1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Tales of Gaea: The Path For Truth

Discussion in 'Fiction' started by MaxMarcel, Oct 23, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Warning: Violence, usia pembaca dianjurkan 18+ (atau setidaknya memiliki pikiran dewasa)
    Genre: Medieval-fantasy, tragedy

    Cerita ini masih memiliki setting yang sama dengan Children of The East.


    Ketiadaan sinar matahari membuat kegelapan menyelimuti ruangan itu. Satu-satunya penerangan hanyalah cahaya obor yang memantulkan bayangan instrumen-instrumen yang jahat dan kejam. Di tengah-tengah ruangan itu seorang perempuan tengah terduduk, darah segar membasahi pakaiannya yang sudah lusuh.

    Tolong. . . Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. . . Sakit. . . Sakit sekali. . .

    Gadis itu memandang dengan sayu. Pandangannya berbayang dan kabur oleh darahnya sendiri. Siluet-siluet merah seakan membatasi kemampuan melihatnya. Ia dapat melihat orang-orang yang menahannya masih berdiri di sekitar dirinya.

    Dengan seluruh tenaganya yang masih tersisa gadis itu mengeluarkan suara pilu, “Tolonglah. . . Berhenti. . .”

    Tanpa ada peringatan gadis itu merasakan seseorang menarik rambutnya dari belakang dengan kuat sampai tubuhnya terangkat dari tempat duduk. Seluruh luka di tubuhnya kembali memancarkan rasa sakit yang mendalam. Ia mengerang kesakitan, tapi hanya ada tatapan keras sebagai balasannya.

    Ia mendengar suara desis yang bengis membisik tepat di telinganya, “Beritahu kami di mana dia dan kami akan membuat meringankan rasa sakitmu.”

    Kumohon berhenti. . . Ia hanya bisa menggeleng dengan gemetar sementara rambutnya masih dijambak dengan keras.

    Sebuah hentakan keras dan tubuhnya terhempas ke depan. Setelah beberapa waktu disekap, ia kembali berdiri dengan kedua kakinya sekarang. Ia dapat merasakan sakit yang amat memilukan dan menusuk kedua kakinya. Dengan segera kakinya terkulai lemas. Ia hanya bisa membiarkan tubuhnya terjatuh layaknya sebuah boneka.

    Ketika tubuhnya mencium lantai batu yang lembab, ia bisa mendengar suara dentuman sepatu boot kulit mengepung dirinya. Dengan susah payah ia bergumul di dalam genangan darahnya sendiri.

    Walaupun kedua kakinya sudah sama sekali tidak menjawab perintahnya, ia tetap mencoba untuk bangkit. Tangannya menggapai-gapai batu lantai, berusaha untuk menopang tubuhnya.

    “Lihatlah dirimu sendiri.” terdengar suara dengan nada jijik, “Kakimu sudah lumpuh sekarang. Kau hanya perlu memberitahu kami keberadaannya. Kenapa kau begitu keras kepala?”

    “Aku tidak mengetahui apa-!”

    Tiba-tiba suara derak tulang memecah kebohongan gadis itu. Sebuah sepatu boot kulit menghantam tangan kanannya dengan sangat keras. Gadis itu menjerit kesakitan. Ia bisa merasakan tubuhnya langsung gemetar dengan kuat. Ketakutan menyebar ke setiap pembuluh darahnya, mengetahui bahwa mereka akan kembali berusaha menghancurkan dirinya.

    Pria itu berlutut dan sekali lagi menarik rambutnya sampai mata mereka sejajar.

    “Kita berdua tahu kalau kau berbohong.” bisiknya dengan dingin.

    Terdengar suara desingan logam. Sebilah mata pisau melesat dan merobek lengan bajunya, menampakkan kulitnya yang berhiaskan sebuah tato bergambar kepala serigala.

    “Tentu saja tidak ada rahasia di dalam keluarga, bukan? Apalagi mengingat kau adalah putrinya sendiri. Jadi kau sebaiknya memberi tahu kami atau. . .”

    Kata-kata pria itu terhenti begitu sang perempuan menggeleng-geleng dengan histeris. Tampaknya ia lebih rela kehilangan tubuhnya dari pada melakukan pengkhianatan.

    Pria itu hanya tertawa pelan, “Sepertinya hanya dengan mencungkil kedua tempurung lututmu tidak berarti banyak. Mari kita lihat sejauh apa kami harus bertindak sampai kau berbicara.”

    Tanpa ada yang memperhatikan perempuan itu meratap di dalam hatinya sendiri. Apa ia benar-benar peduli dengan diriku? Apa ia menyayangiku? Apa semua usahaku ini memiliki nilai di matanya?
     
