1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Sembilan Kucing

Discussion in 'Fiction' started by Grande_Samael, Dec 26, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    Sementara lagi stuck dengan novel yang tengah dikerjakan, tiba-tiba saya dapat inspirasi dari tingkah laku kucing-kucing saya. Maa saya buat aja cerpennya. Silakan dibaca dan dikomen ya bro... Hehehehe

    Seekor kucing tengah terlelap di atas keset. Kucing itu berwarna setengah orange dan setengah putih. Usianya sekitar enam bulan. Untuk seekor kucing, ia bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Jika dibandingkan dengan manusia mungkin ia masih dalam tahap remaja menjelang dewasa.

    Lalu seekor kucing lainnya yang memiliki corak identik dengan kucing yang terlelap itu berlari sambil memanggil-manggil.

    “Pus, Pupus!”

    Mendengar panggilan ini Pupus terbangun dari tidurnya dan mencari arah sumber suara yang memanggilnya. Kemudian ia melihat Meong yang berlari ke arahnya dengan wajah panik.

    “Gawat Pus! Ada berita duka!!”

    “A... Ada apa?” Pupus yang masih setengah tidur menjadi penasaran.

    “Si Ciko, anaknya si Jago” Meong menelan ludah sebelum melanjutkan “Tadi pagi ditemukan tewas! Sepertinya dimangsa Luak!”

    “Astaga!! Kau serius? Ciko yang baru menetas seminggu lalu???”

    Meong hanya mengangguk. Ia tidak sanggup lagi membicarakan kabar buruk ini.

    “Tidak mungkin... Kemarin sore aku masih melihatnya jalan-jalan. Bukankah ia juga sudah masuk ke dalam kandang sore kemarin?”

    “Yah...”

    “Ugh.. Luak sialan... Bagaimana ia bisa memangsa Ciko...” umpat Pupus.

    “Ya, setelah ini Luak itu pasti akan mencari mangsa lain...” Meong menghentikan ucapannya ketika ia melihat Pupus hanya diam. Sepertinya Pupus sedang berpikir.

    “Apa menurutmu adik-adik kita akan baik-baik saja?” tanya Pupus kemudian.

    “Hmm, sepertinya begitu. Majikan kita selalu menutup pintu rumah. Luak itu tidak akan punya kesempatan”

    “Bukankah pintu kandang Ciko juga ditutup rapat?”

    “Kau benar...”

    “Huh, biar bagaimanapun, sebaiknya sekarang kita segera menemui ibu!”

    Meong mengangguk, kemudian bergegas mengikuti Pupus menemui ibu mereka.

    ***

    “Ibu! Ibu!”

    Sang ibu kucing yang sedang menyusui keempat anaknya menoleh ke arah suara itu.

    Lantas ia melihat kedua anaknya berlarian ke arahnya. Ibu kucing tidak tega untuk berdiri karena anak-anaknya yang baru lahir seminggu lalu masih menyusu. Jadi ia hanya memandang anak-anaknya sambil terus berbaring.

    “Ada apa anak-anak?”

    “Ibu, berita gawat! Ciko dimangsa Luak!” Meong memulai ceritanya.

    “Ya, dan kurasa adik-adik juga dalam bahaya!” Pupus melanjutkannya.

    “Tenang saja anak-anakku. Adik-adikmu akan baik-baik saja. Luak itu tidak akan bisa
    masuk ke rumah ini” jawab sang ibu dengan bijak.

    “Ibu, menurutmu bagaimana bisa Ciko dimangsa, padahal ia berada di kandang yang sama dengan Jago, ayahnya! Dan parahnya Jago tidak mengetahui ketika itu terjadi!”
    Meong hanya mengangguk-angguk menguatkan kata-kata Pupus.

    “Aku khawatir, Luak itu mampu memasuki rumah ini... Dan memangsa adik-adik. Bahkan mereka masih belum dapat melihat dengan baik. Bagaimana jika Luak menyerang mereka???”

    Ibu kucing memandang anak-anaknya yang baru lahir. Ia berpikir sejenak.

    “Mungkin kau ada benarnya” kata ibu kucing singkat “lantas apa yang harus kita lakukan?”

    “Kita harus menyembunyikan mereka di tempat yang aman!”

    “Tapi di mana?”

    Lalu ketiga kucing itu berpikir sejenak. Tidak satupun dari mereka berbicara untuk beberapa saat.

