1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Kumpulan cerpen Striferser [Orifict][OneShot]

Discussion in 'Fiction' started by striferser, Nov 16, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. striferser Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    Hai,
    Sekedar ingin memposting cerita yang saya buat. Adapun, harapan saya adalah karya saya bisa menghibur pembaca, dan syukur2, jika ada waktu dan berkenan, mohon diberi saran maupun kritik, karena akan memotivasi saya untuk membuat karya yang lebih bagus.
    Akhir kata, enjoy!

    Daftar isi
    Parallel / Story1 2 End

    Aku Mati di Akhir Cerita
     
    • Thanks Thanks x 1
    Last edited: May 26, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. striferser Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    Aku harap dia senang dengan hadiah ini

    Seorang pria berjalan dengan cepat, tangan kirinya menggendong vas bunga yang baru saja dibelinya . Sudah cukup lama pujaan hatinya menaruh mata pada vas bunga denga motif batik tersebut. setelah tawar menawar dengan penjualnya, pria tersebut berhasil mendapatkannya, dan dia akan mempersembahkannya untuk pujaan hati. Dia merasa telah memenangkan perang, mendapatkan medali atas jasanya dan dia akan membawa medali kemenangan tersebut untuk kekasihnya. Dia menyiulkan lagu “what a wonderful world” untuk menunjukkan betapa bahagianya dia saat ini.

    Tidak lama lagi, maka dia akan tiba di rumah pujaan hatinya , yang perlu dilakukannya adalah menyebrangi jalan ini, memasuki komplek perumahan yang berada 100m dari tempatnya menyebrang, maka dia akan sampai di rumah kekasihnya. Sebelum menyebrang, seperti yang sudah diajarkan orang tua dan gurunya, maka dia memastikan apakah kondisi sudah cukup aman untuk menyebrang. Dia menengok ke arah kiri dan kanan, dan setelah memastikan tidak ada mobil atau motor, dia menyebrang. Saat itulah, mobil minivan berwarna merah, muncul dari balik tikungan dengan kecepatan tinggi. Pengemudinya, sedang mengantuk karena baru saja begadang menyelesaikan tugas mengantar barangnya, tidak menyadari ada orang yang menyebrang. Saat cukup dekat, barulah dia menyadari keberadaan pria tersebut, dia segera menginjakkan kakinya ke pedal rem dan membanting setir, tapi semuanya sudah terlambat.

    Pria tersebut melayang di udara. Dia melihat langit biru yang begitu cerah, dan berpikir betapa indahnya langit hari ini (bukan pikiran yang seharusnya dia pikirkan, dan dia tahu tentang itu). Sebentar yang lalu, dia berjalan di atas bumi, sekarang, dia melayang di langit. Tubuhnya berputar di udara, dipermainkan oleh hukum sebab dan akibat, dan vas yang digendongnya terlepas dari tangannya, melayang bersamanya, seolah gravitasi melupakan keberadaan mereka. Momen tersebut hanya berlangsung sebentar, karena gravitasi mengingat mereka, dan melakukan tugas yang semestinya dilakukan olehnya.

    Tubuh pria dan vas bunga tertarik ke aspal yang keras, dan mereka jatuh dengan suara yang keras. Vas bunga tersebut pecah menjadi beberapa kepingan dengan suara yang nyaring, sementara tubuh pria tersebut jatuh dengan suara berdebum yang keras, dan bersamaan tersebut, terdengar suara sesuatu yang patah, sesuatu yang patah tersebut adalah tulangnya. Kembali dia terpental setelah menabrak aspal dengan keras, dan sekali lagi dia jatuh, berguling di atas permukaan bumi, sebelum akhirnya berhenti, dan kesadarannya hilang sama sekali. Hal terakhir yang dilihatnya adalah jam tangannya, yang menunjukkan pukul 13.05 Darah yang keluar dari tubuhnya menjadi sebuah hasil karya, terlukis di atas aspal, membentuk lukisan abstrak, dengan warna merah menutupi aspal berwarna abu-abu.

    Apakah aku mati?

    Gelap, segalanya berwarna gelap. Dia berada di kegelapan yang sunyi, tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada apa-apa di tempat tersebut, bahkan dia ragu apakah dia ada di tempat tersebut. Kemudian, terdengar suara, suara yang begitu pelan, layaknya bisikan. Suara yang asalnya tidak diketahui itu begitu pelan, sehingga dia nyaris tidak mendengarnya. Setelah dia memfokuskan dirinya untuk mendengar suara tersebut, barulah dia tahu suara yang didengar. Suara tersebut seperti suara yang dimiliki seorang pria dan wanita, suara tersebut terdengar lembut dan kasar di saat bersamaan. Suara tersebut berkata kepadanya

    Maukah kau mengubah takdirmu?

