1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

Official Bukan Cerita Asli Buatan Kamu? Share Di Sini! NO REPLY!

Discussion in 'Fiction' started by MaxMarcel, Apr 15, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. MaxMarcel M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Jun 8, 2009
    Messages:
    536
    Trophy Points:
    111
    Ratings:
    +2,847 / -0
    RULES

    1. Khusus untuk posting cerita yang bukan karya anda.
    2. SHARE ONLY! Dilarang reply atau memberikan komentar. Post yang tidak ada hubungannya dengan sharing akan di delete.
    3. Wajib memberikan index di setiap cerita yang bersambung di postingan lain (masih dalam satu cerita).
    4. VM / PM moderator setelah kamu me-posting cerita kamu jika ingin di-index di first post.
    5. Wajib mencantumkan source/sumber cerita yang kamu posting beserta pengarang aslinya (Bila diketahui).
    6. Diijinkan mencantumkan gambar. Dilarang size nya melebihi 300kb. Gambar yang ukurannya besar harap di-spoiler.
    7. Dilarang menggunakan fitur hide thanks!

    Thanks to mod deJeer untuk gagasan rules.


    ==========================================================================

    INDEX

    [Cerpen] Cerita Karti, Pelacur yang Menjadi Politisi by Langit, from fiksi.kompasiana.com
    [Cerpen] Ketika Suamiku Pergi by Iin Ajid, from fiksi.kompasiana.com
    [Cerpen] Maafkan Aku Bi, Hutangku Membuat Anakmu Meninggal by Bayu Segara, from sosbud.kompasiana.com
    [FanFic] Raccoon Awakening [Resident Evil] from fanfiction.net
    [OriFic] Uplink: Trust is a weakness by Porkness, from lparchive.org
     
    Last edited by a moderator: May 7, 2013
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    [Fanfic] Raccoon Awakening [Resident Evil]

    Credit to Original Author (Unknown), fanfiction.net
    dapetnya di fanfiction.net, tapi sekarang dah gak ada lagi...
    Versi aslinya berbahasa inggris, namun ada yang menerjemahkan, jadi saya ambil yang bahasa Indonesia saja..

    Resident Evil: Raccoon Awakening

    1998 ... ..

    Perusahaan internasional yang besar, Umbrella telah menyebarkan virus yang bernama T-virus ke seluruh Raccoon City. Sebagian besar warga berubah menjadi zombie ganas yang tak berperikemanusiaan. Sungguh mimpi buruk bagiku. Waktu itu aku masih berusia 8 tahun, aku masih bisa mengingat hal itu dengan sangat baik.

    Aku dan keluargaku memutuskan untuk melarikan diri dari kota. Malam itu, kami pergi dari rumah kami ke pusat pengungsian. Tetapi di tengah perjalanan, aku dan ibuku terpisah dari ayah dan kakakku. Kami berlari ke RPD untuk mencari perlindungan. Saat itulah… sebagai seorang ibu .. ibuku melindungiku dari zombie dan dia meninggal ...

    Ayahku menemukanku dan membawaku ke pusat pengungsian. Kami melarikan diri. Tepat sebelum kota dihancurkan oleh rudal AS. Kami melarikan diri ke New York. Kami sangat sedih atas kematian ibu kami tercinta. Sejak saat itu, aku jadi sangat membenci Umbrella.

    10 tahun kemudian ... ....
    2008

    Liburan musim panas akan datang dan sudah waktunya untuk mencari tempat pariwisata yang bagus. Ketika aku mencari di internet, aku menemukan bahwa Raccoon City telah berubah menjadi pusat pariwisata dan diganti namanya menjadi: Raccoon Crater karena kawahnya yang besar. Siapapun yang merubah tempat itu menjadi pusat pariwisata pasti gila. Tapi ketika aku melihat jumlah pengunjung, aku terkejut. Lebih dari 10.000 orang setiap tahun. Dan didirikan pada tahun 2006. Itu gila tapi aku pikir, tidak apa-apa untuk mengunjunginya.
    Aku memberitahukan hal ini kepada ayahku dan ia melarang aku untuk pergi. Tapi aku bersikeras. "Aku hanya ingin mengunjungi sedikit bagian dari kota itu! Dad, tolong mengerti aku! Aku 18 tahun dan aku bisa mengurus diriku sendiri!" Itulah yang kukatakan padanya dan ia membiarkan aku untuk pergi ke sana walaupun aku tahu bahwa ia akan sangat khawatir tentang aku.

    Liburan musim panas telah datang, dan aku pergi ke Raccoon Crater. Ada 8 orang semua dan mereka tua-tua! Wah .. Hanya aku yang masih remaja. Entah bagaimana, sebelum aku pergi, aku merasa sedikit gelisah. Kami menghabiskan berjam-jam dan kami tiba di Raccoon Crater.

    Pesawat mendarat dan semua penumpang keluar dari pesawat. 7 orang tua, pria dan wanita. Dan yang terakhir adalah 18 tahun, Timmy Bold. Dia mengenakan jaket hijau dan celana jins hitam. Mata birunya memandang sekeliling bandara dan rambut pirangnya berkilau. Dia melihat arlojinya. Jam 2 siang. Bandara itu sangat sepi.

    "Di mana pemandu tempat ini, eh? Apakah mereka melupakan kita?" Salah satu orang tua berkata sambil marah-marah. Semua orang memandangnya.
    "Mungkin lebih baik kita melihat ke dalam gedung itu." Orang tua yang lain berbicara.
    "Anak Muda, bisa tolong untuk memimpin kita?" Seorang wanita tua memandang Timmy.
    "Hah, apa? Kenapa harus ... ..", dia berhenti," O ... Ok .." Timmy merasa dia tidak dapat menolak orang-orang tua itu dan begitulah, ia memimpin mereka ke bangunan itu.

    Bangunan itu sama seperti di luar. Sepi dan kosong. Semua orang bingung dengan hal ini.

    "Maaf, anak muda. Di mana kamar kecilnya?" tanya wanita tua yang lain pada Timmy.
    "Apa?! Mengapa kau menanyakan itu padaku?"
    "Maaf, aku tidak bisa mendengarmu. Bisakah kau ulangi sekali lagi, Nak?"
    "Ya ampun..." Timmy melihat sekeliling dan menemukan tanda kamar kecil wanita. "Disana, Madam. Itu kamar kecilnya." Dia berbicara benar-benar keras dan menunjuk pada ruangan itu.
    "Oh, benar. Terima kasih anak muda." Dia dan temannya pergi ke kamar kecil.

    Timmy memutuskan untuk duduk di bangku. Bangku itu sudah hampir hancur tapi masih berguna. Orang tua yang lain mulai berbicara satu sama lain. Tiba-tiba, para wanita yang pergi ke kamar kecil berteriak dan keluar dari kamar mandi. Semua orang terkejut dan berdiri. Orang-orang aneh dengan wajah dan tubuh busuk keluar juga. Mereka berjalan seperti …zombie!

    "Z.. Zombie?! Bagaimana bisa? Tidak mungkin!" Timmy lari untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Dia keluar dari gedung. Para tua-tua berlari juga, tapi mereka berhasil ditangkap dan digigit oleh zombie. Timmy terus berlari lebih cepat dari sebelumnya. Tapi ia berhenti di depan sebuah gerbang. Pintu gerbang itu tertutup ia tidak bisa pergi ke mana pun.

    "Sialan! Gerbang sialan ini tertutup. A.. aku tidak bisa ke mana-mana!" Ia memukul gerbang dan merasa sangat tak berdaya. Satu zombie muncul dari sebelah kirinya. Timmy terkejut. Itu hanya 3 meter darinya. Dia tidak punya pilihan lain kecuali memanjat gerbang. Dia melompat turun ke sisi lain. Ia melangkah mundur dan duduk di tanah, mengawasi zombie-zombie yang mencoba mendobrak pintu gerbang. Para zombie terus memukul gerbang. Timmy berdiri.

