Itukan dorongnya ngak sengaja. . .
    Tapi di situlah ide kelanjutan cerita ini berasal. . . :hehe:
    Iya itu obat bius. . .

    Aku ngak tau itu nama cewek ato nama cowok. . .
    Pokoknya pas nyari di google nama itu yang pertama kali muncul ya itu ak pakek. . . :p
    Tapi habis ini ada kerja kelompok. . .
    Ngak yakin feelnya masih kebawa pas kerja kelompok kelar. . .
    Moga-moga aja masih nempel. . . :hehe:
     
  8. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    @ clip = wogh, jangan2 kelanjutannya si Galen mau mengincar anaknya Cyan??? :mesum: Mantep saya tunggu deh klo emg gitu nantinya :hahai:
     
  9. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Hehehe. . .
    Kita tunggu aja nanti. . .
    Kalo buka rahasia sekarang kaga seru. . . :hehe:
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.