    Pria tersebut kembali berada di seberang jalan, kembali di waktu sebelum dia tertabrak. Dia berdiri tepat di seberang jalan, dengan vas bunga di tangannya. Dia merasa sangat bingung, bagaikan diterpa tsunami yang memporak-porandakan pikirannya. Dia tidak mengerti mengapa dia berada di situ, apakah segalanya mimpi? Atau dia berhasil memprediksi masa depan? Dia hanya terdiam di seberang jalan tersebut, tidak menyebranginya. Dia melihat jam tanganyang dipakainya, jarum jam menunjukkan waktu saat ini pukul 13.04. Dia menunggu sesuatu, seuatu yang sudah diduganya, dan yang ditunggu akhirnya tiba. Minivan berwarna merah yang muncul dari balik tikungan dengan kecepatan tinggi, melewatinya, dan minivan tersebut terus melaju di jalan tersebut tanpa memperdulikannya. Setelah minivan tersebut lewat, maka pria tersebut melanjutkan perjalanannya, walau masih belum mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi.

    Singkat cerita, pria tersebut tiba di tempat pujaan hatinya dengan selamat. Dia menghadiakan vas bunga tersebut kepada pujaan hatinya, dan pujaan hatinya begitu bahagia menerimanya. Kemudian, setelah berbincang singkat di rumah pujaan hatinya, mereka pergi makan siang di restoran prancis yang terkenal dengan masakan lobsternya. Setelah makan siang, mereka pergi menonton film drama romantis yang sedang terkenal. Dan acara diakhiri dengan pria tersebut mengantar pujaan hatinya pulang. Sebelum berpisah, sang pujaan hati menghadiahkan pria tersebut kecupan ringan di bibir, dan pria tersebut serasa hendak melayang ke langit saking senangnya.

    Di rumahnya, setelah menyikat gigi dan berganti pakaian dengan piyama, pria tersebut tidur di atas ranjangnya yang empuk, dan dia mulai terbawa ke dalam alam mimpi.

    Maaf, kami sudah berusaha semampu kami, tapi…


    Dalam mimpinya, dia berada di koridor rumah sakit. Di koridor yang lantai, dinding, hingga langit-langitnya berwarna putih, Dia melihat pujaan hatinya, ibunya, dan kakaknya yang sedang berbincang dengan dokter. Tiba-tiba saja ibunya jatuh terduduk sambil menjerit keras dan menangis, kakaknya, juga menangis pelan, memeluk ibunya yang terduduk di atas lantai rumah sakit. Pujaan hatinya menangis, menunjukkan ekspresi tidak percaya. Melihat pemandangan tersebut, pria tersebut merasa pilu di hatinya.

    Aku bersyukur bisa hidup


    Esok harinya, Pria tersebut memutuskan untuk melamar pujaan hatinya. Sudah sekian lama mereka menjalin cinta, sudah saatnya untuk mengikat mereka dengan tali cinta yang sudah dijalin. Dia membeli cincin perak yang dihiasi dengan berlian. Dia menelpon pujaan hatinya, mengajaknya makan malam di restoran Italia. Pria tersebut mempersiapkan segalanya untuk hari yang sangat penting ini.

    Di restoran Italia, pria tersebut dan pujaan hatinya menikmati pasta yang dimasak dengan ala dente. Pria tersebut berkali-kali melirik ke arah pujaan hatinya, dia mencari waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya. Setelah menghabiskan pasta mereka, datanglah pelayan yang membawakan desert untuk mereka, es krim coklat untuk pria tersebut, sementara es krim vanila untuk pujaan hatinya. Mereka berbincang singkat sambil menikmati es krim yang dingin dan terasa lembut di lidah. Kemudian, penyanyi panggung menyanyikan sebuah lagu, lagu tentang cinta dalam bahasa italia. Saat si penyanyi menyanyikan amore dalam nada tinggi, Pria tersebut merasa bahwa inilah saatnya! Saat untuk menyatakannya, saat-saat penentuan. Baginya momen ini akan menjadi momen yang lebih penting dibanding momen-momen lainnya. Lebih penting dibanding saat negaranya mendeklarasi kemerdekaannya, lebih penting dibanding saat pertama kalinya manusia berjalan di atas bulan, lebih penting dari segala hal yang pernah terjadi di seluruh dunia ini.