    "Aku ... aku tidak tahan lagi! Aku harus bertahan. Aku tidak ingin menjadi makan malam mereka. Aku akan menemukan jalan keluar dari sini .." Ia meninggalkan pemandangan tidak menyenangkan di depannya.

    Kota itu benar-benar berantakan. Darah di mana-mana, poster dan brosur yang tersebar di mana-mana. Kota itu terlihat seperti Raccoon City 10 tahun lalu. Timmy berjalan sendirian. Kadang dia menoleh ke kiri, kanan, atas, dan belakang. Dia takut jika zombie akan muncul dari tempat yang tak terduga.

    "Oh .... Mengapa hal ini terjadi padaku? Mungkin aku harus mendengarkan Ayah agar tidak pergi di sini ... tapi aku benar-benar ingin pergi ... dan aku tidak pernah mengira ini akan terjadi ..." Dia terus berjalan dan berjalan.

    Dia berbelok ke kiri dan menemukan mayat. Dia berlari ke arah mayat dan memeriksanya. Mayat itu memegang beberapa foto. Timmy melihat gambar-gambar itu. Ada gambar zombie. Timmy tidak bisa mengerti dengan pikiran fotografer itu. Ada juga kasus kecil di dekat mayat. Timmy mengambilnya dan memeriksanya. Ia ingin menemukan sesuatu untuk menghubungi ayahnya. Ketika mencari di dalam sebuah koper, ia mendengar beberapa langkah kaki. Dia berkeringat dan mencari lebih cepat. Langkah-langkah itu semakin dekat dan semakin dekat. Dia mencari lebih cepat dan lebih cepat. Dia merasa dia mengambil sesuatu. Dia mengeluarkan benda itu. Pistol. Timmy tidak pernah menggunakan pistol asli sebelumnya dan dia merasa aneh. Langkah- langkah kaki itu sudah berada tepat di belakangnya. Timmy menoleh ke belakang dan mengarahkan pistolnya.

    "Jangan ke sini!"
    "Hei, tenanglah! Aku bukan zombie, aku manusia!" Seorang laki-laki berambut cokelat dengan mata hijau mengangkat tangannya ke atas.
    ".... M-maaf .." Ia duduk di samping mayat dan menggenggam pistol itu dengan sangat erat. Pria itu mengikutinya.
    "Nah, apa yang salah itu? Kau terlihat sangat lelah."
    "Aku baru datang ke sini dan diserang oleh zombie-zombie sialan itu."
    "Ah .. zombie. Itulah yang terjadi padaku 2 hari yang lalu."
    "2 hari? Bagaimana kau dapat bertahan hidup?"
    "Ya, dengan ini." Ia menunjukkan sebuah pistol pada Timmy.
    "Pistol?"
    "Ya, dengan ini aku bisa bertahan hidup. Oh hampir lupa. Kau tampak lebih muda daripada aku. Siapa namamu, Nak?"
    "Nak? Eh ... namaku Timothy Bold. Nama pangilan Timmy."
    "Oke, Timo. Namaku Danny Delion. Aku 23 tahun. Kau?"
    "18 tahun."
    "Oke, sudah saatnya untuk pergi. Selamat tinggal." Ia berdiri.
    "Hei, tunggu! Kamu mau kemana?"
    "Cari jalan keluar, tentu saja. Memang kenapa?"
    "Um .. um yeah .. Aku pikir jika kita bekerja sama… Jadi mungkin kita bisa keluar dari tempat ini bersama-sama. Yeah, bersama-sama. Bagaimana menurutmu?"
    "Bekerja sama? Maaf. Tidak hanya untuk menemukan jalan keluar, aku juga mencari adikku."
    "Lalu kita dapat menemukannya bersama-sama!"
    "Maafkan aku." Danny pergi.
    "Oke .. tidak apa-apa .. (sial)" Ia memandang Danny. Hanya beberapa langkah Danny berhenti. Dia memandang Timmy.
    "Hei, Timo!"
    "Huh? Jadi kau telah berubah pikiran, ya?"
    "Tidak, aku hanya ingin memberitahumu". Ia berjalan ke arah Timmy. "Kau harus menarik pelatuk pistolmu sebelum menembak, ok?"
    "Pelatuk? Oh, OK. Bagaimana dengan bergabung ..."
    "Tidak, maaf." Danny pergi dan menghilang di sudut.
    "Oh, baiklah. Aku rasa aku harus jalan sendirian lagi sekarang."

    chapter 2

    chapter 3

    chapter 4

    chapter 5 (tamat)

    Nantikan seri ke2nya.. :hehe:

    -------------------------------------------------------------

    Seri ke 2, sudah ada.

    Chapter 1-8 (tamat).
     
    Last edited by a moderator: Oct 22, 2011
  4. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Sorry kelamaan chapter 2 nya,,

    Timmy berjalan sendirian lagi. Dia merasa sedikit percaya diri dengan pistol di tangannya. Dia ingat apa kata Danny "menarik pelatuk sebelum menembak". Dia merasa yakin untuk menembak kepala zombie. Setelah lama berjalan, ia menemukan sebuah hotel. Dia berharap untuk menemukan orang lain yang selamat di sana. Dia membuka pintu dan memanggil.

    "Halo? Ada orang di sini?" Dia berteriak dan memegang pistolnya dengan sangat erat. Tidak ada yang menjawabnya. Dia berjalan ke meja resepsionis. Dia melihat seorang wanita tergeletak di tanah. Dia tidak tampak seperti zombie. Timmy mendekatinya dan memeriksanya.

    "Hei, kau baik-baik? Katakan sesuatu!" Perempuan itu tidak bergerak. Dia masih tertidur. Timmy dengan cepat mengambil beberapa langkah mundur ketika ia melihat di lehernya. Lehernya berdarah. Dia baru saja digigit oleh zombie. Wanita itu bangun dan mencoba berdiri. Tatapannya kosong seperti zombie lainnya. Ia berusaha mengigit Timmy.

    "Oh, tidak ..." Ia berjalan mundur, tapi terlambat, zombie itu memegang bahunya dan mencoba menggigit lehernya.
    "Ti-tidak ... hentikan ... tidak! Jangan .... " Ia mengeluarkan senjatanya, menarik pelatuk dan ... menembak kepala zombie! Dia terlempar, darahnya berserakan di lantai. Timmy selamat.
    "Aku .... Aku selamat? Aku ... aku menggunakan pistol? Wah keren! Mungkin aku bisa melakukannya lagi. Eh? Itu benar-benar keren! Ya, dengan senjata ini aku dapat menembak lebih banyak kepala zombie! Yeah!" Timmy naik ke atas dan memeriksa setiap ruangan. Ia menemukan sebuah buku harian dan sebuah linggis.
    "... Sebuah jalan rahasia di kamar mandi? Sebuah linggis?" Ia memandang linggis itu dan memungutnya. Dia pergi ke kamar kecil di lantai bawah dan menemukan sebuah lubang yang tertutup. Dia menggunakan linggis itu dan tutupnya terbuka. "Yikes .. bau!! Tapi aku pikir lebih aman di saluran air. Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang?" Ia melihat jam tangannya. Pecah dan berhenti berdetik. "Akh, sialan!" Dia melepaskan dan menjatuhkannya. Ia turun tangga dan tiba di saluran air. Saluran air itu bau, dan gelap tapi dibantu dengan lampu yang berkedip-kedip. Ketika Timmy berpikir bahwa saluran pembuangan itu lebih aman, ia salah. Saluran air lebih buruk daripada permukaan. Lebih banyak zombie bodoh dan beberapa serangga aneh. Ia lari dari mimpi buruk tersebut. Akhirnya, dia tiba di depan pintu. Pintu itu berkarat, dibuat dari besi dan bernoda darah. Dia mendengar beberapa orang sedang berbicara. Dia melihat pada lubang kunci.

