1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Sejarah Asal-usul Nama Minangkabau

Discussion in 'Padang' started by ocky_de_larocha, Jan 31, 2012.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. ocky_de_larocha Veteran

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Aug 3, 2010
    Messages:
    17,217
    Trophy Points:
    266
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +354,182 / -3
    ASAL-USUL NAMA MINANGKABAU MENURUT PARA AHLI
    Oleh : Yulfian Azrial​


    [​IMG]

    Pendapat tentang asal-usul nama Minangkabau sangat beragam. Ada yang berasal dari cerita rakyat, yaitu pendapat yang ber¬kembang dari mulut ke mulut. Ada pula asal-usul nama Minangkabau yang tertuang dalam Tambo Alam Minangkabau.
    Karena masa terus berkembang, dilakukan pula penelitian oleh para ahli. Baik ahli sejarah, Ahli Sosiologi, Antropologi, dan lain-lain. Sehingga dari penelitian ini terungkap pula sejumlah kata yang menjadi asal-usul nama Minangkabau menurut pendapat para ahli tersebut. Sampai sekarang belum dapat dipastikan dengan jelas mana asal-usul na¬ma Minangkabau yang sebenarnya.

    Namun demikian, dengan semakin meningkatnya kecerdasan manu¬sia, maka pendapat yang lebih banyak dipercayai orang adalah asal-usul nama Minangkabau menurut para ahli ini. Karena pendapat ini telah melewati proses penelitian yang juga diku¬atkan bukti-bukti dengan melewat proses ka¬jian ilmiah yang didasarkan pada pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan rujukan ilmu pengetahuan.
    Berikut adalah beberapa asal nama Minangkabau menurut pendapat para para ahli tersebut :

    DARI KATA MINANGA TAMWAN

    Prof.Dr.Poerbacaraka mengatakan bahwa nama Minang¬ka¬bau berasal dari kata dalam bahasa Sangsekerta yaitu Minanga Tamwan. Kata-kata ini terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit.

    Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti yang menceritakan tentang kisah perluasan wi¬layah Minanga Tamwan. Yaitu perlu¬as¬an wi¬la¬yah yang bermula dari kemenangan utusan Raja Minanga Tam¬wan yang dipimpin Datuk Cribijaya (Dt.Sibijayo, Panglima Perang Mi¬nanga Tamwan) melawan Bajak Laut yang banyak meresahkan masyarakat di sekitar Sungai Palembang (Sungai Musi) sekarang.

    Dalam prasasti ini disebutkan antara lain,
    “Yang Dipertuan Hyang melepas duapuluh laksa
    tentara dari Minanga Tamwan yang dipimpin
    Cribijaya (Dt.Sibijayo) melalui perja¬lanan suci,
    dengan tujuan memperluas negara hingga
    men¬datangkan kemakmuran.”

    Semua ini dituangkan Prof.Dr.Poerba¬ca¬ra¬ka dalam bukunya Riwayat Indonesia I. Hanya saja di manakah letak daerah Minanga Tam¬wan itu, hingga saat ini masih men¬jadi perde¬batan. Menurut keterengan Prof.Dr.Poerbacaraka yang disebut Minanga Tamwan itu adalah daerah yang terletak di antara dua Sungai Besar yang bertemu.

    Sebagian ahli ada yang menduga bahwa dua sungai besar itu adalah Kam¬¬par Kiri dan Kampar Kanan. Namun bila yang dimaksud adalah Sungai Kampar Kiri dan Kam¬par Kanan, maka ke¬mungkinan besar daerah terse¬but ada di sekitar Muara Takus.
    Menurut hasil penelitian dan kajian penu¬lis sendiri bersama Masyarakat

    Sejarahawan Indonesia (MSI) Luhak Limopuluah (Yulfian Azrial,dkk-2003), Mina¬nga Tamwan bisa saja bukanlah dimaksudkan seba¬gai per¬temuan antara dua sungai besar secara fisik. Karena pertemuan sungai secara fisik tentu lebih lazim dise¬but sebagai muara bukannya Minanga Tamwan.

    Tetapi Minanga Tamwan justru bisa saja menunjuk¬kan suatu daerah atau kawasan yang menjadi tempat perte¬muan masyarakat dari dua sungai besar. Hal ini karena jalan raya utama masyarakat kita pada zaman dahulu adalah sungai.

    Maka kalau kita lihat dari peta, dua sungai besar itu di ka¬wasan pulau Sumatera bagian tengah ini ha¬nya satu, yaitu daerah yang terdapat antara Hulu Sungai Kampar dengan Batang Sinamar (Kuantan/Indragiri). Kawasan ini berada antara Maek dan Mungka. Tepatnya yaitu di Bukit Batu Bulan di Nagari Talang Maua.