    Dia menggenggam tangan pujaan hatinya dengan tiba-tiba, dan menggenggamnya dengan erat, seolah tidak mau melepaskannya. Wajah pujaan hatinya merona merah, merasa senang, kaget, dan malu di saat bersamaan. Pria tersebut menatapnya serius, dengan tangannya yang bebas, dia mengambil cincin yang sudah disiapkannya, dan kata-kata lamaran meluncur dari mulutnya, sesuai dengan yang sudah dilatihnya sebelum dia datang ke restoran ini. Pujaan hatinya menangis bahagia mendengar lamarannya, dan dia menerimanya tanpa ragu. Malam tersebut menjadi hari paling bahagia bagi mereka berdua.

    Mengapa?! Mengapa kamu harus mati!?

    Pria tersebut bermimpi. Dia melihat pujaan hatinya yang menenggelamkan dirinya dalam lautan alkohol, terisak sambil menatap foto dirinya, menangisi kepergiannya. DIa ingin mengatakan bahwa dirinya berada di sini, bahwa dia tidak meninggal, tapi suaranya tidak sampai kepadanya. Di dunia ini, dia adalah hantu yang tidak berwujud. Adegan berganti, kali ini dia melihat ibunya yang terbaring lemah di atas ranjang. Kakaknya masuk ke dalam ruangan, membawakannya makanan di nampan yang dibawanya. Kemudian, ibunya memanggilnya, memanggil pria tersebut. Dia menjawab panggilan ibunya, tapi tidak terdengar olehnya. Ibunya terus dan terus memanggil namanya. Kakaknya, setelah meletakkan nampan di atas meja di samping ranjang dengan suara bergetar, dan air mata yang menggenangi matanya, mengatakan bahwa pria tersebut sudah tidak ada, sudah tiada. Ibunya tidak menerima perkataan kakaknya, dia berteriak, membentak, memarahi kakaknya, kemudian menangis, membenamkan kepalanya dalam bantal. Kakaknya terlihat bingung, tidak tahu harus melakukan apa.

    Aku bahagia bisa menjalani kehidupan ini
     
    Last edited: May 26, 2012
  4. striferser Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    Kehidupan berjalan, pria tersebut hidup bersama pujaan hatinya, yang
    sekarang menjadi istrinya. Acara pernikahan mereka berlangsung
    sederhana, hanya dihadiri oleh pihak keluarga serta teman dekat
    mereka. Mereka sekarang tinggal di rumah yang sederhana, dekat
    dengan rumah orangtua pria tersebut. Terkadang, mereka akan
    mengunjungi ibu dan kakaknya yang tinggal serumah dengan ibunya,
    atau sebaliknya. Hari-hari mereka lalui tanpa masalah yang berarti.

    Pria tersebut bersyukur, telah mendapat kesempatan untuk menjalankan
    kehidupan ini. Mimpi yang dilihatnya selalu menunjukkan sesuatu yang
    buruk, dunia tanpa dirinya telah membuat orang yang dicintainya
    menderita. Dia tidak akan menyia-nyiakan kehidupan ini, dia akan
    menjaganya hingga akhir ayatnya.

    Luka apapun akan tertutup seiring berjalannya waktu


    Dia bermimpi. Dalam mimpi tersebut, pujaan hati yang di
    dunia yang dia tinggali saat ini telah menjadi istrinya, sembuh dari
    ketergantungan alkohol. Kesembuhannya itu berkat dukungan seseorang,
    seseorang yang pria tersebut kenal dengan baik. Seseorang tersebut
    adalah kakaknya sendiri. Mereka berdua menjalin cinta, sama seperti
    yang sudah dilalui oleh pria tersebut. Pada akhirnya,pujaan hatinya
    menikah dengan kakaknya. Mereka tinggal bersama ibunya, yang
    terlihat bahagia melihat hubungan mereka.

    Apa-apaan ini?

    Mimpi tersebut membuat suasana hati pria tersebut menjadi
    buruk. Istrinya menyadari hal tersebut, dan menanyakannya. Pria
    tersebut, tidak ingin membuat istrinya khawatir, menghindarinya
    dengan mengalihkan topik pembicaraan. Dia berangkat kerja tetap
    dengan suasana hati yang mendung, tertutup awan gelap kekalutan.
    Setiap langkahnya terasa berat, pria tersebut berusaha meyakinkan
    dirinya sendiri, bahwa itu hanya mimpi belaka, dan bukankah harusnya
    dia bersyukur dengan kondisinya yang sekarang? Dunia dalam mimpi
    adalah dunia tanpa dirinya, dan seiring waktu, harusnya dia
    menyadari bahwa luka di hati akan sembuh. Pria tersebut menolak
    keberadaan dirinya begitu kecil, sehingga dalam waktu singkat, orang
    yang mengasihinya bisa membiarkan keberadaan dirinya berlalu.

