1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Cerpen Christine

Discussion in 'Fiction' started by 3clips3, Oct 30, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Christine

    Angin semilir meniup rambutku perlahan. Aku menatap jalanan sepi di kejauhan tanpa minat. Satu orang. Dua orang. Tiga orang telah melewati jalanan di depan rumahku pagi ini tanpa menoleh sedikitpun ke arah rumah megah yang terisolir ini. Aku merasa amat bosan hidup di kurung seperti binatang. Namun aku memang tak ubahnya seperti binatang. Helaan nafas keluar dari mulutku menandakan aku sudah bosan dan terlalu lama memandangi jalanan yang tidak akan pernah aku lewati seperti dulu lagi.

    Aku menutup jendela kamar loteng kemudian menuju perpustakaan yang merupakan tempat kedua kesukaanku selain kamar di loteng.

    Rak-rak buku berderet-deret memenuhi ruangan dengan bertumpuk-tumpuk buku. Aku langsung berjalan menuju rak buku kesukaanku. Aku menelusuri beberapa buku The Hunchback, Frankenstein, The Picture of Dorian Gray kemudian jariku berhenti pada Phantom of the Opera. Aku mengambil buku itu kemudian membawanya ke kursi kesukaanku. Jari-jariku langsung membuka adegan dimana Erik menculik Christine dan memaksa Christine untuk menikahinya yang tentu saja di tolak oleh Christine meskipun Erik mengancamnya dengan sebuah bom yang di tanam di bawah tanah gedung opera.

    Anganku melayang. Akankah aku sanggup melakukan hal sekeji itu hanya untuk mendapatkan cinta seorang gadis?

    Aku tidak tahu.

    Mungkin saja aku dapat melakukannya jika aku sudah tak tahan dengan kesendirian ini. Tapi berapa lama aku dapat bertahan?

    Setahun? Dua tahun? Atau sepuluh tahun lagi?

    Siapakah gadis malang yang akan menjadi korbanku itu?

    Akankah dia dapat mencintaiku atau menolakku seperti Christine menolak Erik?
    Aku juga tidak tahu.

    Aku menutup buku bersampul hitam itu dan meletakkannya di meja. Tiba-tiba saja minatku untuk membaca menghilang. Aku berjalan menuju jendela terdekat. Pemandangan dari jendela perpustakaan tidak sebagus di loteng tetapi cukup jelas menampakkan jalanan yang ada di depan rumah.

    Seorang gadis berambut merah lewat di jalan depan rumah. Dia berjalan dengan amat terburu-buru dengan membawa banyak sekali barang hingga terjatuh tepat di depan rumahku. Tanpa sadar aku hampir saja menerobos jendela untuk menolongnya jika tidak di tahan oleh rasa perih di sekujur tubuhku ketika aku bergerak terlalu cepat.

    “Tuan Alan, Tuan besar menelepon,” kata sebuah suara di belakangku.

    Aku terdiam cukup lama sementara mataku terus saja memperhatikan gadis berambut merah yang kini telah berdiri tengah mengumpulkan barang-barang yang dia jatuhkan.

    “Tuan?”

    Aku memejamkan mata kuat-kuat kemudian menghembuskan nafas. Aku berbalik dan mengambil telepon dari tangan seorang wanita paruh baya yang mengenakan celemek putih. “Terima kasih Sabine.”

    Sabine membungkuk sedikit kemudian beranjak pergi meninggalkan aku sendiri.

    Aku menatap telepon itu sesaat kemudian menempelkannya di lubang yang tadinya merupakan telingaku. “Hallo?”

    “Alan! Aku menemukan dokter yang mungkin dapat menyembuhkanmu di Perancis!”

    “Dad, aku sudah mengatakan ini percuma saja. Tidak ada dokter yang dapat menyembuhkan luka bakarku!” seruku pada telepon kemudian menutupnya sebelum akhirnya aku membantingnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

    Tiba-tiba saja segalanya menjadi amat tidak adil bagiku. Aku melempar semua buku dari rak kemudian menjungkir balikkan kursi dan meja. Aku juga berteriak sekuat tenaga hingga kaca bergetar karena suaraku. Akhirnya aku jatuh berlutut di lantai. Setetes air mata menetes membasahi lantai.