    "Sir, haruskah kita membuang subjek ini? Aku tahu kau telah melakukan penelitian selama berhari-hari." Seorang pria mengenakan pakaian hitam-hitam berbicara dengan seorang pria mengenakan jaket cokelat.
    "Kita tidak punya pilihan. Jika kita terus menyimpan mahkluk ini, maka akan berbahaya bagi kita." Pria berjaket cokelat dengan rambut cokelat panjang menjawab.
    "Ok, seperti yang kau inginkan." Orang lain dengan pakaian hitam-hitam menjawab.
    "Apa yang mereka lakukan?" Timmy bertanya pada dirinya sendiri. "Oh, tunggu! Mereka ... mereka orang-orang Umbrella! Mereka masih hidup! Aku harus menghentikan mereka." Timmy menyiapkan pistolnya dan menendang pintu. Orang-orang Umbrella itu terkejut.
    "Hei, Umbrella! Aku tahu kau yang menyebarkan virus ke kota ini, kan? Umm ... Maksudku, kau, laki-laki tua berambut cokelat!" Timmy berteriak dan mengarahkan pistolnya.
    "Siapa kau, anak kecil?" Pria dengan jaket cokelat itu bertanya kepadanya.
    "Aku adalah orang yang selamat. Apakah kau pikir kau dapat mengambil alih dunia dengan virus yang bodoh itu, eh? Tidak mungkin! Karena aku, Timmy Bold akan menghentikan kalian!" Dia memegang pistolnya dengan lebih erat.
    "Apa urusanmu, Nak?" Pria berpakaian hitam itu bertanya kepadanya dan mengarahkan pistolnya.
    "Tunggu!" Pria berbaju cokelat itu memerintah mereka. Sepertinya ia adalah pemimpin.
    "Tapi, Sir ..."
    "Ini menarik. Mundur."
    "Tapi ..."
    "Ayo!" Mereka lari meninggalkan ruangan. Hal ini membuat Timmy merasa menang.
    "Ahahahaha, lihat? Aku menang! Kalian semua pengecut!" Dia tertawa dan bangga pada dirinya sendiri. "Jadi, apa ini ... oh tidak ..." Ia berjalan tapi berhenti ketika ia melihat seekor buaya di dalam sebuah kurungan bertindak sangat aneh. Tumbuh lebih besar, lebih besar, dan lebih besar. Ini menghancurkan kurungan itu dan menggeram. Mahkluk itu memandang Timmy dengan mata merah menyala.

    "W-wow .. Tunggu ... a.." Timmy mengambil beberapa langkah ke belakang. Buaya itu menyerangnya tapi untungnya, Timmy bisa mengelak. Tidak ada pilihan, Timmy melawannya. Dia berusaha sangat keras dan berhasil membunuh buaya raksasa itu.

    "Fiuh, A. .. aku benar-benar berhasil! Itu tadi benar-benar ... keren! Tapi begitu ... menakutkan juga ... aku tidak mau menghadapi hal seperti itu lagi ..." Ia melanjutkan eksplorasi melalui saluran air. Ia merindukan permukaan.

    Dia akhirnya menemukan sebuah tangga dan naik.

    "Ah .. akhirnya permukaan! Saluran air itu begitu ... bau dan tidak ada udara segar. Aku rindu udara segar ini!" Ia menarik napas panjang.
    "Umm .. jadi tempat apa lagi ini? Kelihatannya seperti pemukiman." Ia memandang sekeliling dan bingung.
    "Tolong!!"

    Tiba-tiba dia mendengar seseorang berteriak. Ia berusaha mencari suara siapa itu. Dia berlari ke sumber suara. Dia berhenti di belakang beberapa kotak. Seorang gadis kecil akan diserang oleh beberapa anjing terinfeksi. Timmy mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada anjing-anjing terinfeksi itu. Dia menembak dan satu anjing mati, 2 lainnya memandangnya. Gadis itu lari dan anjing-anjing memilih untuk mengejar Timmy daripada gadis itu.
    "Wah ... mereka datang!" Ia melawan anjing yang terinfeksi itu. Ia beruntung karena ia menang lagi.

    "Wow, aku begitu beruntung. Sekarang saatnya untuk mencari gadis itu. Mungkin dia tahu sesuatu tentang tempat ini." Ia bergerak. Ia menjelajahi tempat itu. Ia masuk ke setiap bangunan yang semua tampak tua dan hampir roboh. Dia memasuki sebuah rumah dan memeriksa sebuah lemari tua kecil. Ia membuka pintu. Gadis itu di dalam, ia menatapnya dan berlari tapi Timmy meraih tangannya.

    "Hei, tunggu! Jangan takut."
    "Tidak ... Biarkan aku pergi ...", gadis itu memberontak.
    "Aku tidak akan menyakitimu. Tenang. Aku yang menolongmu, Kau tahu?"
    "Apa itu benar?" Ia berhenti memberontak.
    "Yeah. Sekarang katakan siapa namamu?"
    "Namaku Lucy Delion. Kau?"
    "Delion? Apa kau tahu Danny Delion?"
    "Kau tahu kakakku? Di mana dia? Apakah dia baik-baik saja? Aku ingin bertemu dengan kakakku .."
    "Yeah, yeah. Dia baik-baik saja."
    "Aku senang mengetahui itu. Dan terima kasih telah membantu aku, Kak."
    "Oh, well. Jangan panggil aku Kak. Panggil saja Timmy. OK?"
    "Oke, Timmy."
    "Ayo. Aku akan membantumu untuk bertemu dengan kakakmu dan kita semua akan keluar dari tempat ini bersama-sama. "
    "Yeah." Mereka keluar dari rumah. Timmy berhenti di depan pintu.
    "Ada apa?" tanya Lucy.
    "Mereka ... mereka mengikuti kita." Timmy bicara ketika ia melihat orang-orang Umbrella menunggu mereka. Laki-laki berjaket cokelat dan pengikutnya.
    "Kita bertemu lagi, bocah kecil." Ia berkata kepada Timmy dan berjalan ke arahnya.
    "Apa yang kau inginkan? Mengapa kau mengikutiku?"
    "Aku butuh gadis itu. Serahkan dia!"
    "Tidak!! Aku tidak akan pernah menyerahkannya padamu, orang tua."
    "Timmy, aku takut ..."
    "Lucy, aku akan melindungimu. Jangan khawatir." Ia memandang Lucy. Ketika ia melihat orang itu, ia menggerakkan tangan dan meraih kerah jaket Timmy dan mengangkatnya.
    "Uh ... kau .."
    "Diam!" Ia melemparkan Timmy cukup jauh.
    "Arrgh ...!!"

    Pria itu mendekati Lucy dan menangkapnya. Timmy mencoba berdiri.

    "Kau ... berhenti! Jangan sentuh dia!" Ia mencoba untuk berdiri tetapi 2 pria meraih tangannya.
    "T-tidak! Lepaskan aku!! Lepaskan tanganmu, sialan!" Ia memberontak tapi tetap tidak bisa lepas. Pria-pria itu terlalu kuat.
    "Diam!" Salah satu laki-laki memukul kepala Timmy dan ia jatuh pingsan.
     
  5. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    "Uhh ... A-aku ... Di mana aku?" Ia terbangun di dalam sebuah penjara yang gelap dan lembab. Dia terkejut.
    "Sebuah penjara?! T-tidak. Pistolku?" Ia mencari pistolnya tetapi ia tidak dapat menemukannya. Mereka telah mengambil pistolnya dan sekarang ia tidak berdaya.
    "Oh, tidak ... pistolku ..." Dia mendekati pintu penjara. "Oh tidak aku terjebak dan aku tidak bisa berbuat apa-apa ... aku ... aku tidak mau mati di sini ..."