    Kondisi hatinya yang semakin mendung, sekarang bertambah
    dengan petir yang menyahut berkali-kali, membuatnya tidak ingin
    kerja. Dia membalikkan langkahnya, mengganti tujuannya dari tempat
    kerja menjadi rumahnya. Hari ini dia akan menghabiskan waktu dengan
    istrinya, dia akan menghilangkan kekhawatirannya dengan mengajaknya
    jalan-jalan, mungkin menonton film, kemudian makan di restoran.
    Kakinya melangkah cepat, menuju rumahnya, tanpa menyadari apa yang
    akan terjadi begitu dia tiba di rumahnya.

    Begitu tiba di rumahnya, pria tersebut mendapati kakaknya
    berbincang dengan istrinya. Dia tidak bisa mendengar apa yang
    dibicarakan mereka, karena dia berada belum memasuki rumah, hanya
    melihat mereka melalui jendela rumahnya, tapi mereka terlihat mesra,
    seperti yang dilihat dalam mimpinya. Darahnya mendidih, id dalam
    tubuhnya telah dikalahkan oleh egonya. Dia masuk ke dalam rumah,
    kakaknya yang melihatnya datang menyapanya dengan ramah, namun dia
    tidak menggubrisnya, melainkan melayangkan bogem mentah ke wajah
    kakaknya.

    Mereka bergumul di lantai, sementara istrinya berteriak,
    meminta mereka menghentikannya. Pria tersebut dipukul mundur oleh
    kakaknya, tubuhnya memang tidak sekuat kakaknya, yang bekerja
    sebagai guru olahraga di sekolah menengah pertama. Tangan pria
    tersebut mencari-cari benda yang bisa digunakan senjata, dan dia
    mendapatkannya. Vas bunga bermotif batik yang dihadiahkan kepada
    istrinya saat mereka belum menikah. Dia hantamkan vas bunga bermotif
    batik ke kepala kakaknya, dan terdengar suara pecah yang nyaring,
    dengan suara bedebam akibat tubuh yang jatuh menghantam lantai
    dengan keras. Darah yang mengalir dari kepala kakaknya mengotori
    karpet bulu yang menghiasi lantai. Istrinya menjerit keras, sementara pria tersebut hanya terdiam di tempat.

    Adikku, aku ingin kau berada di sini


    Pria tersebut bermimpi. Dalam mimpinya, kakak dan istrinya memiliki
    bayi, dan ibunya sungguh bahagia melihat bayi tersebut. Ibunya menggendong bayi tersebut, meminangnya sambil menyanyikan lagu nina
    bobo. Kakaknya dan istrinya, bergandengan tangan, dengan wajah
    bahagia, melihat pemandangan tersebut. Kakaknya mengatakan kepada
    semuanya, untuk memperlihatkan anaknya kepada adiknya yang sudah
    tiada, dan semua setuju. Mereka memutuskan untuk berziarah ke
    makamnya pada hari minggu. Kakaknya yakin, bahwa adiknya pasti
    bahagia di surga, melihat kehidupan mereka yang begitu bahagia. Pria
    tersebut tidak tahu harus berkata apa, dia hanya memandang
    pemandangan yang tidak bisa dijangkaunya ini dengan berdiam diri.

    Seharusnya aku tidak ada di dunia ini!

    Sekian tahun telah berlalu sejak dia membunuh kakaknya.
    Istrinya telah meninggalkannya, kembali ke rumah orang tuanya, dan
    dia tidak mengetahui kabarnya. Ibunya telah meninggal, jantungnya
    yang lemah menjadi kumat begitu mendengar bahwa kakaknya meninggal
    akibat dibunuh oleh dirinya. Bagaimana dengan pria tersebut? Pria
    tersebut menghabiskan waktu di penjara, dihantui mimpi kebahagiaan
    orang yang dicintainya, tanpa dirinya. Mimpi indah tersebut telah
    menjadi mimpi buruk yang menghantuinya seumur hidup.

    Kuharap kau bisa bersama kami dalam kebahagiaan ini

    Kuharap kau tahu, aku menyesal telah hidup
     
    Last edited: May 26, 2012
  5. frick M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    May 1, 2008
    Messages:
    3,641
    Trophy Points:
    177
    Gender:
    Male
    Ratings:
    +2,734 / -0
    Ceritanya bagus!
    :hmm:

    Isinya gak sempurna tapi ukuran penulis amatir ini udah bagus banget! Btw gw perhatiin ceritanya jg diposting di forum sebelah, format penulisan yang bagian 'kalimat2' si pria itu gak polos/dikasi italic, sebaiknya yang postingan di sini dikasi gitu juga biar enak diliat....
     