    Daerah ini juga bera¬da tepat tidak jauh dari garis Khatulistiwa. Kemudian kalau ditinjau dari asal usul katanya menurut Bahasa tamil, maka kata Talang itu berasal dari kata Ta yang berarti besar dan Lang adalah bandar. Jadi Talang artinya bandar besar.

    Keberadaan Bukit Batu Bulan ini dapat di¬gambarkan sebagai berikut : Satu sisinya turun ke Batang Kampar di Maek, sedangkan sisi yang lain turun ke Batang Sinamar yang kehilirnya dike-nal juga sebagai Batang Kuan¬tan atau Sungai Indragiri.

    Di atas bukit ini terdapat beberapa situs yang merupakan bekas pusat perdagangan besar seperti Ranah Pokan Akad, Ranah Pokan Selasa, Ra¬nah Pokan Komih, Ronah Pokan Jumat, Ra-nah Pokan Sabtu,dll.

    Tempat ini jelas pernah mempertemukan pedagang yang naik dari dua sungai besar, yaitu yang naik lewat Batang Kampar dan dan yang naik dari Batang Kuantan (Indragiri). Namun untuk memastikan hal ini ma¬sih diperlukan penelitian lebih lanjut.

    DARI KATA PINANG KHABU

    Prof.Van der Tuuk, seorang profesor kebangsaan Belanda mengatakan bahwa Minangkabau merupakan Pinang Khabu. Yaitu tanah pangkal, tanah asal atau tanah leluhur.. Pendapat ini dikuatkan pula oleh pernyataan Thomas Stanford Raffles, seorang ahli kebangsaan Inggris yang pernah menjabat Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada tahun 1811 hingga 1818.

    Pernyatan ini tertuang di dalam kete¬rangan¬nya setelah melakukan penjelajahan ke berbagai pelosok nagari dan hutan-hutan di wilayah Suma¬tera Tengah. Dalam sebuah catatannya Raffles menyatakan bahwa : “…. Di sini kita menemukan bekas-bekas suatu kerajaan besar (Minangkabau) yang namanya hampir-hampir tidak kita kenal sama sekali, tetapi sangat nyata merupakan tempat asal bangsa-bangsa Melayu yang bertebaran di Kepulauan Nusantara.”

    Untuk memudahkan kita mengingat per¬ja¬lanan Raffles ini, nama bunga Raf¬lesia ada¬¬lah salah satu kenang-kenangan untuk meng¬abadikan penjelajahan alam yang dilakukan Raffles tersebut. Raflesia maksud¬nya yaitu na¬ma bagi sejenis bunga raksasa yang dite¬mukan oleh Raffles. Di Ranah Mi¬nang kita bia¬sa menyebutnya dengan Bungo Bangkai.

    Pernyataan bahwa Minangkabau merupa¬kan tanah asal ini didukung pula oleh banyak data dan fakta. Apalagi semua suku bangsa Melayu menurut sejarah memang berasal dari Minangkabau. Seperti Melayu Riau, Jambi, Deli, Aceh, Palembang, Melayu Semenanjung, Kalimantan, dan Bugis. Bahkan Suku Kubu, Sakai, Talang Mamak, Suku Anak Laut di Selat Malaka, dll, mengaku berasal dari Minangkabau.

    Bukti lain tentang hal ini misalnya seperti pengakuan yang terpahat menjadi prasasti di makam Seri Sultan Tajuddin di Brunai yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

    “Maka Seri Sultan Tajuddin memerintah¬kan kepada Tuan Haji Khatib Abdul Latif supaya me¬ne¬rangkan silsilah ini agar diketahui anak cucu, raja yang mempunyai tahta kerajaan di Negara Bru¬nai Darussalam turun-temurun yang meng¬ambil pusaka nobat negara dan genta alamat dari negeri Johor Kamalul Maqam, yang mengambil pusaka nobat negara dan alamat dari Minang¬kabau nagari Andalas…dst”.

    Parasasti ini menggambarkan bahwa orang-orang Melayu yang berada di Semenanjung Malaysia sekarang juga berasal dari Minangkabau. Misalnya seperti yang di Johor, Selangor, Malaka, Pahang, dll. Bahkan sampai ke generasi yang paling akhir, yaitu yang kemudian menghuni Negeri IX. Menurut sejarah, umumnya mereka ini menyeberang Selat Malaka setelah melewati aliran Batang Rokan dan Batang Kampar.