    Tiba-tiba ia mendengar beberapa langkah. Ia menjadi takut.

    "S-siapa di sana? J-jangan kesini ..." Ia berjalan mundur dan memejamkan matanya.
    "Timo, ini aku Danny."
    "Danny?"
    "Ya, aku akan mengeluarkanmu. Tunggulah." Danny mengeluarkan kunci dan menggunakannya untuk membuka pintu penjara. Timmy mendekatinya.
    "Danny, aku punya kabar baik dan buruk untukmu."
    "...."
    "Aku menemukan adikmu. Dia selamat dan sehat. Itu kabar baiknya. Kabar buruknya adalah mereka menangkapnya!"
    "Ya, aku tahu itu. Ah, ayo keluarlah!" Danny telah membuka pintu penjara dan Timmy keluar.
    "Wah, terima kasih!"
    "Sekarang pergilah, Timo! Kau harus menemukan jalan keluar dari sini!"
    "Aku akan membantumu untuk menemukan Lucy."
    "Tidak! Aku akan mencarinya sendiri. Kau lebih baik melarikan diri. Semakin cepat, semakin baik."
    "Tapi, aku tidak bisa hanya ..."
    "Pergilah!!"
    "O-OK ..." Timmy meninggalkan penjara itu dan menjadi lebih bingung dengan Danny. Dia telah menolak bantuannya. Timmy tidak bisa mengerti dengan orang itu. Timmy berpikir untuk menemukan senjatanya. Di luar dari penjara adalah sebuah lobi yang panjang. Tempat itu tampak seperti laboratorium. Timmy terus berjalan tanpa senjata. Ia merasa sedikit tidak nyaman. Seorang zombie muncul tepat dari sebelah kanannya. Timmy terkejut dan mengelak darinya. Ia jatuh ke lantai. Zombie bodoh itu berusaha untuk menangkapnya, tetapi Timmy cepat merangkak dan berlari secepat ia bisa. Ia bertemu dengan lebih banyak zombie. Dia melihat sekeliling dan menemukan pintu. Dia membuka pintu dan memasuki ruangan itu.

    Timmy menutup pintu dan menguncinya. Dia lelah karena melarikan diri dari para zombie. Dia melihat ke arah sebuah meja. Pistolnya ada di sana. Dia merasa senang dan berlari ke arah itu. Dia mengambil pistolnya. Sebuah dokumen menarik perhatiannya. Dia membacanya.

    "Januari, 2007

    Penelitianku tidak akan lengkap tanpa sampel T-Veronica Virus. Pencipta virus ini, Alexia Ashford, aku dengar telah meninggal, dia adalah satu-satunya yang memiliki virus di tubuhnya. Dan aku dengar juga bahwa fasilitas tempat dia melakukan penelitiannya telah hancur. Tidak ada kesempatan bagiku untuk mencuri sampel T-Veronica Virus.

    Aku menyadari bahwa HCF telah menangkap tubuh seseorang yang telah disuntikkan dengan T-Veronica Virus. Mereka berusaha untuk membangkitkannya kembali, tapi itu tidak pernah terjadi. Aku punya ide untuk mencuri tubuh itu. Aku memerintahkan orang-orangku untuk mencurinya dan mereka berhasil. HCF tidak pernah datang untuk mengambilnya lagi. Aku heran kenapa.

    Satu setengah tahun aku menghabiskan waktu untuk membangkitkannya kembali dan aku berhasil. Aku meletakkan sebuah chip di otaknya sehingga dia akan menjadi pelayanku dan melakukan apa pun yang kuinginkan. Bukan hanya itu, aku juga memprogramnya untuk menghilangkan orang-orang yang terinfeksi jika sewaktu-waktu virus yang baru aku ciptakan menyebar ke kota.

    Walaupun dia begitu hebat, tapi aku masih perlu untuk memantau dia. Aku meletakkannya di dalam sebuah tabung oksigen untuk membuatnya tampak benar-benar seperti manusia normal. Setelah selesai, dia akan menjadi pelayanku yang terhebat.

    Juni, 2008
    Kenneth Koen"


    Timmy terkejut. Dia memandang tabung itu. Ada seorang laki-laki yang tidur di dalamnya. Dia adalah seorang manusia. Timmy berjalan menuju tabung. Dia memandang pria itu. Tubuhnya besar dan tampak kuat. Tiba-tiba, orang itu membuka matanya. Tabung itu terbuka dan ia berjalan keluar dari tabung.

    "A-apa ti-tidak mungkin..." Timmy berjalan mundur. Pria itu berjalan ke arahnya. Timmy tidak bisa berlari. Dia terlalu takut untuk lari. Laki-laki itu menggerakkan tangannya, kali ini Timmy tidak berjalan lagi, ia berhenti dan memejamkan mata. Dia benar-benar tak berdaya. Pria itu meletakkan tangannya di bahu Timmy.
    "Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu."
    "Hah?" Timmy membuka matanya. Di depannya, berdiri seorang pria berambut merah dengan mata biru perak. Ia tampak baik.
    "Namaku Steve Burnside"
    "S-Steve?"
    "Siapa namamu?"
    "T-Timmy Bold."
    "Oke, Timmy. Ngomong-ngomong tempat apa ini?"
    "Tempat ini mungkin, laboratorium milik Kenneth. Dia menulis dokumen ini."
    "Aku merasa seperti aku telah tidur begitu lama. Aku pikir aku sudah mati karena virus yang perempuan bernama Alexia Ashford suntikkan padaku. Dan aku mati. Itulah yang aku pikir. Dan ... bagaimana kau bisa sampai di sini?"
    "Aku mengunjungi tempat wisata ini, Raccoon Crater tapi aku diserang oleh orang-orang Keneth dan dibawa ke sini."
    "Raccoon Crater?"
    "Ya, tempat ini didirikan 2 tahun yang lalu."
    "2 tahun yang lalu? Bukankah Raccoon City baru saja hancur bulan September yang lalu?"
    "Tidak, Raccoon City hancur 10 tahun lalu."
    "10 tahun? Ugh ... aku ... "
    "... Apa yang terjadi? Kau tidak apa-apa?"
    "Aku baik-baik saja. Entahlah, tempat ini tampak tidak aman. Kita lebih baik keluar dari tempat ini segera."
    "Yeah. Tapi pertama-tama, kita harus menemukan Lucy. Dia diculik oleh Kenneth. Dia pasti ada di suatu tempat di sini."
    "Aku akan membantumu untuk menemukannya. Mari kita pergi!" Mereka meninggalkan ruangan dan mulai mencari Lucy. Mereka bertemu dengan banyak zombie dan beberapa jenis reptil katak rakasa. Steve selalu membantu Timmy dan melindungi dia. Perlahan-lahan, Timmy mulai percaya padanya.

    Sementara berjalan di lobi, Timmy menemukan darah-darah berserakan di lantai. Tampaknya ada orang berdarah dan mencoba untuk berjalan. Mereka mengikuti darah itu dan mereka sampai ke sebuah ruangan. Timmy membuka pintu dan memasuki ruangan. Danny ada di dalam. Dia duduk, berdarah dan sekarat. Darah itu berasal dari tangan kirinya.

    "Danny! Danny, apa yang terjadi?"
    "Timmy, laki-laki bernama Kenneth Koen itu benar-benar gila. Dia ingin membunuh kita. Aku mencoba untuk membunuhnya tapi aku kalah dan dia menyuntikku dengan sesuatu. Timmy, Kau harus melarikan diri secepatnya!"
    "Danny, kita akan keluar dari sini bersama-sama. Kau akan baik-baik saja ..."
    "Aku ... aku tidak bisa."
    "Bertahanlah ..."
    "Timmy ..." Steve yang menutup mulutnya sendiri dari pertama kali ia bertemu dengan Danny, mulai berbicara lagi.
    "Apa, Steve?" Timmy melihat pada Steve. Tanpa kata-kata, Steve mendorong Timmy cukup jauh darinya dan Danny.
    "U-ugh ... Steve, apa yang kau lakukan?"