    “Aku tahu!” tiba-tiba Meong angkat bicara “Bagaimana jika mereka disembunyikan di atap?”

    “Hmm, ide bagus...”

    “Tapi apa kau yakin?” ibu kucing tampak ragu.

    “Yah, kalau bukan di atap...”

    “Menurutku itu ide bagus! Luak itu tidak akan menyangka adik-adik kita disembunyikan di atap!” ujar Pupus menguatkan pendapat Meong.

    “Hmm, tetap saja aku tidak merasa begitu aman...” sang ibu kucing masih meragukan pendapat anak-anaknya.

    “Yah, baiklah kalau begitu...” Meong pasrah “Untuk saat ini yang penting kita berjaga-jaga”

    “Ya, kita tak boleh biarkan Luak itu macam-macam!”

    “Aku mengandalkan kalian anak-anakku...”

    “Serahkan pada kami!” ucap Pupus dan Meong bersamaan.

    ***

    Dua hari kemudian, kekhawatiran Pupus dan Meong menjadi kenyataan. Sejak pagi tadi salah satu dari keempat anak kucing menghilang. Pupus dan Meong sudah mencoba mencari ke berbagai sudut rumah, namun mereka tidak berhasil menemukannya. Bahkan majikan mereka juga mencarinya, tetapi tidak ditemukan.

    “Sial...”

    “Sudahlah Pus, kita sudah melakukan yang terbaik...” kata Meong mencoba menghibur saudaranya.

    “Aku tahu, tapi...” kata-kata Pupus terpotong “Aku tidak tahan melihat kesedihan ibu...”

    “Lihat, Ibu Jago dan anak-anaknya!” kata Meong mengalihkan perhatian ketika Ibu Jago melintas di depan mereka.

    “Pupus dan Meong!” induk ayam itu menyapa kedua kucing “Aku sudah dengar tentang adik kalian. Semoga saja tidak terjadi apa-apa...”

    “Tidak mungkin, Luak itu pasti sudah memangsanya” kata Pupus pesimis.

    “Tapi Pus, harapan selalu ada” Meong berusaha menghibur Pupus, tetapi Pupus tidak mendengar.

    “Luak ini memang mengerikan. . Memasuki rumah yang tertutup rapat, menculik anak dari ibunya...” ujar Induk ayam.

    “Hooooi!”

    Si garong berlari dengan tergopoh-gopoh ke arah mereka. Garong adalah kucing dewasa berwarna belang-belang hitam putih. Ia hobi mencuri ikan asin sehingga orang-orang memanggilnya Si Garong. Sudah lama ia menyimpan perasaan kepada ibu kucing.

    “Ada apa Bang Garong?” tanya Pupus.

    “Aku menemukan sisa-sisa jenazah seekor anak kucing di belakang rumah... Mungkinkah...”

    Bagaikan tersambar petir, kenyataan ini menohok Pupus dan Meong. Air mata mulai mengalir membasahi pipi Meong, sementara kemarahan menguasai hari Pupus.

    “Kita harus beritahu ibu. Jangan menunda lagi. Kita amankan adik-adik kita!!!”

    ***

    Tanpa membuang waktu lagi, Pupus dan Meong segera memberitahukan ibunda mereka akan kabar buruk ini. Sang ibu awanya nampak shok, tetapi ia dapat menguasai diri dengan cepat. Setelah itu, mereka segera memindahkan anak-anak kucing ke atap.

    Atap rumah ini sangat gelap. Banyak sekali tiang-tiang kayu. Namun begitu tidak ada satu tikuspun yang terlihat. Tidak ada tikus yang berani tinggal di rumah ini. Pupus dan Meong memang pemburu yang ahli.

    “Apa dengan ini semua akan baik-baik saja?” Meong bertanya pada Pupus.

    “Kuharap begitu...” jawab Pupus tak yakin.

    “Ugh, sial... Aku jadi teringat akan saudara kita”

    “Lilis?”

    “Ya. Ia menghilang ketika kita masih muda...”

    “Menurutmu ada Luak yang memangsanya?”

    “Bisa jadi...”

    “Cih, aku benci Luak...” Pupus mendengus.

    Kemudian kedua kucing itu mendengar dentingan sendok yang dipukul-pukulkan ke piring. Ini saatnya makan. Mereka segera meluncur menuju dapur, tempat majikan mereka biasa memberi makan. Menu makan siang kali ini adalah tulang belulang ayam.