    DARI KATA MENON COBOS

    Menurut Prof.Dr.Muhamad Hussein Nainar, seorang guru besar di Universitas Madras. Menurutnya kata Minangkabau berasal dari kata Menon Cobos.

    Menon Cobos artinya adalah tanah mulia atau tanah murni. Dianggap sebagai tanah mur¬ni atau tanah mulia karena daerah ini juga dianggap sebagai tempat asal para leluhur orang-orang Melayu.

    DARI KATA BINANGA KANVAR

    Menurut Prof.Sutan Muhammad Zain kata Minangkabau berasal dari Binanga Kanvar. Binanga Kanvar artinya adalah muara Sungai Kampar. Menurutnya di Muara Sungai Kampar inilah bermulanya kera¬jaan Minangkabau.

    Pendapat lain yang senada dengan Prof.Sutan Muhammad Zain adalah pernyataan seorang kebangsaan Cina yang bernama Chan Yu Kua. Pernyataan ini ia tuliskan di dalam catatan perjalanannya.

    Di dalam catatan itu ia menerangkan bahwa sewaktu ia pernah datang ke Muara Kampar pada abad ke 13. Dijelaskannya bahwa di Muara Kampar itu didapatinya sebuah bandar dagang yang paling ramai di pusat Pulau Sumatera. Catatan ini mengingatkan kita pada catatan serupa dari pendahulunya, I-Tsing beberapa abad sebelumnya.


    DARI KATA MINA KAMBWA

    Sewaktu melakukan penelitian untuk pendalaman materi di beberapa buku ini, saya (Yulfian Azrial, 2011) melihat bahwa kata Minangkabau juga bisa berasal dari istilah dalam bahasa Sanskerta, yaitu kata Mina Kambwa. Mina Kabwa artinya negeri Pilar Naga atau negeri Pilar Langit yang terdiri dari deretan Gunung Berapi.
    Dari segi etimologi, kata mina dalam Bahasa Sanskerta berarti Naga. Dalam kisah-kisah Hindu Kuno, istilah Mina atau Naga sering digambarkan sebagai simbol dari gugusan gunung berapi yang terdapat di pegunungan Bukit Barisan sekarang. Sedangkan Kambwa atau Skambwa berati pilar atau semacam tiang penyangga langit. Jadi Mina Kambwa artinya tiang atau pilar penyangga langit yang terdiri dari gugusan gunung berapi.

    Istilah Mina Kambwa ini sering disebut dalam mandala-mandala Hindu. Dalam mandala-mandala Hindu seperti dalam Shri Yantra dan Kalachakra Mandala, deretan gunung merapi di gugusan pegunungan bukit barisan ini sering disebut sebagai Gunung Meru atau Gunung Suci sorga. Gunung yang terbesar dan tertinggi disebut Gunung Mahameru yang sering dilambangkan dengan piramida besar. Gunung ini oleh sebagian besar ahli diduga adalah Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 11.600 SM.

    Pada saat itu gunung tersebut meledak dengan ledakan supervuklanis-nya, yang membuat gunung itu runtuh seperti balon yang bocor. Puncak gunung yang semula tinggi ini tenggelam di bawah laut, berubah menjadi kaldera raksasa. Asap dan debunya bahkan menutupi hampir seluruh langit dunia. Hal yang membuat para ahli Geologi dan Fisikawan nuklir berpendapat bahwa inilah yang menyebabkan berakhirnya Zaman Es Pleistosen.16

    Sebelum meletusnya Gunung Krakatau digambarkan bahwa di kawasan ini terdapat puncak-puncak peradaban dunia yang kemudian menyebar ke belahan dunia lain.17 Untuk mengenang peradaban di tanah leluhurnya ini, maka di berbagai tempat penyebarannya ditemukan banyak simbol tentang segitiga. Simbol yang melambangkan Gunung Meru atau Gunung Suci sorga.

    Bahkan di sejumlah tempat dibangun sejumlah duplikat Gunung Meru ini yang lazim disebut piramida. Misalnya seperti yang ditemukan di Mesir, Mesopotamia, Yunani, pada suku Maya, dan suku Aztek di benua Amerika. Bahkan dengan meletakkan jenazah di dalam bangunan ini, dibayangkan oleh mereka sebagai meletakkan para almarhum di perut Gunung Sorga.

    (Dikutip dari Buku Budaya Alam Minangkabau, Yulfian Azrial, Jilid 4)


    Yulfian Azrial, adalah Kepala Balai Kajian, Konsultansi, dan Pemberdayaan (BKPP) Nagari Adat Alam Minangkabau, Ketua Bidang Penelitian, Pengkajian dan Penulisan Masyarakat Sejarawan Indonesia Luhak Limopuluah. Penulis Buku Budaya Alam Minangkabau.