    Steve mengangkat tangannya. Tangannya berubah menjadi semacam tangan raksasa dan mengayunkannya ke kepala Danny. Steve akan membunuh Danny. "TIDAK!! Steve, hentikan!!" Timmy menjerit tapi Steve tidak mendengarkan dia. Sebelum dia memotong kepala Danny, Danny dengan cepat mengangkat tangannya dan meraih tangan Steve yang akan memenggal kepalanya. Danny mendorong Steve dan berdiri. Steve berjalan mundur. Danny bertindak sangat aneh. Dia menjerit dan memegang kepalanya. Tulang-tulang muncul dari punggungnya. Kulitnya berubah menjadi kuning pucat sementara pembuluh-pembuluh darahnya terlihat di permukaan kulitnya. Kukunya menjadi cakar. Dia berteriak keras.

    "Apa yang terjadi?! Danny? Steve?"
    "Dia terinfeksi." Steve menjelaskan. "Kita harus membunuhnya."
    "Arghh ... aku bisa merasakannya. Manusia ... daging manusia! " Danny berlari ke arah Timmy. Timmy menatapnya. Steve dengan cepat memblokir serangan Danny dengan tangannya.
    "Timmy, kita harus membunuhnya atau dia akan membunuh kita!"
    "Lepaskan tanganmu, monster! Aku hanya perlu daging manusia itu!" Danny memberontak.
    "Timmy!!"
    "O-OK!" Timmy mengeluarkan pistolnya dan siap untuk melawan Danny. Timmy menembak mata Danny dan Steve memukul tubuhnya. Pertarungan yang sangat sulit, tapi Timmy dan Steve bisa menyelesaikannya. Danny meninggal, ia kembali ke bentuk normalnya.
    "Danny ..." Timmy berlari ke arah Danny.
    "Timmy, aku tidak bisa ..."
    "Bertahanlah ... kita akan keluar dari sini segera ..."
    "Aku-aku tidak bisa ... aku akan mati ... Timmy ... Aku ingin kau menemukan Lucy dan membawanya pulang dengan selamat ..."
    "Ya, ya ... aku akan menemukannya dan membawanya pulang ... Aku janji!"
    "Terima kasih, Timmy. Aku percaya padamu ... selamat tinggal ..." Danny memejamkan mata dan pergi untuk selamanya.
    "Danny? Danny!! Ugh ...."
    "Sudahlah, Timmy. Aku turut bersedih ...," kata Steve.
    "Yeah ... Ayo kita menemukan Lucy dan membalas dendam kematian Danny pada Kenneth."

    Steve mengangguk dan mereka meninggalkan ruangan itu.
     
  6. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Mereka melewati sebuah lobi. Di lobi itu, mereka diserang oleh monster yang mirip seperti kalajengking. Timmy melawannya dengan marah dan lebih cepat daripada ketika ia melawan monster lain.

    "Timmy, kamu masih marah karena kematian temanmu?" Steve bertanya.
    "Ya, aku marah. Aku benar-benar marah! Kenneth sangat tidak bisa dimaafkan!"
    "Tenanglah. Kita akan membalaskan dendamnya. Aku akan membantumu untuk melawan dia."
    "Terima kasih."

    Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Kenneth. Dia berjalan sendirian.

    "Hei, itu si orang tua gila! Apa yang dilakukannya?"
    "Mungkin kita dapat mengikuti dia."
    "Yeah, ayo!" Mereka mengikuti Kenneth secara diam-diam. Sayangnya, ia menyadari hal itu dan dia berlari dengan cepat. Ia masuk ke sebuah lift dan menghilang.
    "Sialan, dia pergi!"
    "Dia menggunakan lift itu, mungkin kita dapat menggunakannya juga."
    "Wow, itu benar! Kau benar-benar pintar!"
    "Hmm ... tampaknya kau sudah mendapatkan kembali keceriaanmu."
    "Ya, aku tidak bisa terus bersedih atas kematian Danny. Aku akan membalas dendam atas kematiannya!"

    Steve mengangguk, "Itu bagus" Dia tersenyum dan Timmy tersenyum juga. Mereka lari ke lift dan menggunakannya. Lift itu membawa mereka.

    Udara dingin terasa. Meskipun musim panas tapi udara terasa begitu dingin. Lift itu membawa mereka ke permukaan. Timmy terkejut.
    "Wow, kita naik ke permukaan! Dan ini malam! Kita sudah terjebak di sana begitu lama!"
    "Tempat ini ..."
    "Bekas Arklay Mountain."
    "Arklay Mountain?"
    "Yeah. Tim Bravo pernah ada di sini 10 tahun yang lalu untuk menyelidiki Mansion Spencer. Di situlah T-Virus menyebar... "
    "Hampir lupa, di mana orang itu?"
    "Oh, yeah! Orang itu! Kita kehilangan dia lagi! Sial!"
    "Mungkin mansion itu akan memberitahu kita." Steve menunjuk ke sebuah mansion tua yang hampir roboh.
    "Mansion? Bagaimana bisa ... Entahlah. Ayo kita pergi!" Mereka berlari ke mansion itu.

    Dalam perjalanan ke mansion tua itu, mereka bertemu dengan zombie yang jauh lebih kuat dan beberapa anjing terinfeksi. Monster katak-reptil itu masih ada. Mereka akhirnya tiba di halaman mansion. Hari sudah gelap, menakutkan dan sepi. Timmy mendekati pintu. Sebelum ia meraih kenop pintu, dia mendengar suara keras. Tiba-tiba, seorang pria dengan mantel hijau, melompat turun tepat di depan Timmy. Ia mencoba untuk menyerang Timmy tapi luput karena Timmy mengambil beberapa langkah mundur.

    "A-apa ...?"
    "Menyingkir darinya!!" Steve memerintahkan.
    "Ya!" Timmy berlari ke arah Steve. Pria itu mengenakan mantel yang sama seperti Steve. Ia mencoba untuk membunuh mereka. Dengan beberapa peluru dan pukulan Steve, ia mati. Mereka menang.
    "Kita berhasil, Steve! Kita berhasil!"
    "Ya, mari kita lanjutkan!" Timmy mengangguk. Dia meraih kenop dan membuka pintu.

    Rumah besar itu hangat meskipun hampir ambruk. Tangga ke lantai dua telah hancur. Mereka tidak bisa naik ke atas.

    "Rumah ini mengingatkan aku dengan kediaman Ashford," kata Steve.
    "Kediaman Ashford? Apakah itu tampak seperti rumah terkutuk ini?"
    "Ya, hampir." Steve berbicara sambil berjalan di dalam ruangan. Dia merasa, kakinya menginjak sesuatu.
    "Lantai ini mencurigakan."
    "Di mana?" Timmy berlari ke arah Steve.
    "Di sini, aku rasa ini dapat dibuka" Steve mencoba membuka lantai. Dan itu benar. Lantai itu bergerak. Bukan lantai tapi semacam pintu rahasia. Ada tangga ke lantai bawah tanah.
    "Sebuah lorong rahasia. Bawah tanah." Steve melepaskan tangannya dari pintu rahasia.
    "Wow, keren! Ayo kita pergi ke sana!"
    "Ayo." Mereka turun ke ruang bawah tanah.