    “Masih hangat, baru dimasak beberapa jam yang lalu. Harum sekali...” kata Meong tanpa sadar mengeluarkan air liur.

    “Ayo kita isi perut terlebih dahulu, baru memikirkan tentang luak” Pupus segera
    menyambar tulang-tulang ayam yang baru diletakkan majikannya.

    “Hei Pus, pernah kau berpikir, kalau kita memakan bangsanya Pak Jago?”

    Pupus tersedak mendengar perkataan Meong.

    “Apa maksudmu???”

    “Ah, sudahlah. Tidak ada apa-apa. Ayo makan!”

    Lantas keduanya menyikat jatah makan siang mereka. Pupus hampir saja menghabiskan semuanya. Untunglah Meong memperingatkan Pupus dan menyisakan makan siang untuk ibu mereka.

    ***

    Keesokan paginya ketiga kucing melihat kenyataan yang menyakitkan. Ketiga anak kucing yang disembunyikan di atap telah dibantai habis. Hanya sedikit darah dan sisa-sisa tubuh yang tersisa. Ibu kucing lang lemas dan pingsan. Meong segera menolong ibunya, sedangkan Pupus menggeram marah.

    “LUAK KURANG AJAR!!!” teriak Pupus.

    “Pus, apa yang harus kita lakukan?” tanya Meong.

    “Sekarang adik-adik kita telah tiada. Tidak ada lagi yang harus dilindungi. Kita harus habisi Luak itu!”

    “Tapi bagaimana caranya?”

    “Kita minta bantuan Bang Garong dan Pak Jago!”

    “Aku tak yakin...”

    “Anak-anak, jangan gegabah...” ibu kucing sudah sadarkan diri “Luak bukanlah lawan sembarangan”

    “Ya, itu benar Pus..”

    “Karena kalian selalu takut seperti ini maka Luak itu terus bertingkah seenaknya! Aku akan mencari Bang Garong!”

    Pupus segera berlari meninggalkan Meong dan ibunya. Meong masih ingin menjaga ibunya, tetapi ibunya menyuruh Meong untuk menyusul Pupus. Meong mengangguk dan segera berlari mengejar Pupus.

    Meong tahu lokasi di mana Bang Garong biasa nongkrong. Karena itu ia mencari Pupus ke lokasi-lokasi itu, tetapi tidak kunjung menemukan Pupus maupun Bang Garong. Meong tidak menyerah. Ia terus mencari. Kali ini ia mencari di belakang mushola. Ia berlari dengan cepat, dan tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang yang dalam.

    “Aduh!” Meong berteriak kaget “Kenapa ada lubang besar di sini...”

    Meong mencoba bangkit, dan ketika ia melihat ke sampingnya ia menjadi kaget. Meong melihat seonggok tulang belulang seekor anak kucing. Usianya sudah cukup lama,
    mungkin sekitar 5 bulan.

    “Meong, kaukah itu?”

    Meong mendengar suara Pupus dari atas. Meong segera melompat keluar dari lubang itu.

    “Pupus, dulu ketika kau mencari Lilis, bukankah kau mencarinya ke sini?” tanya Meong tiba-tiba.

    “Apa maksudmu???” Pupus terlihat kebingungan.

    “Lalu kau bilang tidak ada apa-apa di sini” Meong terus berbicara “Tapi di dalam sana, aku melihat tualng belulang... Tulang belulang yang sama dengan ukuran tubuh Lilis saat ia menghilang”

    “Jadi maksudmu... Aku yang memasukkan Lilis ke sana?” kata Pupus tidak percaya dituduh seperti ini.

    “Buktikan kalau kau tidak bersalah” kata Meong. Meskipun begitu, kelihatannya Meong berharap kalau Pupus tidak bersalah.

    “Bodoh, untuk apa aku melakukan ini...” Pupus membela diri “Sumpah, waktu itu aku tidak melihat siapapun di sini...”

    “Hanya kau yang pernah ke sini” kata Meong “Karena kau bilang tidak ada apa-apa, maka tidak ada siapapun yang pernah mencari ke sini”

    “Tidak ada siapapun? Bukankah Bang Garong sering nongkrong di sini???”

    “Kau mau bilang Bang Garong juga tidak melihat apa-apa???” hardik Meong, namun tiba-tiba sesuatu melintas di pikirannya.