    Sumber

    =======================================================

    Tambahan


    Asal-usul nama minangkabau


    Urang Minang’, merupakan sebutan yang biasa digunakan untuk menunjukkan identitas masyarakat minangkabau dan mendiami sebagian besar wilayah propinsi Sumatera Barat. Daerah aslinya merupakan tiga kesatuan wilayah adat yang disebut luhak nan tigo (wilayah yang tiga), yaitu : Luhak Agam, Luhak Limapuluh Koto, dan Luhak Tanah Datar.

    Asal-usul nama minangkabau sangat beragam, tetapi berdasarkan tambo, nama itu berasal dari peristiwa kemenangan orang Minangkabau dalam adu kerbau dengan orang-orang kerajaan Majapahit yang ingin merebut wilayah ini (Gusdiasdial), seperti yang dibunyikan talibun dalam tambo asal usul nama minangkabau dibawah ini:

    Karano tanduak basi paruik tajalo

    Mati di Padang Koto Ranah

    Tuo jo Mudo sungguahpun heran

    Datangnya indak karano diimbau

    Dek karano Cadiak Niniak kito

    Lantaran manyambuang di galanggang tanah

    Dipadapek tuah kamujuran

    Timbualah namo Minangkabau


    Masyarakat minangkabau merupakan salah satu masyarakat yang masih berpegang teguh kepada adat istiadat mereka. Sistem kekerabatan matrilinial merupakan salah satu pembeda dengan suku bangsa lain yang terdapat di Indonesia.

    Fungsi Adat


    Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang masih berpegang teguh kepada adat istiadat mereka. Ini dapat kita lihat bagaimana falsafah adat masih tetap mereka jalankan dalam kehidupan sehari-harinya.

    Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.

    Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu:

    Turun Mandi

    Khitan

    Perkawinan

    Batagak Gala (Pengangkatan Datuak)

    Kematian

    Fungsi adat pada suatu rumah gadang dapat kita sebut sebagai fungsi temporer yang berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja.

    Fungsi Keseharian

    Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.

    Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.

    Seiring dengan perjalanan waktu serta semakin meningkatnya aktifitas masyarakat khususnya yang masih menggunakan rumah gadang sebagai fasilitas huniannya, telah menyebabkan bertambahnya fungsi-fungsi baru pada rumah gadang. Secara arsitektural,

    kita mengetahui bahwa setiap aktifitas membutuhkan ruang-ruang untuk mengakomodasikan aktifitas tersebut. Begitu juga pada rumah gadang, ruang-ruang baru yang muncul pada rumah gadang (transformasi ruang) merupakan jawaban atas semakin meningkatnya aktifitas serta beragamnya kebutuhan dari penghuni rumah gadang tersebut.

    kita mengetahui bahwa setiap aktifitas membutuhkan ruang-ruang untuk mengakomodasikan aktifitas tersebut. Begitu juga pada rumah gadang, ruang-ruang baru yang muncul pada rumah gadang (transformasi ruang) merupakan jawaban atas semakin meningkatnya aktifitas serta beragamnya kebutuhan dari penghuni rumah gadang tersebut.

    Rumah Gadang sebagai Artefak Kebudayaan

    Seperti yang telah dijabarkan diatas, masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, yaitu garis keturunan menurut ibu. Sebagai masyarakat yang menganut sistem matrilineal, maka sistem suku pun juga menurut ibu, jadi apabila ibu memiliki suku Piliang maka secara turun temurun, anak-anak pada keluarga tersebut juga memiliki suku yang sama dengan ibunya.

    Rumah gadang sebagai tempat tinggal bersama bagi masyarakat minangkabau yang hidup menganut sistem kekerabatan matrilinial (menurut garis keturunan ibu) kaum perempuan mendapat kedudukan dan tempat yang istimewa pada rumah gadang. Setiap wanita yang bersuami akan memperoleh satu kamar, sedangkan perempuan termuda mendapat kamar terujung yang kemudian akan pindah jika telah memiliki suami nantinya. Anak laki-laki tidak memiliki tempat pada rumah gadang ini, sejak dari dahulunya anak-laki yang mulai beranjak dewasa akan tinggal pada surau-surau keluarga atau pergi merantau keluar dari kampungnya.