    Last edited: Nov 24, 2011
  6. striferser Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    Terima kasih sudah membaca dan komen. :D
    Ok, sudah saya beri italic XD
     
  7. striferser Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 20, 2009
    Messages:
    30
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +1 / -0
    Aku Mati di Akhir Cerita

    Enjoy :D

    Bulan penuh menghiasi langit malam, menerangi sang bumi. Suara gemerisik dedaunan yang disebabkan angin semilir mematikan sunyi malam. Lampu jalan yang sejenak redup, sejenak terang, menjadi tanda bahwa si lampu berada di penghujung umurnya. Aku merapatkan jaket hitam ke tubuhku untuk menghalau angin malam yang dingin menusuk. Mataku tertuju ke ayunan yang terayun oleh buaian angin, yang berjarak tidak jauh dari tempatku duduk. Aku melihat jam tangan digital yang terpasang di tangan kananku. Waktu menunjukkan pukul 10.30. Jika sesuai dengan jadwal yang disiapkan, maka 30 menit lagi seorang pria akan duduk di ayunan tersebut, dan Aku akan membunuhnya.

    Lampu kota menerangi langit malam, menerangi kota yang tidak pernah tidur. Suara raungan mobil dan hiruk pikuk meramaikan malam yang seharusnya sunyi. Lampu yang bersinar terang dengan penuh kehidupan, membuat kota ini terus terbangun. Aku menutup wajahku dengan menggunakan tudung yang kukenakan, berusaha meminimalisir keberadaan diriku. Aku melihat jam di menara yang berdiri dengan gagah di tengah kota. Waktu menunjukkan pukul 10.30. Jika ingatanku tidak salah, maka 30 menit lagi aku akan dibunuh oleh seorang pria yang berada di taman saat aku duduk di ayunan.

    Masih ada waktu, mungkin ada baiknya aku membeli kopi hangat dari mesin penjual yang berada tepat di sampingku. Aku berdiri sambil menghela nafas. Uap nafasku terlihat putih di gelapnya malam. Berada tepat di depan mesin penjual, aku merogoh kantung celana, dan kukeluarkan beberapa keping koin dalam berbagai pecahan. Aku menghitung koin yang terkapar di telapak tanganku. Cih, ternyata kurang. Aku merogoh kantong jaketku, berharap bisa menemukan koin untuk agar aku bisa membeli kopi kaleng hangat merek N kesukaanku. Tanganku menyentuh benda logam yang keras. Benda logam yang keras ini adalah pisau, senjata yang bisa merenggut nyawa manusia dengan mudah. Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, dan kufokuskan diri untuk mencari koin dalam kantong jaket.

    Masih ada waktu, mungkin ada baiknya aku membeli kopi hangat dari mesin penjual yang berada tidak jauh di depanku. Aku percepat langkahku. Suara derap langkahku terkubur oleh suara keramaian kota. Aku merogoh kantong celanaku, dan kukeluarkan selembar uang kertas di kantongku. Kumasukkan lembar uang kertas tersebut ke dalam mesin, lalu menekan tombol yang akan memberikanku kopi kaleng hangat merek N kesukaanku. Terdengar bunyi gelotak dan kerincing di saat bersamaan. Suara tersebut pastilah berasal dari kopi kaleng dan koin kembalian. Aku merendahkan tubuhku, mengambil kopi dan koin kembalian tersebut. Saat kutaruh koin kembalian dalam kantong jaketku, tanganku menenyentuh selembar kertas. Kertas tersebut berisi surat wasiatku. Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, dan akupun mulai berjalan menuju taman.

    Tidak ada koin dalam jaketku, yang berarti rencanaku untuk menikmati kopi hangat harus ditunda. “Sial” gerutuku pelan. Seharusnya aku membawa uang lebih sebelum berangkat. Aku berjalan ke arah bangku dengan pelan sambil menaikkan kerah jaket, melindungi leherku dari hawa dingin. Aku duduk, kembali menunggu targetku yang akan segera datang. Sambil menunggu, aku melakukan simulasi dalam kepalaku. Target datang, dia duduk di ayunan, aku membunuhnya. Tidak ada basa-basi, begitu berada di jarak yang tepat, akan aku keluarkan pisau yang tersarung dalam jaketku, dan kugorok lehernya. Berdasarkan data yang disiapkan badan pengawas waktu, dia akan duduk membelakangiku, yang berarti, aku bisa mengendap di belakangnya, meminimalisir risiko wajahku terlihat. Sebetulnya, wajahku terlihat pun tidak masalah, karena dia akan mati, dan mayat tidak bisa berbicara untuk mengadukan pembunuhan, setidaknya, itu yang aku pikirkan.