    “Atau...”

    “Atau Bang Garong sengaja tidak mengatakan apapun...”

    “Yah, itu benar. Bagaimana jika...”

    “Tunggu, aku masih tidak mempercayaimu!” bentak Meong “Apa untungnya Bang Garong melakukan ini???”

    Perdebatan di antara kedua saudara itu semakin panas. Meong terus meragukan Pupus, sementara Pupus terus membela dirinya. Perdebatan itu membuat mereka tidak menyadari. Mereka tidak menyadari bahwa seekor makhluk ganas tengah mengincar mereka dari balik rumput-rumput yang tinggi. Menanti untuk menerkam.

    Tiba-tiba Pupus mendorong Meong. Meong yang marah balah mendorong Pupus. Lama kelamaan terjadi perkelahian kecil di antara mereka. Dan saat itulah, sang pemangsa mendapatkan kesempatan.

    Seekor Luak ganas melompat dari balik rumput-rumput yang tinggi. Dengan cepat ia menerkam ke arah kedua kucing yang sedang berkelahi. Pupus yang melihat hal ini lebih dulu segera mendorong Meong menjauh, sehingga Luak itu langsung menerkam ke arah Pupus.

    “Pus!!!” teriak Meong sambil memperbaiki posisinya.

    Pupus berusaha untuk bertahan dari serangan Luak tersebut. Meong segera berlari menerjang ke arah Luak itu untuk membantu Pupus. Namun sekilas ia melihat sosok yang bersembunyi di kejauhan, lalu menghilang ketika ia merasa Meong melihatnya. Sosok itu sangat Meong kenal. Sosok dari Bang Garong.

    “Meong, bantu aku!!!” teriak Pupus yang masih bergelut melawab Luak yang berukuran tiga kali lebih besar.

    Meong segera menghantam Luak itu hingga jatuh tersungkur.

    “Pus, ayo lari! Kita cari bantuan!”

    Pupus mengangguk dan segera bangkit. Ia berlari dengan tertatih-tatih. Luak yang marah segera menerkam Pupus, dan Meong menghalanginya. Terjadi pergulatan sengit di antara mereka. Luak itu mencabik-cabik tubuh Meong, namun Meong juga berhasil membuat luka yang besar di leher Luak tersebut. Pupus tak bisa tinggal diam melihat saudaranya dihabisi begitu saja. Pupus pun ikut bergabung dalam pertempuran.

    Tetapi Pupus tidak dapat berbuat banyak. Dengan mudah Pupus dilempar dengan kekuatan sang Luak, sementara Meong sudah tidak sanggup bergerak lagi. Kini nyawa Meong sudah di ujung tanduk. Darah mengalir deras dari leher Luak itu, tetapi ia masih punya kekuatan untuk membunuh Meong.

    Tiba-tiba keduanya mendengar suara yang memberikan mereka harapan.

    “PUPUS! MEONG! BERTAHANLAH!!!”

    Pupus dan Meong menoleh dan melihat Pak Jago dan Jupri sahabat Pak Jago. Luak yang terluka tidak punya kesempatan jika harus melawan mereka semua sekaligus. Luak itu segera melarikan diri.

    “Kalian tunggulah di sini, kami akan mengejarnya!” perintah Pak Jago.

    “Ya, ia sudah terluka parah. Sebaiknya kita habisi ia sekarang” sambung Jupri.

    Pak Jago dan Jupri segera mengejar ke arah Luak itu pergi. Kini tinggal Pupus dan Meong yang sudah sekarat.

    “Sekarang semuanya sudah berakhir...” kata Pupus mendekati Meong.

    “Pus, maafkan aku...” kata Meong kehabisan nafas.

    “Ya, aku tahu”

    “Pus, aku ingin tahu... Tadi aku melihat Bang Garong... Melihat dari kejauhan...”

    “Benarkah???” kata Pupus kaget.

    “Ya... Kau benar, kurasa ia pelakunya... Mungkin ia juga yang membantu Luak itu...
    Menghabisi adik-adik kita...”

    “Sudahlah Meong, jangan bicara lagi...” kata Pupus menenangkan Meong “yang jelas, apa ia benar-benar melihat kita tadi?”

    “Ya...”

    “Baguslah”

    Tiba-tiba Pupus tersenyum mengerikan. Meong terbelalak melihat saudaranya. Ia seperti sedang melihat senyuman iblis.