    Rumah gadang bagi masyarakat minangkabau selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai lambang eksistensi suatu kaum. Fungsi lain dari rumah gadang ini adalah sebagai tempat bermusyawarah bermufakat dan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara-upacara adat, seperti yang dibunyikan pada pidato pendirian sebuah rumah gadang, yaitu:

    Rumah gadang basa batuah

    Tiang banamo kato hakikat

    Pintunyo banamo dalia kiasannyo

    Banduanyo sambah manyambah

    Bajanjang naiak batanggo turun

    Dindiangnyo panutik malu

    Biliaknyo alun bunian


    Adapun maksud dari pidato diatas adalah jumlah tiang yang terdapat pada suatu rumah gadang merupakan salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya bangunan rumah yang akan didirikan, letak pintu menentukan sistem keselarasan yang dianut, bandul (permainan tinggi rendah lantai suatu rumah gadang) yang merupakan batas antara luar dan dalam rumah yang tidak dapat dilalui tanpa tata tertib tertentu, rumah yang berdinding mengkiaskan nilai kebudayaan dan peradabannya sedangkan kamar merupakan tempat untuk menyimpan barang yang berharga.

    Secara garis besar, ruang dalam suatu rumah gadang dapat kita kategorisasikan ke dalam 4 zoning utama

    Penzoningan ini didasarkan kepada hirarki ruang yang terdapat pada rumah gadang itu sendiri, yaitu:
    1.Publik, yaitu ruang tamu atau ruang bersama yang merupakan sebuah ruangan lepas tanpa adanya pembatas apapun.
    2.Semi Privat, yaitu ruang peralihan seperti bandua yang terdapat didepan kamar tidur serta anjuang (ruang khusus) yang terdapat pada bagian ujung-ujung rumah gadang yang dapat kita temukan pada beberapa jenis rumah gadang.
    3.Privat, yaitu kamar-kamar tidur yang terdapat di dalam rumah gadang yang dahulunya berdasarkan kepada jumlah anak gadis yang dimiliki oleh sipemilik rumah.
    4.Servis, yaitu dapur yang pada dahulunya merupakan dapur tradisional yang masih menggunkan kayu sebagai bahan bakarnya .

    Beberapa karakteristik dari arsitektur rumah gadang adalah:
    1.Tingkat / derajat kespesifikan budaya atau tempat.
    Rumah gadang merupakan bangunan khas daerah Sumatera Barat, seperti yang tertulis pada buku Rumah Gadang Arsitektur Tradisional Minangkabau, bahwa arsitektur bangunan rumah gadang merupakan peninggalan tidak tertulis yang sampai pada kita, yang merupakan ciri dari kebesaran kebudayaan minangkabau masa lalu. Betapapun perubahan itu terjadi, namun arsitektur bangunan rumah gadang yang dapat kita saksikan sekarang adalah merupakan pengaruh langgam bangunan masa lampau.

    model, denah, morfologi dan spesifikasi bangunan, hubungan antar elemen serta kompleksitas bangunan berdasarkan tempat dimana sebuah bangunan tersebut berada.
    Secara garis besar model rumah gadang terbagi atas dua kelompok besar yang dibagi berdasarkan kepada dua kelarasan atau hukum adat yang berlaku didalam masyarakat minangkabau.

    Kedua sistem kelarasan itu adalah:

    •Sistem kelarasan Koto Piliang
    Ciri dari model rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Koto Piliang ini adalah memiliki anjuang yang terdapat pada bagian kiri dan bangunan. Anjungan merupakan tempat terhormat didalam suatu rumah gadang yang ditinggikan beberapa puluh sentimeter dari permukaan lantai bangunan.

    •Sistem kelarasan Bodi Caniago.
    Sedangkan pada rumah gadang yang menggunakan sistem kelarasan Bodi Caniago tidak mengenal istilah anjuang. Jadi bagian lantai rumah gadang mulai dari bangian ujung sampai pangkal mempunyai ketinggian lantai yang sama.

    Elemen-elemen bangunan dalam rumah gadang itu dapat juga kita bagi menjadi 2 bagian utama, yaitu:
    a.Halaman
    Halaman suatu rumah gadang merupakan sebuah rumah terbuka yang penting bagi suatu rumah gadang, biasanya sebuah halaman pada rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara pada sebuah kekerabatan.

    Elemen-elemen yang terdapat pada sebuah halaman rumah gadang adalah:

    Rangkiang
    Rangkiang merupakan suatu bangunan yang terdapat dihalaman sebuah rumah gadang yang berbentuk bujur sangkar dan diberi atap ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai lumbung tempat penyimpanan padi yang didirikan di depan rumah gadang.