    Ruang bawah tanah itu masih hangat tetapi lebih gelap. Mereka menemukan sebuah komputer. Timmy mengoperasikan komputer itu dan komputer itu memanggil sebuah lift untuk ke ruang bawah tanah lainnya. Mereka menggunakan lift itu dan turun ke B2F. Tempat itu bukan gudang seperti lantai atas tapi lab. Mereka terus berjalan tetapi Steve bertindak aneh. Dia tampak merasa kesakitan.

    "Ugh ... kepalaku ..." Steve memegang kepalanya.
    "Ada apa, Steve?"
    "Tidak, aku hanya ... sakit kepala ..."
    "Tapi kelihatannya seperti sakit kepala yang luar biasa ..."
    "Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. " Steve berdiri dan berjalan lagi.
    "Steve ..."

    Setelah perjalanan yang panjang, mereka menemukan sebuah ruangan. Berdasarkan dokumen yang Timmy temukan sebelum ruangan itu, ruangan itu digunakan untuk menyekap Lucy. Jadi mereka masuk. Timmy membuka pintu.

    "Lucy!"
    "Timmy!" Lucy yang duduk di atas meja operasi, berlari dan memeluk Timmy.
    "Lucy, kamu baik-baik saja?"
    "Ya, bagaimana denganmu?"
    "Aku baik-baik juga. Aku ingin memberitahumu sesuatu. Ini adalah tentang kakakmu, Danny." Timmy melepaskan pelukannya.
    "Kakakku? Apa yang terjadi dengan dia? Apa dia baik-baik saja?"
    "Dia ... dia ... meninggal ..."
    "A-apa?! Tidak mungkin ... tidak mungkin itu benar! Tidak ..." Lucy menangis.
    "Maafkan aku Lucy. Aku tidak dapat menyelamatkannya ..."
    "Yeah, tidak apa-apa. Aku benar-benar sedih kehilangan dia tapi aku juga bangga memiliki dia sebagai kakakku. Aku ..."
    "Kau benar-benar gadis yang tegar, Lucy."
    "Timmy ..." Steve mulai bertingkah aneh lagi. Dia tampak sangat marah.
    "Ada apa, Steve?" Timmy menoleh ke arah Steve.
    "Temanmu?" tanya Lucy.
    "Yeah. Kami baru bertemu."
    "Terinfeksi ... kau telah terinfeksi ..." Steve berbicara aneh.
    "Apa? Terinfeksi?"
    "Semua yang terinfeksi harus mati ..."
    "Steve, apa yang kau bicarakan?" tanya Timmy bingung.
    "Terinfeksi harus mati!!" Steve berlari dengan cakarnya yang tajam ke arah Lucy. Dia terlalu cepat sehingga Timmy tidak bisa menghentikannya. Cakar tajam Steve menusuk di tubuh Lucy. Dia berdarah dan langsung jatuh ke lantai.
    "Lucy!!" Timmy berlari ke arahnya dan memeluknya.
    "Lucy, bangun! Lucy! Jangan mati! Lucy!!" Timmy meletakkan tangannya di nadi Lucy. Tidak ada denyutan yang terasa. Lucy telah meninggal.
    "Tidak ... Lucy ..."
    "Jangan sedih. Dia telah terinfeksi seperti kakaknya." Steve berusaha untuk meletakkan tangannya di bahu Timmy. Timmy cepat menoleh ke belakang dan menepis tangannya.
    "Tidak!! Jangan sentuh aku! Kau ... kau seorang pembunuh! Kau telah membunuh Lucy!"
    "Biar aku jelaskan. Dia ..." Sebelum Steve selesai, Timmy tiba-tiba berteriak.
    "Jangan bicara padaku lagi! Kau .... Aku percaya padamu. Tapi kau .... Kau tidak lebih dari monster!" Timmy dengan cepat lari dan keluar dari ruangan. Meninggalkan Steve sendirian.
    "Tunggu! Aku bisa menjelaskannya ... arrghh!!" Ia bertingkah lebih aneh lagi daripada sebelumnya. Punggungnya bertambah besar dan kulit putih pucatnya berubah menjadi hijau. Mata biru peraknya berubah menjadi merah. Dia menjerit. Ia berubah ke wujud T-Veronica Virus-nya.
     
  7. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Timmy yang lari sendirian merasa sedikit bersalah kepada Steve. Dia ingin kembali tetapi ketika ia ingat bahwa Steve telah membunuh Lucy, dia tidak jadi. Sendirian, ia menjelajahi laboratorium. Serangga besar, yang berjalan di langit-langit mengikutinya. Serangga itu tetap mengikutinya. Timmy menyiapkan pistolnya dan menoleh ke belakang.

    "Siapa di situ?!" Ia membidik pistolnya dan menatap serangga itu. Serangga itu mengerang.
    "Serangga!!" Dia menembak serangga bodoh itu dan melawannya. Dia membunuh serangga tersebut dan berjalan kembali. Tangan serangga itu merayap dan mengikutinya. Timmy menyadari hal itu. Ia berlari lebih cepat ke sebuah ruangan untuk bersembunyi dari tangan serangga.
    "Selamat datang, anak kecil." Suara yang kejam dan Timmy tahu itu.
    "Kenneth!!" Timmy melihat pemilik suara.
    "Aku salut padamu, anak kecil. Kau telah berjalan sejauh ini."
    "Apa yang kau inginkan? Kau ... kau telah membunuh Danny!"
    "Danny? Oh, orang itu. Aku tidak membunuhnya. Aku hanya menyuntiknya dengan T-Virus. Ah, jadi dia berubah menjadi monster dan kau membunuhnya?"
    "Kau ... kau tidak bisa dimaafkan!" Dia akan mengambil pistolnya tapi tiba-tiba tangan kiri Kenneth bermutasi menjadi tangan monster. Dia menangkap tubuh Timmy. Dia tidak bisa bergerak.
    "Kau akan menggunakan pistolmu lagi? Pistol bukanlah mainan untuk anak-anak. Kau tahu?" Kenneth mempererat genggamannya.
    "Kau .... Aku tidak akan kalah ... Aku akan membalas dendam atas kematian ... Danny!"
    "Katakanlah apa yang ingin kau katakan sebelum kematian." Ia menghantam Timmy ke dinding tapi masih mengenggamnya.
    "U-ugh ...." Timmy merasa seperti telah kehilangan sadar.
    Tiba-tiba, suara yang keras datang dari pintu. Seseorang menghancurkan pintu. Itu Steve dalam wujud T-Veronica Virus-nya. Dia memandang Timmy yang sedang menderita dan berpaling kepada Kenneth yang menyambutnya.

    "Ah, lihat siapa yang datang. Steve! Bagaimana kau bisa bangun? Apakah kau sudah cukup tidur?"

    Steve tidak mengatakan apa-apa. Dia menjerit dan berlari ke arah tangan Kenneth. Dengan menggunakan tangannya yang besar dan cakar tajamnya, ia menyambar tangan Kenneth yang mengenggam Timmy dan mengigitnya.

    "Arrrgghh!! Tanganku!!" Kenneth menjerit dan melepaskan tangannya dari Timmy. Timmy jatuh dan memandang Steve.
    "S-Steve ...?"
    "Heh-heh. Jadi kau juga menghipnotis dia, anak kecil?" Kenneth berdiri dengan tangan kirinya yang berdarah. Steve berdiri di depan Timmy.
    "Kau harus mati!!" Dia menjerit dan mengangkat tangannya untuk memukul Timmy. Timmy terkejut dan memejamkan matanya.
    "Timmy!!" Steve berteriak.

    Timmy membuka matanya. Steve sedang berdiri di depannya. Dia menangkap tangan Kenneth.