    Aku berjalan sambil menghirup kopi hangat. “Enak” gumamku pelan. Rasanya sungguh pas, komposisi seimbang antara rasa pahit dan asam membuat aku ketagihan dengan kopi merek N. Sambil berjalan, Aku mengingatkan pada diriku apa yang harus kulakukan. Aku harus duduk membelakanginya, dengan begitu dia bisa menggorok leherku dengan cepat, dan dia tidak perlu takut aku melihat wajahnya, sehingga dia bisa melakukan tugasnya dengan baik dan cepat. Dengan begitu, Aku tidak perlu menderita. Sebetulnya, kekhawatiran dia yang takut wajahnya terlihat sungguh tidak diperlukan, karena Aku akan mati dan mayat tidak bisa berbicara untuk mengadukan pembunuhan, setidaknya, itu yang aku pikirkan. Lagipula, tanpa melihatnya pun, Aku kenal baik dengan wajahnya, walau saat ini dia belum mengenalku.

    Jam tanganku menunjukkan waktu sekarang adalah 10.57, yang berarti, dalam 3 menit lagi, targetku akan tiba. Aku mulai celingak-celinguk, mencari orang yang yang menjadi targetku. Kulihat seorang pria datang dari pintu masuk taman. Ingatanku kembali pada pengarahan yang diberikan atasanku sebelum aku berangkat. Dia menunjukkan padaku foto orang yang akan menjadi targetku. Seorang pria, dilihat dari wajahnya, usianya mungkin 40 tahunan dan terdapat bekas luka bakar yang menutupi sebagian besar wajahnya, wajah tersebut sama dengan yang dimiliki pria yang muncul . Aku segera merendahkan wajahku, tidak mau menatapnya lebih lama agar tidak membuatnya curiga.

    Aku tidak tahu nama targetku, dan alasan mengapa dia dibunuh, tapi semua itu tidak penting bagiku. Aku menunggunya mendekat
    Jam yang terpasang di gerbang taman menunjukkan waktu sekarang adalah 10.57, yang berarti, dalam kurun waktu kira-kira 3 menit lagi, Aku akan dibunuh. Aku mempercepat langkahku sembari melepaskan tudung yang menutupi wajahku, menuju ayunan yang akan menjadi tempat kematianku. Aku melihat seorang pria berusia 20 tahunan, dengan wajah yang terlihat tegas, duduk di bangku taman sambil celingak-celinguk seperti menanti sesuatu. Ingatanku kembali pada masa lalu dan dari ingatan tersebut aku tahu, dialah pria yang akan membunuhku. Pandangannya bertemu denganku. Dia menatapku sejenak, lalu menundukkan wajahnya. Aku tahu nama pembunuhku, dan alasan mengapa dia membunuhku, tapi semua itu sudah tidak penting bagiku. Aku mendekat ke arah ayunan.

    Dia duduk di ayunan, membelakangiku, wajahnya mendongak ke arah langit. Sekarang waktunya beraksi! Aku mengendap pelan menuju ke arahnya. Aku menahan nafasku, bergerak dengan hati-hati, berusaha sebaik mungkin tidak menimbulkan suara dalam pergerakanku. Dekat, jarakku semakin dekat dengannya. Tanpa sengaja, kakiku menendang kerikil. Suara kerikil yang tertendang dan beradu dengan tanah terdengar pelan, tapi, dikarenakan sunyinya malam, suara tersebut menjadi terdengar lebih besar. Mataku terarah pada kerikil yang tertendang, dan pikiranku berkecamuk dengan kekhawatiran dan pertanyaan. Apakah dia sadar? Apakah dia akan berbalik? Aku harus tenang! Jantungku berdegup dengan kencang, seperti akan meledak. Aku mengalihkan pandangan mata pada target, dia tetap mengarahkan pandangannya pada langit, tidak tergubris oleh suara kerikil. Aku bersyukur dia tidak mendengarnya. Aku kembali mendekatinya, kali ini dengan kehati-hatian layaknya Singa yang mengincar Rusa.