    Menurut A.A. Navis (1984) terdapat beberapa jenis rangkiang pada suatu rumah gadang, diantaranya yaitu:

    a.Sitinjau lauik
    Rangkiang jenis ini merupakan rangkiang tempat penyimpanan padi yang akan dijual untuk membeli keperluan rumah tangga yang tidak dapat dibuat atau dikerjakan sendiri.

    b.Sibayau-bayau
    Rangkiang jenis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari.

    c.Sitangguang lapa
    Merupakan jenis rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan dipergunakan sebagai cadangan pada masa paceklik tiba.

    d.Rangkiang kaciak
    Rangkiang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi yang akan digunakan sebagai benih dan biaya pengerjaan penanaman sawah pada masa tanam berikutnya.

    Tabuah larangan
    Merupakan sebuah bangunan berbentuk persegi panjang, beratap ijuk dan bergonjong untuk menempatkan bedug yang terbuat dari kayu panjang. Biasa digunakan sebagai alat untuk memberikan tanda pada saat bahaya atau pemberitahuan pada saat ada suatu acara.

    Lasuang dan alu
    Merupakan alat kelengkapan suatu rumah gadang yang biasa digunakan sebagai alat untuk menumbuk padi.

    Dapur
    Daerah servis pada rumah gadang yang biasanya juga merupakan bagian dari rumah, tetapi pada sebagian rumah gadang dapur biasanya terpisah dari rumah gadang.

    b.Elemen bangunan
    Elemen-elemen bangunan yang terdapat pada suatu rumah gadang adalah:

    •Sandi
    Merupakan pondasi yang terdapat pada sebuah rumah gadang yang berasal dari batu alam.

    •Tangga
    Tangga pada sebuah rumah gadang terbuat dari bahan material kayu dan biasanya diawali dengan sebuah batu alam yang datar, biasanya jumlah anak tangga ini berjumlah ganjil, seperti 5, 7 dan 9.

    •Tiang
    Ada berbagai nama dan jenis tiang pada suatu rumah, pemberian nama pada setiap tiang pada suatu rumah gadang tersebut disesuaikan dengan fungsi dan letaknya pada rumah gadang.

    •Balok
    Merupakan pengikat antara tiang dengan tiang pada suatu rumah gadang yang membujur pada bagian atas maupun pada bagian bawah tiang.

    •Ruang
    Ruang atau space pada suatu rumah gadang merupakan ruangan yang terbentuk oleh deretan tiang-tiang yang membujur didalam rumah gadang tersebut.

    •Bilik
    Bilik merupakan daerah privat bagi penghuni suatu rumah gadang, bilik pada pangkal rumah gadang dihuni oleh orang tua dan anak-anak gadis yang belum menikah sedangkan bilik yang terdapat pada ujung rumah gadang dihuni oleh pasangan pengantin.

    •Dinding
    Dinding pada rumah gadang terbagi atas tiga bagian, yaitu dinding depan, dinding sasak, serta dinding samping. Secara umum dinding pada rumah gadang tersebut terbuat dari anyaman bambu yang diikat oleh papan-papan sebagai tulangannya.

    •Atap
    Atap sebuah rumah gadang biasanya terdiri dari ijuk, walaupun pada masa sekarang penggunaan bahan ijuk ini sudah marak diganti dengan penggunaan material seng.

    •Gonjong
    Gonjong merupakan ciri khas dari rumah tinggal tradisional masyarakat minangkabau, sehingga rumah tinggal masyarakat minangkabau ini juga dikenal dengan istilah rumah bagonjong.

    +-Pengunaan material tertentu, warna, tekstur serta mempunyai hubungan dengan landsekap.
    Prinsip dari pembangunan rumah gadang adalah menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Material utama yang digunakan pada bangunan rumah gadang merupakan material kayu yang banyak terdapat disekitar lokasi dimana bangunan tersebut akan didirikan. Serta memunculkan warna-warna alami dalam pemakaiannya.

    Masyarakat minangkabau merupakan masyarakat yang hidup secara komunal atau berkelompok, serta memiliki ikatan kekerabatan yang kuat. Hal ini tercermin dari terdapatnya open space atau ruang terbuka yang terdapat pada setiap kelompok atau group fasilitas hunian mereka (rumah gadang) yang merupakan wadah untuk tempat bersosialisasi bagi masyarakatnya.

    +-Kejelasan, kenampakan dan kemudahan dimengerti dari model yang dipakai
    Sebuah rumah gadang merupakan sebuah produk arsitektur yang muncul dan berkembang pada masyarakat minangkabau. Tidak ada bangunan lain yang terdapat di indonesia khususnya yang memiliki tipologi bangunan yang benar-benar identik dengan rumah gadang yang seperti terdapat pada rumah adat Sumatera Barat ini. Seperti halnya dalam penggunaan elemen atap, merupakan transformasi bentuk gonjong yang didesain bertingkat dan memiliki ratio tertentu dalam sudut dan ketinggiannya yang mana hal ini tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah lain yang terdapat di indonesia.
    Jadi, apabila kita melihat sebuah bangunan yang memiliki ciri seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya maka secara langsung kita akan mengatakan bahwa bangunan tersebut merupakan salah satu bangunan yang berasal dari minangkabau (Sumatera Barat).