    "Steve!!"
    "Steve, aku pikir kau berada di sisiku namun tampaknya aku salah." Kenneth menarik tangannya. Ia cepat memukul Steve. Sangat cepat dan kuat. Steve terlempar dan menabrak dinding.
    "Meskipun kau begitu hebat, tapi kau tidak lebih dari seekor kecoa di mataku. Waktunya untuk mati, Steve!" Ia mengangkat tangan monsternya lagi. Steve tidak bisa bergerak.
    "Tidak, Steve!!" Timmy berlari ke arah mereka, tetapi ia terlempar oleh tangan kanan Kenneth.
    "Jangan bergerak! Tunggu saja giliranmu untuk mati!"
    "Aku .... Aku tidak akan mati!"
    "Sekarang lihat ini" Tangannya bermutasi menjadi seperti sebuah pedang. "Ahahahaha!! Aku bisa merasakannya! Aku dapat merasakan kekuatan dari T-Virus! Kau akan menjadi orang pertama yang akan merasakan kekuatanku, Steve!!"
    "Tidak, hentikan!!!"

    Terlambat. Kenneth telah menggunakan tangan pedangnya. Dia menusukkannya ke dada Steve. Dia berdarah. Setengah sadar dan setengah mati.

    "Steve!!" Timmy berlari ke arahnya. Steve berubah kembali ke bentuk manusianya.
    "Steve, kamu baik-baik saja?"
    "Timmy, Kau harus melarikan diri ..."
    "Steve, kita akan keluar dari sini, bersama-sama ..."
    "Haha. Kau mengingatkan aku dengan seseorang yang aku cintai. Tapi aku akan mati ..."
    "Tidak. Kau akan hidup dan kita akan melarikan diri dari tempat ini ..." Timmy hampir meneteskan air matanya.
    "Jangan menangis. Laki-laki tidak boleh menangis. Timmy, aku membunuh Lucy karena ... aku merasa seperti ada sesuatu yang memerintahkan aku untuk melakukannya dan aku tidak bisa menolaknya. Kumohon untuk terakhir kalinya, percayalah padaku ... aku ingin menjadi temanmu."
    "Ya, aku mengerti. Aku percaya padamu. Kau temanku."
    "Terima kasih. Dengan ini akhirnya aku bisa beristirahat dengan tenang."
    "Tidak, jangan berkata seperti itu ..."
    "Selamat tinggal, Timmy. Aku senang bertemu denganmu .... " Steve memejamkan matanya. Dia meninggal.
    "Steve? Steve, jangan tinggalkan aku sendiri ... Steve!!" Air matanya jatuh. Dia merasa sangat sedih karena kehilangan semua teman-temannya. Kenneth yang mengawasi mereka hanya tersenyum kejam dan merasa menang.
    "Hah, kalian sudah selesai, eh? Kalian berdua menyita waktu yang begitu lama hanya untuk sebuah perpisahan. Tapi jangan khawatir aku akan mengirimmu ke surga dengan segera! Hahahaha!!"
    "Kenneth!" Timmy berteriak dan kembali menatap Kenneth. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu!" Ia mengeluarkan pistolnya dan siap untuk pertempuran melawan Kenneth.
    "Itulah yang aku inginkan!" Kenneth bermutasi lagi. Sekarang bagian tubuh kirinya berubah menjadi tubuh monster. Tangan pedangnya telah berubah kembali ke tangan monster.
    "Kau bukan manusia!"
    "Itu benar anak kecil! Ahahahahaha!!!" Ia mengayunkan tangan kiri monsternya dan melukai lengan Timmy.
    "Ugh ... sialan!" Timmy memegang lengan kirinya. Cairan aneh memasuki lukanya.
    "Apa ini?"
    "Apa yang kamu lihat? Merasa sakit hati, sayang? Hahaha!!" Kenneth mengayunkan tangannya lagi tapi Timmy mengelak. Pertempuran yang sangat sulit. Timmy menembak dada kanan Kenneth dan entah kenapa, ia berlutut. Kenneth menjerit kesakitan dengan sangat keras.
    "Aku menang?"
    "Kau ... tidak!! Tidak mungkin!! Aarrgghh!!!" Dada kanannya robek dan jantungnya muncul. Jantungnya meledak, ia mati.
    "Aku menang, aku benar-benar menang! Aku berhasil!!" Ia memandang Steve dan berjalan ke arahnya.
    "Steve, aku sudah membunuh Kenneth. Aku telah membalas dendam kematianmu, Danny dan Lucy. Aku harap kau senang ..." Sekali lagi air matanya jatuh. Dia menyeka air matanya. Dia melepas jaket hijaunya dan menutup tubuh Steve. Kemudian ia meninggalkan ruangan.

    Kenneth terbangun.

    Ia mengikuti jalan yang ada dan menemukan lift lain. Dia menggunakannya untuk sampai ke permukaan. Di tengah perjalanan, ia mendengar beberapa ledakan.

    "Apa? Apa itu?"

    Dia naik ke lantai paling atas. Itu adalah sebuah heliport. Sebuah helikopter terlihat di kejauhan. Ada gerbang. Gerbang itu belum sepenuhnya terbuka. Ada juga sebuah tuas untuk membuka gerbang. Sebuah kayu kecil tersangkut di dalamnya.

    "Sebuah helikopter! Akhirnya .." Ia mendengar ledakan lain. "Wah, apa yang terjadi? Apakah itu rudal Amerika?"

    Tiba-tiba, seseorang datang. Itu Kenneth!

    "Kita bertemu lagi, anak kecil!"
    "Kau .... bukankah kau sudah mati?"
    "Aku tidak bisa mati! Kau akan mati di sini! Hahahaha."
    "Sialan, dasar orang tua!"

    Kenneth bermutasi sekali lagi. Kali ini, ia bermutasi menjadi monster. Benar-benar seekor monster. Itu adalah pertarungan yang paling sulit. Timmy melihat sebuah Rocket Launcher di belakang sebuah kotak. Dia berlari dan memungutnya. Dia tidak benar-benar tahu bagaimana menggunakannya, tapi dia sangat beruntung bahwa ia dapat menggunakannya untuk melawan Kenneth dengan benar. Kenneth mati, tubuhnya terbakar.

    "Aku berhasil!! Whoa!!" Ledakan terdengar lagi dan sekarang sudah terdengar sangat dekat. "Tidak ada waktu untuk bersantai!" Timmy berlari dengan cepat dan sampai di tuas itu. Dia mengeluarkan kayu, dan memutar tuas. Pintu gerbang telah benar-benar terbuka sekarang. Timmy lari secepat mungkin untuk mencapai helikopter. Ledakan terdengar lagi. Setengah dari pusat pariwisata telah hancur. Timmy naik ke helikopter dan menerbangkannya tepat sebelum rudal menghancurkan heliport itu. Dia sudah cukup jauh dari tempat itu dan baru menyadari bahwa pagi telah datang.

    "Perjalanan ini, maksudku, liburan ini bukanlah sebuah liburan yang normal. Kota, zombie dan Umbrella. Mereka semua seperti mimpi buruk bagiku. Teman-temanku, Steve, Danny, dan Lucy. Mereka semua meninggal dan aku satu-satunya yang selamat. Betapa beruntungnya aku. Tapi tidak dengan mereka. Mungkin roh ibuku telah melindungiku. Itu sebabnya aku selamat. Sama seperti 10 tahun yang lalu. Ouch, luka ini, luka yang disebabkan oleh Kenneth. Aku tidak akan pernah melupakannya. Aku ingin segera sampai di rumah! Terbang lebih cepat!! Yeah!!"

    -TAMAT-
     
  8. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Seri ke2 sesuai yg udah dijanjikan.