    • Thanks Thanks x 1
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. om3gakais3r M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Feb 25, 2009
    Messages:
    3,040
    Trophy Points:
    211
    Ratings:
    +5,622 / -0
    apa masih ada hubungannya dengan seri tales? :kaget:
    akan terus aku tunggu sampai chapter 3/4 (Tiga atau empat) baru baca semua... tapi dari prolognya menjanjikan cerita penuh persekongkolan dan intrik2 yang tidak biasa.. :haha:
     
    • Thanks Thanks x 1
  4. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Chapter I

    Ia membiarkan dirinya terkulai lemah di sisi ruangan. Kulitnya yang telanjang bersentuhan langsung dengan lantai batu. Ia tahu seharusnya ia merasa kedinginan dan menderita, tapi ia telah sampai ke titik di mana semua hal itu tidak lagi berarti baginya. Mereka telah bertindak sangat jauh dalam menghancurkan dirinya. Setelah semua yang baru saja ia alami, ia berada dalam titik terendah jiwanya saat ini.

    Air mata menetes perlahan dari dalam hatinya yang paling dalam. Perlahan-perlahan ia mengulurkan tangan kirinya. Dengan hati-hati ia meraba tangan kanannya. Ia dapat merasakan ikat pinggang kulit yang mengikat lengan kanannya. Mungkin hanya benda itulah yang mencegah pendarahannya.

    Sementara wajahnya tetap tidak mengeluarkan ekspresi apapun, hatinya tengah merintih penuh duka. Ia meraba ke bawah dan dapat merasakan luka lebar menganga yang di biarkan begitu saja.

    Kakiku. . . Mataku. . . Tanganku. . . Mereka merengut semuanya. . . bisiknya dalam hati dengan perasaan tidak percaya. Apa gunanya aku hidup sekarang? Aku tidak lebih baik dari seonggok bangkai.

    “Tuan, sepertinya cara ini tidak dapat berhasil.”

    Tiba-tiba telinganya menangkap pembicaraan dari orang-orang yang menyekapnya.

    Terdengar suara menghela napas berat, “Kita tidak bisa berhenti. Keamanan seluruh kerajaan bergantung pada cara kita mendapatkan informasi.”

    “Tuan! Kelompok Lycaeon sedang menyerang kota Kairne!”

    “Apa!? Kota Kairne hanya berjarak beberapa mil dari sini! Sial, tampaknya kita harus mempercepat kerja kita.”

    Segera setelah itu ia dapat mendengar pintu ruangan mengayun terbuka dan orang-orang berjalan masuk. Tidak ada perlawanan yang diberikan ketika tubuhnya sekali lagi diseret ke tengah ruangan.

    Ia kembali menemukan dirinya terkulai lemas di kursi yang sudah penuh dengan darah kering.

    “Naikkan kepalamu.” perintah pemimpin mereka dengan pelan.

    Ia menurut dan mendongak ke depan. Butuh beberapa saat sebelum akhirnya ia sadar bahwa sebuah cermin besar tengah di taruh di hadapannya.

    Kedua kakinya menggantung lunglai pada tubuhnya. Tangan kanannya terpotong di atas siku dan meninggalkan luka koyakan yang mengerikan. Sementara itu mata kanannya terpejam dan mengeluarkan air mata darah.Tiba-tiba pandangannya jatuh pada mata kirinya yang masih sehat.

    Ia menyadari betapa kosong pandangannya. Ia tidak bisa melihat sedikitpun kehidupan terpancar dari matanya. Ia benar-benar seperti sebuah boneka yang sudah rusak dan sama sekali tidak memiliki jiwa.

    Ia bisa mendengar pria itu tengah mengatakan sesuatu, tapi ia tidak lagi peduli. Ia masih terus menatap pantulan matanya sendiri. Bahkan ketika suara ribut tiba-tiba berdentum di kejauhan ia masih terus memandangi cermin itu.

    Suara berisik itu terus menjalar dengan cepat bahkan membuat semua orang panik, tetapi tidak dirinya. Ia baru kembali sadar ketika pantullan tubuh di hadapannya pecah berkeping-keping.

    Sebuah mata pedang bernoda darah mencuat keluar dari cermin tersebut. Ia tiba-tiba menyadari bahwa sesuatu yang menentukan takdirnya tengah berjalan. Ruangan bawah tanah kecil itu tengah menjadi arena pertempuran. Sosok-sosok yang menyerupai serigala berkelebat di dalam ruangan, menyerang orang-orang yang menahannya.

    Di tengah keributan itu, ia tiba-tiba merasakan kehangatan. Sebuah jubah dari kulit binatang membungkus tubuhnya.