    +-Kompleksitas berdasarkan perubahan waktu, kondisi open ended yang memungkinkan terjadinya proses adisi (transformasi) berdasarkan aktifitas pemakai yang bersifat majemuk serta penambahan akan tipe serta jumlahnya.
    Berdasarkan kepada falsafah hidup masyarakat minangkabau, yaitu ‘alam takambang jadi guru’ memuat sebuah semangat bahwasanya semua perubahan dari lingkungan sekitar seharusnya dapat menjadi sebuah pembelajaran dalam kehidupan masyarakat minangkabau itu sendiri.

    Dalam pengertian sederhana kita dapat mengatakan bahwa masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang tidak menutup diri terhadap perubahan, begitupun halnya dengan rumah tempat tinggal mereka.
    Bertambahnya anggota keluarga serta semakin meningkatnya kebutuhan akan ruang dalam rumah tinggal, tidak menutup untuk terjadinya transformasi dalam setting hunian mereka, baik itu transformasi yang terjadi pada ruang dalam rumah gadang maupun setting ruang luarnya.
    Dalam skala kecil dapat kita lihat, pendirian bangunan-bangunan baru yang terdapat disekeliling rumah gadang, merupakan salah satu jawaban atas sudah tidak mampunya lagi rumah gadang dalam mengakomodasikan kebutuhan penghuninya. Serta semakin bergesernya sistem kekeluargaan yang biasanya disebut dengan istilah nucleus family menjadi ekstended family, merupakan bentuk-bentuk transformasi yang merupakan jawaban atas falsafah ‘alam takambang jadi guru’ tersebut.

    KESIMPULAN:

    Masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang berbudaya, tidak adanya satu kegiatanpun dalam keseharian masyarakat minangkabau yang terlepas dari adat istiadat yang mereka pegang teguh selama ini.

    Sistem kekerabatan matrilinial yang meraka anut selama juga memberikan dampak serta pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat masyarakat minangkabau ini. Rumah gadang, yang merupakan salah satu artefak kebudayaan minangkabau juga banyak dipengaruhi oleh sistem matrilinial tersebut.

    Rumah gadang merupakan salah satu bentuk dari hasil kebudayaan masyarakat minangkabau yang betul-betul lahir atas konsekuensi sistem matrilinial yang dianut oleh masyarakat minangkabau. Salah satunya secara jelas dapat kita lihat pada setting ruang dalam rumah gadang, seperti sistem penggunaan kamar serta tidak adanya tempat bagi anak laki-laki mereka pada rumah gadang tersebut.

    Semakin meningkatnya aktifitas dan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat minangkabau, tidak menutup untuk terjadinya transformasi pada rumah gadang. Sebagai masyarakat yang dinamis dan menganut falsafah hidup ’alam takambang jadi guru’ telah mengisyaratkan bahwa masyarakat minangkabau adalah masyarakat yang selalu membuka diri terhadap perubahan dan akan berkembang sesuai dengan tuntutan hi
    dup dan peningkatan aktifitas masyarakatnya.

    Sumber

    ========================================================
    Semua Tentang Sejarah Minangkabau Silahkan Post Disini
     
    • Like Like x 1
    Last edited: Mar 12, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Cyclone_Joker M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 3, 2011
    Messages:
    662
    Trophy Points:
    101
    Ratings:
    +5,109 / -0
    :top: dulu danga-danga kalo, minangak abau brasal dri
    pertarungan anata kabu jawa jo kabau awak
    dek manag kabau awak di agiah minangkabau :hoho:
     
    • Like Like x 1
  4. 1c4ru5 Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Mar 9, 2010
    Messages:
    6,687
    Trophy Points:
    267
    Ratings:
    +6,223 / -1
    itu ndak bknnya salah satu faktor pendukung namo minang yo?
    ndeh dan dipacaya sabagai salah satu asal usul namo minang juo kabau ndak sala
    eh jawa?
    bukannyo kabau tu kabau di pergunungan eropa yang dibawa voc ka jawa? yang mana dibawa voc lai buek bacakak samo kabau wak?
    dan awak menang karena cadiak make piso
    tp ado juo versi cerita laennya
    tu ndak terjadi ketika voc tp sprti kata uda katakan
    pas jaman kerajaan2 nusantara
    di ma urang awak baparang dengan urang jawa
    tapi ado juo versi lainnya yang wak ndak tau ndeh enta la yg panting dari inti carito[adu kabau]
    dah mantap se :top:
     