    “Itu berarti ada saksi bahwa aku tidak bersalah”

    “Maksudmu... Kau...” kata Meong tidak percaya.

    “Kematian Ciko itu kebetulan. Tapi saat itu aku mendapat ide. Malam itu aku mengambil salah satu adik kita dan menyerahkannya pada Luak. Kemudian aku memberitahu Luak mengenai lokasi persembunyian adik-adik kita”

    “Kau... Bercanda kan?” kata Meong tidak percaya.

    “Tidak, aku serius” jawab Pupus singkat.

    “Tapi untuk apa??? Apa kau juga... Membunuh Lilis?”

    “Tidak, kematian Lilis adalah kecelakaan. Tanpa sengaja ia terperosok ke lubang di sampingmu itu. Sehari saat ia menghilang, aku bisa memakan jatah makanannya. Jadi ketika aku menemukannya keesokan hari, apa untungnya aku menolongnya???”

    “Kau... kalau kau ingin makanan, kenapa kau membuat adik-adik terbunuh... Mereka masih menyusu”

    “Pikirkan saja, beberapa bulan lagi aku harus membagi makanan untuk empat kucing lain. Lebih baik musnahkan mereka sejak dini kan?”

    “Kerja sama dengan Luak untuk menyingkirkan pesaing... Kenapa Luak itu menyerangmu... Uhuk uhuk”

    “Sudah kuduga Luak tak bisa dipercaya. Suatu saat ia juga akan menyerangku. Tapi itu tidak apa, dengan begitu tidak akan ada seorangpun yang mencurigaiku. Dan dengan penyerangannya barusan serta Garong sebagai saksi mata, semuanya sempurna. Setelah ini aku harap Jago dan Jupri berhasil membunuh Luak itu. Dengan begitu, hanya tinggal satu kucing yang harus kusingkirkan”

    “Ibu... Kurang ajar... Mengapa kau mengatakan semua ini...”

    “Mengapa? Apa ruginya menceritakan semua kepada bangkai???”

    Senyuman Pupus pun semakin lebar.

    ***

    “Pupus, Meong, kalian baik-baik saja???”

    Ibu kucing dan Garong berlarian untuk menolong Pupus dan Meong, namun sudah terlambat. Pupus sedang duduk menangisi bangkai saudaranya. Kini ibu kucing harus merelakan kepergian satu anak lagi. Garong mendekati Pupus dan mencoba menghiburnya.

    Tidak berapa lama Jago dan Jupri datang dengan luka-luka. Garong segera berbicara kepada mereka.

    “Darimana saja kalian?”

    “Luak itu sudah kami bereskan. Terima kasih kepada Pupus dan Meong yang melukainya terlebih dahulu” kata Pak Jago, kemudian baru menyadari bahwa Meong sudah tiada.

    Jago tampak menyesal dan memberi penghormatan kepada bangkai Meong.

    “Setidaknya sekarang semua sudah berakhir. Luak itu tidak akan mengganggu kita lagi.
    Terima kasih saudaraku”

    Ya, dalam hatinya Pupus sangat berterima kasih pada Meong. Kini tinggal menyingkirkan satu kucing lagi dan seluruh jatah makanan di rumah akan jadi miliknya.


    -Tamat-

    Sekian, ditunggu comennya :sembah:
     
    • Like Like x 2
    • Thanks Thanks x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    fabel.. :haha: jarang banget aku nemuin yang kayak ginian.. :XD:
    Gaya bahasanya cocok buat cerita anak, tapi cerita yang terkandung terlalu berat untuk anak.
    Bukan cerita yang terstruktur, walau tujuan penulis sepenuhnya tersampaikan, tidak mengikuti struktur: Perkenalan, Pembukaan, Konflik, Penyelesaian. << tidak penting. sastra modern tidak perlu struktur
    entah mungkin cuma saya, tapi saya melihat sepertinya cerita ini sebuah penggambaran suatu kondisi yang common di masyarakat indonesia.:peace:
     
  4. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    waduh, padahal maksudnya saya nulis ceritanya utk orang dewasa loh :panda:
    emg kyk cerita anak2 ya penulisanny? :panda:

    hmm, emg g terstruktur...

    beneran kk melihat penggambaran seperti itu? padahal saya buat cerita cuma karena melihat tingkah laku dan kejadian2 yg menimpa kucing2 saya lho :boong:
     