    Seakan-akan seseorang telah menyalakan api harapan yang ada dalam dirinya. Untuk saat itu ia meninggalkan kepedihannya. Ia merasakan kehangatan hanya dengan mendengar suara yang familiar. Walaupun biasanya ia selalu menjaga jaraknya dengan orang lain, tapi kali ini ia merasa senang melihat bayangan siluet-siluet kepala serigala yang mengelilinginya. Dengan senang hati ia membiarkan salah satu dari mereka menggendong dirinya.

    Terdengar sebuah suara familiar, “Bertahanlah, tuan putri. Kami akan membawamu ke tempat yang aman.”

    Tubuhnya letih dan pandangan matanya mengabur, tapi ia bisa mengenali suara tersebut, “Romulus, itukah dirimu?”

    “Ya, tuan putri. . .”

    Setelah Romulus terdiam beberapa saat gadis itu mendengar perubahan nada yang tidak dapat ditebak dalam kata-kata Romulus, “Apa yang telah mereka lakukan padamu, kau pasti sungguh kesakitan sekarang. Lycaeon, ayah serigala, kasihanilah anak ini. Jauhkan ia dari penderitaan dan rasa sakitmu, biarkanlah hanya musuh kami yang merasakannya.” Romulus membisik amat pelan, melantunkan doa sakral pemuja dewa Lycaeon.

    Kata-kata Romulus mengalun seperti sebuah nyanyian tidur bagi dirinya. Kesadarannya langsung membuyar pada detik ia mengistirahatkan kepalanya dalam gendongan Romulus.
     
  5. red_rackham M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jan 12, 2009
    Messages:
    757
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +355 / -0
    D....dark fantasy?! :apa:

    Pembukaannya mengerikan sekali :keringat: jadi ngeri membayangkan kayak apa ceritanya....

    *saia mencium bau2 gore :fufufu:
     
    • Thanks Thanks x 1
  6. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Haha, memang unsur favorit saya adalah pain and suffering :death:

    Tapi semuanya memang ada hikmatnya (untuk kepuasan semata) :ngacir:

    Makasih udah mau komen di cerita yang absurd ini :ngacir:

    Tielinenya setelah Children of The East.
    Makasih, dan selamat menunggu :D
     
  7. merpati98 M V U

    Offline

    Post Hunter

    Joined:
    Jul 9, 2009
    Messages:
    3,486
    Trophy Points:
    147
    Ratings:
    +1,524 / -1
    gore:takut: yg ini jauh lebih kerasa gore-nya dibanding Children of the East:takut:

    untung aja nggak ada POV dari penyiksanya:keringat:

    btw, Children of the East udah tamat belum:???: saya niat bacanya pas udah complete sih...:ngacir:
     
  8. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    beralih menggambarkan detail kondisi manusia(?) yg tersiksa.
    dulu mainannya penggambaran keadaan sekitar, environment, bahkan hal - hal yg kecil.

    tatto Serigala, -- another myth and legend di children of east universe?
    Romulus dan Serigala...
    Sedikit mengingatkan mengenai sekte bawah tanah Roma di Assassin Creed Brotherhood. [​IMG]
     
  9. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Children of The Eastbelum nyampe aja adegan gorenya. Semua sudah direncanakan dari awal.

    Hmmm. . . lebih suka ambil POV dari orang yang menderitanya :ngacir:

    Children of The East kira2 1 Act (total 3 Act) lagi tamatnya, lagi pending penulisannya.

    Penggambaran detail masih dilakukan, dalam kadar yang sewajarnya. Berhubung kondisi karakternya lagi sekarat.

    Di dimensi ini dewa-dewa masih belum menjadi mitos, karena mereka nyata.
     
  10. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    Di tengah keheningan ia terjaga dari tidurnya. Ia mendapati dirinya telah aman dan berada di dalam ruangan yang bersahabat dan familiar. Tapi, bagaimanapun hal pertama yang muncul dalam benaknya adalah untuk memastikan seluruh terror yang dialaminya.

    Dengan segera ia mendapatkan fakta yang tidak menyenangkan. Tubuhnya yang tegang kembali mengendur lemas karena kekecewaan yang bercampur keterkejutan. Jemari tangan kirinya tengah meraba sebuah jaitan pada tangan kanannya. Luka yang sekarang terjait rapih tersebut berada di tempat seharusnya tangan kanannya ada.

    Dalam sekejap seluruh bayangan kengerian kembali terulang di belakang mata kepalanya sendiri. Pada detik itupun emosinya kembali tumpah keluar. Ia meraung pedih hingga air matanya meluap keluar.

    Mata kanannya serasa ditusuk-tusuk begitu ia mulai menangis. Ia mencoba meredam rasa sakit itu dengan menekan mata kanannya. Alih-alih meringankan penderitaan, ia hanya mendapati darah basah mulai menodai perban yang melilit mata kanannya.