  5. ocky_de_larocha Veteran

    Offline

    Superstar

    Joined:
    Aug 3, 2010
    Messages:
    17,217
    Trophy Points:
    266
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +354,182 / -3
    di pelajaran BAM skolah emang banyak bantuak itu caritonyo da, adu kabau antaro abau awak jo kabau urang jawa nan di manangan dek kabau urang awak:iii:
     
  6. Primez Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jan 29, 2012
    Messages:
    20
    Trophy Points:
    2
    Ratings:
    +0 / -0
    mantap postingan nyo da...awak baru tau lo kini asal kata minangkabau tuh...
     
  7. sabar_reload M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Dec 24, 2008
    Messages:
    888
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +3,275 / -1
    seketek padapek ambo :

    Minangkabau kalau diambil dari pelajaran BAM terus dihubungkan dengan asal usul nama dari adu kerbau yang kalau ngak salah ada di daerah sijunjung. Berari kemungkinan penyebutan itu bersal dari orang luar, contoh " oh itu dari orang menang (adu) kerbau kemarin ". Karena yang notabene asli minangkabau pada awalnya dari kerajaan Pagaruyung yg terdiri dari luhak nan tigo ( Luhak Agam, Luhak Limapuluh Koto, dan Luhak Tanah ).. Jadi orang luar mengenal dan menyebut orang-orang yg berasal dari daerah tsb orang yang menang kerbau (minangkabau). & lama-lama kat itu diserap serta menjadi melekat dalam kehidupan sehari-hari. Terus yang menadi pertanyaan, sebelum menjadi Minangkabau, mereka disebut apa???

    cuma itu yang ane tau, coz ane bukan orang Minang, cuma numpang lahir & besar di negeri minang. Tapi ane bersyukur bisa hidup di lingkungan orang Minang yang ane kenal sangat menjunjung nilai agama & adat ( meski sekarang secara perlahan terkikis oleh zaman )

    :oghoho:
     
  8. 1c4ru5 Veteran

    Offline

    Senpai

    Joined:
    Mar 9, 2010
    Messages:
    6,687
    Trophy Points:
    267
    Ratings:
    +6,223 / -1
    gk jg sih uda,diblg terkikis jg susah
    1lgi kebersamaan urang awak :onfire:
    gw jg bkn urang minang sih,tapi den basamo kaluarga gadang [dari buyut] dah hiduik di padang sajak balando manjajah dulua
    sekarang se keluarga den marantau :sigh:

    dlu gk slh bknny org menyebutnya orang luhak?
    apalagi dulu ada juga cerita ada kerajaan dr jawa[bkn sprti cerita kerbau]
    yg ingin menyerang minangkabau dan pada saat itu ada yg namnya seorg cerdik pandai beserta 2org petinggi(cikal bakal nenek moyang caniago,dan yg 1lgi gw lupa)
    pada saat itu ktika musuh menyerang mrk malah menyambut dgn segala kebsaran agama,adat,dan kebersamaan dan malah akhirnya prajurit itu menjadi kaget dan panglima mereka(gk salah adityawarman)
    diajak menikah krn pd saat itu urang luhak tidak menyukai perang dan tidak memiliki pasukan bersenjata,setelah diajak rpnya si adityawarman mau dinikahkan kepada putri dr salah 1 petinggi tsb
    trs daerah luhak bakambang manjadi gadang,dan minangkabau menjadi sebutan

    dan hebatnya lg gr2 peristiwa itu mncl 4hal
    1.penamaan minangkabau(ktnya stlh cerita td itu brlnjt ke cerita adu kabau)
    2.mnclnya strata kerajaan yg agama,kebudayaan,adat dan kebersamaan yang besar
    3.terbelahnya pemerintahan itu yg tdnya prnh trjdi konflik merebut kepemimpinan menjadi damai,dan terbentuk 4 bagian , kerajaan itu oleh adityawarman dan putri dari salah satu petinggi, si cadiak pandai jadi penasihan luhak,dan 1lgi itu yg gw lupa klo gk slh menjadi bagian pemerintahan sprti balai rakyat cmiiw :peace:

    cerita lama jg sih dah lama jg gk dgr jd lupa ndiri
     
  9. falcon_junior Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 29, 2012
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +6 / -0
    anak kabau nan pakai tanduak nan banamo minang
     
  10. falcon_junior Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    May 29, 2012
    Messages:
    17
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +6 / -0
    minangkabau,, bangga awak manjadi urang minang
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.