  5. Remones M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 9, 2010
    Messages:
    571
    Trophy Points:
    92
    Ratings:
    +334 / -0
     
    Last edited: Dec 28, 2011
  6. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    buat atas ane, thx comeny! :top:

    sbnrny sy emp pgn bkin konplik yg endingny ngmbng. . Tp apa sbaikny d bkin part 2 d mana konplik bnr2 brakhr?

    o iya ngomong2 Ciko itu anak ayam loh
     
    Last edited: Dec 29, 2011
  7. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    Pada awalnya saia mengira ini fabel anak2 dengan pesan moral bagus, dan berakhir dengan bahagia....tapi TWISTNYA KEREN!! GA TERDUGA SAMA SEKALI!! *capsjebol

    Saia suka dengan cerpen macabre yang berakhir dengan kematian tokoh utama :piso:

    Alur ceritanya bagus, mengalir dengan mantap dan misteri yang disuguhkan membuat saia bertanya2 + penasaran.

    Intinya....saia suka cerita ini :top:

    Keep on writing!
     
  8. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    thx comenny! saya akan terus berusaha membuat yang terbaik untuk story2 selanjutnya!!!
     
  9. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    wah, baru tau om yang udah tua suka buat cerita anak-anak gini,
    masa kecil krng bahagia ya om?:lol:
     
  10. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    walah, uda d baca sampe abis belom om???
     
  11. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    udah dong, speechless ah no komen soalnya cerita untuk anak kecil di bilang dewasa, masa kecil krng bahagia om ni...
    :lol::lol::lol:
     
  12. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    wah2 om emg uda dewasa. Sory deh om klo bgi om tulisan sy ni sprt tulisan anak2. .
     
  13. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    loh, saya cuman ngomong dari pandangan saya sebagai anak muda ya om
    biasanya cerita-cerita fabel itu diperuntukkan untuk anak kecil karena anak-anak pada demen aja sama cerita-cerita mengenai binatang
    tapi disini ceritanya terlalu berat untuk ukuran anak-anak, jadi untuk dewasa donk--ya, terlalu berat buat saya:blink:
     
  14. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    masa si, bukannya terlalu ringan buat omo sampe dibilang cerita anak-anak? :hahai:
     
  15. NodiX M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    May 7, 2011
    Messages:
    510
    Trophy Points:
    122
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +921 / -0
    ya serah om ajalah, yang penting omnya udah tua:hahai:
     
  16. sarasoft Members

    Offline

    Joined:
    Mar 19, 2012
    Messages:
    9
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +3 / -0
    ceritanya sangat menarik

    bikin part 2nya donk om :D
     
  17. priezt Veteran

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 6, 2010
    Messages:
    2,039
    Trophy Points:
    262
    Gender:
    Female
    Ratings:
    +27,235 / -0
    woaaaaah fabel :top::top::top: ceritanya kereeeen

    tapi pupus jahat :voodoo::voodoo: kasian kucing2 yg mati :nangis:
    aku harus segera kasih tau majikannya sebelum pupus si kucing durhaka menghabisi nyawa ibu kandungnya sndiri :panda::panda:
     
  18. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    @ sarasoft : ga ada part 2 nya om, ceritanya berakhir di situ saja :hahai:

    @ priezt : hati2 om, salah2 nanti malah ente yang jadi sasaran berikutnya agar tidak buka mulut :hahai:
     
    • Like Like x 1
  19. INTERNETS M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jun 30, 2011
    Messages:
    3,135
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +1,651 / -1
    baca cerita diatas serasa nonton film kartun......
     
  20. fuyuki23 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Oct 7, 2008
    Messages:
    703
    Trophy Points:
    66
    Ratings:
    +80 / -0
    dih durhaka amat -_-
    pesan moralnya apa nih ? o_O
    sebuah pengkhianatan ?
    ayolah selesaikan :S
    masih komplikasi nih ceritanya
     
  21. Grande_Samael M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Dec 18, 2011
    Messages:
    264
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +283 / -0
    @ internet : film kartun kucing2 lucu :hahai:

    @ fuyuki : pesan moralny apa ya. . Entah. Hohohoho.
    Ga tega saya membuat lanjutany d mana seorang anak akan membantai ibu kandungny sendiri. . Hi. . .
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.