    Ingatanku kembali pada masa-masa ketika aku masih normal, masih menjadi Alan yang sesungguhnya dan bukannya mahkluk buruk rupa seperti sekarang ini.

    Hidupku menyenangkan. Aku tampan. Aku kaya. Aku berkuasa. Aku juga termasuk anak yang paling populer. Gadis-gadis tergila-gila padaku. Para pria iri padaku. Segalanya sempurna di mataku. Hingga akhirnya bencana itu datang.

    Malam itu malam tahun baru. Aku beserta sahabat-sahabatku juga pacarku yang cantik tengah menikmati malam tahun baru di villaku. Berbotol-botol alkohol kami minum hingga kami semua mabuk. Salah seorang sahabatku tiba-tiba mengeluarkan kembang api dan menyalakannya. Awalnya tidak terjadi apa-apa selain bertambahnya keceriaan. Namun, keceriaan itu berubah menjadi bencana saat salah satu kembang api itu menyambar bajuku dan membakarku dalam sekejap.

    Aku mengerang kemudian menggeleng-gelengkan kepalaku kuat-kuat untuk mengalihkan pikiranku dari ingatan yang suram tersebut. Aku berdiri kemudian kembali menuju jendela. Aku menempelkan dahiku di kaca. Aku memincingkan mata saat melihat gadis berambut merah tadi kembali berjalan melewati rumahku dan berdiri di gerbang cukup lama.

    Tak lama kemudian Sabine muncul dan membukakan gerbang untuk gadis berambut merah tersebut. Aku amat marah melihat Sabine mengijinkan orang asing masuk ke dalam rumah dan tanpa sadar aku berjalan menyusulnya. Kami bertemu di ruang tamu, dan seperti kebanyakan orang ketika melihatku gadis berambut merah itu berteriak.

    “Siapa gadis berambut merah itu? Kenapa kau mengijinkan dia masuk?!” cecarku pada Sabine.

    “Ini putriku Tuan. Aku sudah meminta ijin pada anda sebulan sebelumnya dan anda mengijinkannya untuk menjengukku,” jawab Sabine sedikit ketakutan.

    “Kumohon jangan kau marahi ibuku,” pinta gadis berambut merah itu. “Ini semua karena aku. Aku sudah terlalu lama tidak bertemu dengannya sehingga nekat melakukan ini.”

    Aku menggeram dengan marah. Kemudian aku teringat pada buku Phantom of the Opera yang baru saja aku baca. Apakah dia Christine yang di kirim Tuhan untukku?
    Aku tidak tahu.

    Tatapan kami bertemu kemudian dia tersenyum hangat padaku tiba-tiba saja hatiku menjadi luluh.

    “Siapa namamu?” tanyaku.

    “Christine,” jawab gadis berambut merah itu ramah.

    Mungkin dia memang Christine yang dikirim Tuhan untukku, pikirku.

    “Baiklah, kau boleh tinggal di sini untuk sementara waktu.”

    The End
     
    • Thanks Thanks x 2
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. girlstruct Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 16, 2009
    Messages:
    143
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +2,699 / -0
    Woooo keren kk, sekilas dikirain mirip beauty and the beast
    *berhub gw ga prnh tau bener2 cerita Phantom of the Opera cuma pernah denger doang :D

    Cuma endingnya =_=" ato emang dibiarkan mengantung bgt?
     
  4. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Makasih :D
    Endingnya emang ngantung soalnya waktunya mepet buatnya. . .
    Ngak kepikiran buat ending lain >.<
     
  5. girlstruct Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Dec 16, 2009
    Messages:
    143
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +2,699 / -0
    buat sekuelnya kk ^^ hehehe
    *ngarep~~~

    kl tiba2 niat buat sekuelny bilang2 y ^^ thnx2
     
  6. 3clips3 M V U

    Offline

    Beginner

    Joined:
    May 7, 2010
    Messages:
    356
    Trophy Points:
    126
    Ratings:
    +1,092 / -0
    Ok ok. . .
    Kalo bang inspirasi mampir aku kasih tau deh :D
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.