    Aku duduk di ayunan, membelakanginya, wajahku mendongak ke arah langit. Dengan begini, dia akan mudah menggorok leherku. Aku menunggu dirinya datang kepadaku. Nafasku memburu membayangkan diriku akan mati sebentar lagi. Badanku gemetar pelan. Kupikir diriku siap menghadapi kematian, ternyata tidak, Aku masih takut kepada kematian. Aku bisa merasakannya mendekat ke arahku, saat itulah terdengar suara kerikil yang tertendang, dan menimbulkan bunyi kecil yang terasa bergema di telingaku. Saat ini pasti dia panik, khawatir perhatianku teralihkan suara tersebut, membuat Aku menatap ke arahnya, menyulitkan dirinya membunuhku. Aku berpura-pura tidak mendengar suara tersebut, dan terus menatap langit. Kurasakan dirinya kembali mendekat. Aku bersyukur dia tidak sadar bahwa aku berpura-pura. Aku terus menunggunya, menjadikan diri ini pasrah layaknya Kupu-Kupu yang terjerat jaring Laba-Laba.

    Aku keluarkan pisau yamg tersarung dalam jaket saat sudah berada di jarak yang tepat. Dengan cepat, tangan kiriku membengkap mulutnya, dan tangan kananku menancapkan pisau yang tajam ke lehernya. Dengan kecepatan dan ketepatan seorang ahli bedah, aku gerakkan pisauku searah horizontal, memotong daging dan pembuluh darahnya. Darah merembes keluar dari luka irisan yang kubuat, membasahi jaket yang dikenakannya. Bau darah yang amis memenuhi hidungku. Dia tidak sempat berteriak. Tubuhnya telah kehilangan begitu banyak darah. Sebentar lagi pastilah dia mati. Kulepaskan bekapanku, dan badannya jatuh menghantam tanah, suara bedebam tubuh dan gemerincing logam terdengar. Suara gemerincing logam berasal dari koin yang terjatuh dari kantong jaketnya. Darah mewarnai tanah yang hitam dengan merah yang pekat. Tubuhnya sedikit kejang, kemudian, tubuhnya berhenti bergerak. Dia masih bernafas, walau nafasnya begitu berat. Dia akan mati sebentar lagi.

    Aku dibekap oleh tangan kirinya, dan dengan cepat dia tancapkan pisau tajam yang dingin ke leherku. Aku tidak merasakan sakit, bahkan saat dia membuat irisan di leherku, memotong daging dan pembuluh darahku.Darah mengalir deras seperti air mancur dari leherku, membasahi jaketku. Bau darah yang amis memenuhi hidungku. Aku tidak bisa berteriak. Tiap tetes darah yang keluar dari irisan pisau membuat tubuhku terasa begitu lemas dan dingin. Dia melepaskan bekapannya, dan akupun jatuh menghantam tanah, dan koin yang kusimpan di dalam kantongku jatuh keluar, berputar liar dengan bunyi gemerincing, sebelum akhirnya berhenti. Darah mewarnai tanah yang hitam dengan merah yang pekat. Tubuhku tidak bisa merasakan apapun, nafasku tersengal-sengal. Aku akan mati sebentar lagi.

    Aku kibaskan pisauku untuk menghilangkan darah yang menempel sebelum menyarungkannya ke kantong dalam jaketku. Pandanganku terpaku pada koin yang berserakan di tanah. Aku jadi teringat dengan rencanaku membeli kopi hangat. “Beruntung” pikirku sambil memungut koin yang berserakan di tanah. Kutinggalkan tubuh targetku begitu saja, membiarkannya mati seperti hewan liar. Aku berjalan menuju mesin penjual dengan santai. Misi terakhirku telah berakhir, setelah ini, Aku akan bebas dari pekerjaan ini. Sekaleng kopi hangat merek N akan menjadi minuman untuk perayaan keberhasilan ini

    Pandanganku kabur, tapi samar-samar aku melihat si pembunuh mengambil koin yang berserakan di tanah. Rasanya aku ingin tersenyum, mengetahui rencanaku berhasil. Aku sengaja menaruh koin dalam kantong jaketku karena aku tahu bahwa pria ini menginginkan sekaleng kopi hangat. Pastinya dia senang bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia telah menyelesaikan misi terakhirnya, dan dia akan terbebas dari pekerjaan yang mengikatnya. Sekaleng kopi hangat merek N akan menjadi minuman untuk perayaannya atas keberhasilannya.

    Begitu aku kembali ke waktu tempatku berasal, Aku akan memulai kehidupan baruku. Hidup bersih, tanpa harus melakukan pembunuhan yang melintasi waktu dan tempat. Tahun 1945, Aku membunuh diktator paling kejam dalam sejarah. Tahun 1963, Aku membunuh seorang presiden yang senang bermain dengan wanita. Tahun 2006, Aku membunuh seorang jurnalis perempuan yang terkenal vokal. Tahun 2050, Aku membunuh seorang pria yang tidak diketahui latar belakangnya. Inilah misi terakhirku. Aku akan kembali ke masaku yang seharusnya, tahun 2035.