    Di tengah kepanikannya ia mencoba untuk mengatur napasnya sendiri. Tenanglah! Luka ini tidak akan bisa kering bila kau terus menangis! Tenanglah, tidak ada gunanya bersedih! Walaupun ia meneriakkan kalimat itu di hatinya berkali-kali, tubuhnya sama sekali tidak punya keinginan untuk menaatinya. Jantungnya berdegup kencang dan tubuhnya gemetar, sementara air mata darah terus membasahi perbannya.

    “Sampai kapan kau akan terus merengek, Eira?”

    Sebuah suara yang dingin meluncur dan langsung membekukan dirinya. Isakannya langsung berhenti pada detik itu juga. Dengan takut-takut ia menoleh ke arah datangnya suara tersebut.

    “I-Ibu?”

    Eira memandang sosok wanita yang berdiri di depan pintu ruangannya. Rambut hitamnya yang seperti sutra tergerai hingga pinggang. Sementara pakaiannya yang dilapisi kulit tebal serigala seakan tidak dapat menutupi kecantikan figurnya.

    “Kenapa kau tidak pernah dapat menyelesaikan tugasmu dengan benar.” kata wanita itu dengan nada kecewa.

    “Ibu, tolonglah-!”

    Ia berusaha turun dari ranjangnya secepat mungkin begitu melihat sosok ibunya, tapi sayang sekali ia melupakan bahwa kedua kakinya telah lumpuh. Kakinya hanya terkulai lemas begitu ia berusaha untuk berdiri dan sekali lagi ia langsung mencium lantai.

    “Ugghh. . .” Eira mengerang kesakitan sambil berusaha untuk bangkit.

    Tanpa ada peringatan usahanya terpotong tiba-tiba. Seluruh bobot tubuhnya terangkat dan ia dapat merasakan napasnya menjadi sesak. Eira memandang lemah ibunya begitu ia tahu apa yang terjadi.

    “Kau tidak pernah berubah. . .”

    Dengan mudah wanita itu mencekik leher Eira dengan satu tangan dan mengangkatnya hingga mata mereka sejajar. Pandangan dingin tanpa ekspresi dari ibunya kini langsung menusuk dirinya.

    “Kau adalah darah dagingku sendiri, bahkan aku tidak dapat membantahnya. . . Tapi, kenapa kau selalu menjadi yang lemah dan tak berdaya. . ?”

    Eira langsung mengetahui kemana pembicaraan ini akan berjalan. Tubuhnya yang tadinya mencoba untuk melawan sekarang mengendur, ia tidak lagi berani menatap mata ibunya. Ia dapat mendengar ibunya menghela napas, dan detik selanjutnya cekikan pada lehernya terlepas. Kali ini tubuhnya mendarat dengan aman di atas ranjang.

    “Aku kecewa, Eira.”

    Eira mengusap-usap lehernya sambil terus memandang ke bawah, menghindari pandangan menusuk dari ibunya.

    “A-aku minta maaf. Aku sungguh menyesal. Aku berjanji akan memperbaik-”

    Tanpa ada peringatan sebuah tamparan mendarat di pipi Eira.

    “Kau masih tidak berubah, lemah. Padahal kukira pengalaman yang baru sajau kau alami akan membuat dirimu sedikit lebih keras.”

    “Ibu, tolonglah. Tubuhku. . . Lakukan sesuatu. Bantu aku.” Isak Eira perlahan.

    Eira dapat mendengar ibunya kembali membuang napas, “Kalau ini dapat membuatmu sedikit lebih diam.”

    Wanita itu duduk di sisi Eira dan perlahan-lahan menarik sarung tangan kulit yang menutupi tangan kirinya sendiri, memperlihatkan kulitnya yang dipenuhi tato huruf-huruf runic kuno. Guratan-guratan yang berliku dan rumit tampak memenuhi seluruh tangan kirinya.

    Dengan tangan kirinya, wanita itu menyentuh lutut Eira. Ia dapat merasakan sensasi menusuk yang hangat pada kedua kakinya. Seakan ada sebuah benda padat panas yang bergejolak pada tempat dimana tempurung lututnya seharusnya berada. Tanpa disadari Eira dapat merasakan kakinya kembali.

    Setelah beberapa saat berlalu wanita itu menarik tangan kirinya dan kembali mengenakan sarung tangan, menyembunyikan simbol-simbol rune pada tangannya. Tanpa sepatah katapun sang ibu langsung bangkit dan berjalan keluar dari ruangan.

    “Terima kasih, ibu. . .” kata Eira ketika melihat sosok ibunya meninggalkannya. Tidak ada reaksi apapun, ibunya bahkan tidak menoleh atau memperlambat langkahnya. Eira hanya dapat menyaksikan bagaimana ibunya mengabaikan dirinya dengan perasaan yang sedih.
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.