    Beberapa saat lagi, dia akan kembali ke tempat dan waktunya berasal. Dia akan memulai kehidupan baru. Kehidupan penuh derita yang tidak akan diduganya. Tahun 1945, Dia membunuh diktator paling kejam dalam sejarah. Tahun 1963, Dia membunuh seorang presiden yang senang bermain dengan wanita. Tahun 2006, Dia kembali ke masa lalu membunuh seorang jurnalis perempuan yang terkenal vokal. Tahun 2050, Dia pergi ke masa depan membunuh Aku. Itulah misi terakhirnya. Dia akan kembali masa tempat dia berasal, tahun 2035.

    Saat Aku kembali, akan kutemui kekasihku, yang menungguku dengan bayi dalam kandungannya. Aku akan bekerja sebagai seorang pegawai kantoran biasa, mengumpulkan uang dengan halal untuk membangun sebuah rumah 2 tingkat dengan taman yang luas sebagai tempat kami bernaung, menikmati hidup kami. Menikmati akhir minggu dengan piknik di taman. Rencana-rencana akan kehidupan masa depan memenuhi pikiranku, membuatku tersenyum. Sesungguhnya Aku tahu aku tidak pantas membayangkan rencana indah seperti itu, padahal Aku baru saja melakukan pembunuhan yang keji. Tapi apa boleh buat, bagaimanapun Aku bisa terbebas dari kekangan dosa dari pekerjaan sebagai pembunuh lintas waktu.

    Saat dia kembali, dia akan menemui kekasihnya, yang akan memberitahu bahwa bayi dalam kandungannya bukan berasal dari benihnya, mencampakkannya. Terpuruk, Dia akan membunuh sang kekasih dengan keji, dan menjadi tahanan selama 15 tahun dalam sel penjara yang sempit, kotor dan bau. Menikmati akhir minggu dengan berjudi, kekerasan, dan minum minuman keras yang diselundupkan. Kehidupannya akan mengikis kewarasan dan akal sehat miliknya. Dalam penjara, Dia akan mengalami luka bakar yang merusak setengah wajahnya akibat kerusakan mesin saat bekerja. Sesungguhnya dia layak mendapatkan kehidupan seperti itu, karena dia adalah pembunuh yang keji. Pada akhirnya, Dia tidak bisa lepas dari kekangan dosa dari pekerjaan sebagai pembunuh lintas waktu.

    Dengan menggunakan mesin waktu berbentuk radio portabel, kubuka lorong waktu. Ruang kosong di depanku retak, dan keluar cahaya ungu yang menyilaukan. Aku mengambil nafas, lalu masuk ke dalam cahaya yang menyilaukan itu. Masa depan yang cerah akan menantiku

    Samar-samar, terlihat cahaya ungu yang menyilaukan. Dia telah membuka lorong waktu, dan akan segera kembali ke masa lalu. Masa depan yang suram akan menantinya. Kematian yang kosong menjemputku.

    15 tahun lalu, Aku membunuh kekasihku setelah menyelesaikan misi terakhirku. Kenyataan bahwa anak dalam kandungannya bukanlah anakku membuat murka, dan Aku membunuhnya. Pengadilan memberi Aku hukuman penjara selama 15 tahun. Dalam penjara, kuhabiskan hari-hariku dengan kekerasan, judi, dan minuman keras. Seminggu lalu, terjadi kecelakaan di pabrik tempat para napi bekerja. Aku mendapat luka parah yang membuat wajahku diperban selama seminggu. Saat kubuka perban dan melihat wajahku di depan cermin, sebuah fakta yang kejam mengenaiku. Aku mengenal wajah ini. Bukan, ini bukan masalah lupa identitas, tapi ini adalah suatu relevasi yang mencengangkan. Mendapatkan relevasi yang tidak terduga, Aku tidak bisa menahan diri untuk meluapkan emosiku. Aku tertawa keras, sebuah reaksi yang Aku sendiri tidak bisa menduganya, dan membuat dokter yang merawatku terlihat bingung.

    1 bulan berlalu, masa tahananku habis, dan Aku dibebaskan dari penjara. Jam menunjukkan pukul 10.00. Masih 1 jam lagi, pikirku. Aku sudah membuat surat wasiat yang kutaruh dalam jaket milikku. Bekas luka bakar di separuh wajahku terasa sedikit gatal, jadi aku menggaruknya dengan tangan kiriku. Aku mulai melangkahkan kakiku, menuju halte bis yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Tujuanku sudah bulat. Aku akan menuju sebuah taman yang dingin dan sepi, tempat aku akan mengakhiri hidupku sendiri.
     
    Last edited: May 26, 2012
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.