    RESIDENT EVIL : RACCOON AWAKENING 2

    Mungkin aneh bagi seorang remaja seperti aku untuk menjadi seorang pahlawan di mata keluargaku. Aku, di usiaku yang ke-18 sudah pernah berada di sebuah petualangan untuk mencari keselamatan di Raccoon Crater yang penuh dengan zombie. Berdasarkan informasi dari ayahku, masih ada beberapa bagian dari Umbrella yang belum ditemukan. Ini memberiku semangat untuk menggali bagian-bagian itu dalam-dalam. Aku tahu bahwa mustahil bagiku untuk melakukannya. Tapi aku tidak akan pernah menyerah. Aku akan menghancurkan Umbrella sampai akar-akarnya. Aku tidak ingin hal yang sama terjadi lagi. Tidak terjadi pada kota tempat tinggalku sekarang, New York City. Aku sudah tinggal di sini selama 10 tahun dan aku mulai sangat mencintainya. Aku tidak ingin hal yang terjadi pada Raccoon City terjadi di sini.

    Hari ini, aku pergi ke sebuah apartemen untuk mengunjungi temanku. Aku terkejut bahwa Chris Redfield dan Claire Redfield tinggal di sana juga. Aku bertanya kepada mereka banyak hal tentang Raccoon City. Aku mengenal mereka sebagai orang-orang Raccoon City yang selamat. Claire mengatakan bahwa dia pergi ke Raccoon City untuk mencari kakaknya, Chris. Tapi dia tidak bisa menemukannya. Kemudian ia pergi ke sebuah Umbrella Research Facility di Paris tetapi tertangkap dan dibawa ke Pulau Rockfort. Ketika aku bertanya kepadanya tentang Steve Burnside, ia mulai menangis dan Chris mencoba menenangkannya. Aku merasa sangat bersalah. Dia berhenti menangis dan menjelaskan siapa Steve. Aku, sekali lagi, terkejut bahwa Steve jatuh cinta dengan Claire ketika keduanya dipenjara di Rockfort. Aku mulai ingat kata-kata kata Steve sebelum kematian “kedua”-nya: "Kamu mengingatkan aku dengan seseorang yang aku cintai." Jadi, orang yang dicintai Steve adalah Claire.

    Aku meminta Chris untuk mengajari aku beberapa cara untuk melindungi diri dan ia menjawab dengan senyum yang lembut. Setelah mengucapkan selamat tinggal, aku pergi. Dalam perjalanan pulang, aku merasa sangat senang. Seperti, aku baru saja memenangkan hadiah sebesar US $ 1 miliar. Setiap orang yang melihat aku melihatku seperti mereka melihat badut sirkus. Aku tidak benar-benar peduli tentang hal ini. Aku berencana untuk pergi ke apartemen Redfield lagi besok. Pasti akan sangat menyenangkan.

    Hari berikutnya, ketika aku berjalan pulang dari kuliah, seseorang memakai jaket cokelat dan celana jins biru tidak sengaja menjatuhkan dompetnya. Aku mengambilnya dan mengejar orang itu. Aku memberikan dompet dan, sekali lagi, aku terkejut. Orang itu Leon S. Kennedy, agen pemerintah yang pernah dikirim untuk menyelamatkan putri presiden yang diculik. Aku berbicara dengan dia di cafe. Dia sangat baik dan dewasa. Dia bercerita tentang pengalamannya di Raccoon City dan di wilayah yang tidak diketahui di Spanyol. Wow, aku tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Aku bertemu dengan beberapa mantan penduduk Raccoon City yang selamat hanya dalam 2 hari.

    Kemudian di malam hari, kakakku pulang dengan seorang wanita berambut pirang dengan mata coklat kekuningan. Dia Ashley Graham, putri Presiden. Aku terlalu terkejut bahwa aku tidak dapat berkata apa-apa. Dia bertanya padaku tentang namaku dan usiaku. Walaupun dia memperlakukanku seperti seorang anak kecil tapi aku benar-benar bahagia. Lalu aku mendengar seseorang mengetuk pintu, aku membuka pintu dan seseorang bertanya padaku tentang kakakku. Dia adalah seorang wanita jangkung berambut pirang bernama Alyssa Ashcroft. Dia juga seorang mantan penduduk dari Raccoon City. Aku bertanya kepadanya tentang bagaimana ia selamat. Dan dia berkata, dia selamat dengan kemampuannya dalam kecepatan. Ah, dia terlalu bangga pada dirinya sendiri tapi aku tidak benar-benar peduli.

    Aku pergi ke kamarku dan pergi tidur. Pikiranku penuh para mantan penduduk Raccoon City yang selamat. Aku tidak percaya bahwa aku, juga mantan seorang penduduk Raccoon City yang selamat. Wow, aku terlalu bangga pada diriku sendiri dan aku tidak bisa tidur cepat.

    Aku terbangun dan melihat jam. Jam itu menunjukkan pukul 8:15. Aku bangkit dengan cepat dan pergi ke kamar mandi. Aku tidur terlalu larut malam keayon dan sekarang aku bisa terlambat untuk pergi ke kampus. Setelah mandi, aku turun untuk sarapan. Tapi tidak ada waktu untuk sarapan sehingga aku cepat-cepat pergi dari rumah. Aku baru saja sadar di jalan ke kampus bahwa tidak ada yang muncul pagi ini. Aku juga menyadari bahwa kakakku tidak membangunkan aku dan memanggilku untuk sarapan. Aku juga tidak melihat Pak Smith membersihkan halaman rumahnya pagi ini. Apa yang terjadi di sini? Aku mulai khawatir. Jalan itu sangat gelap walaupun itu pagi. Saat itu bulan September. Udara begitu dingin. Apakah akan turun hujan atau apa? Kenapa semua orang menghilang? Apa yang terjadi?

    Aku berlari lebih cepat ke kampus. Aku menunggu bus yang akan datang. Aku menunggu begitu lama. Ketika aku melihat jam tanganku yang baru, aku terkejut. Sudah jam 9:02. Aw, man ... aku terlambat untuk pergi ke kampus. Pak George akan menghukum aku. Aku berharap bahwa ia akan datang terlambat juga jadi aku tidak perlu menatap mata hijaunya yang menakutkan. Aku duduk di bangku kayu di belakangku dan menunggu bus yang akan datang. Jalan itu begitu sunyi. Tidak ada mobil, tidak ada bus, tidak ada jalan pejalan kaki, dan tidak ada anak-anak jalanan seperti biasa. Lampu jalan semua hidup. Lampu lalu lintas berkedip-kedip aneh. Beberapa toko sudah dibuka tetapi tidak ada seorang pun di dalamnya. Aku benar-benar takut dengan semua ini. Situasi ini mengingatkan aku dengan Raccoon Crater. Apakah hal yang terjadi pada Raccoon Crater terjadi di sini? Atau itu hanya lelucon sialan lain yang dibuat oleh produser film? Jujur, aku tidak benar-benar menyukainya.

    Aku terus menunggu, ketika seseorang memanggilku dari kejauhan, aku melihatnya dengan bingung.

    "Timmy!!" Seorang laki-laki berambut cokelat muda memanggil namaku.
    "Hah, apa?"
    "Timmy, kamu masih di sini?" Ia bertanya.
    "Apa yang kamu maksud dengan "masih di sini" Leon?"
    "Kota ini telah dikuasai dengan beberapa monster aneh! Kau ... tidak mengungsi bersama keluargamu?"
    "Evakuasi? A-apa maksudmu?"
    "Sulit untuk menjelaskan ini. Ayo ikut denganku. Aku akan membawamu ke pusat evakuasi." Leon menarik tangan kananku, tapi aku menarik kembali.
    "Leon, kau bicara aneh. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apakah ini karena Umbrella?"
    "Hmm .." Leon mengangguk. Aku terkejut. Umbrella melakukan ini? Mengapa? Bukankah mereka sudah hancur?
    "Umbrella? Umbrella sudah hancur! Tidak mungkin mereka datang kembali!"
    "Timmy, itu benar. Mereka kembali di bawah komando Alexia Ashford. Alexia ingin kota ini menjadi miliknya. Dia menyebarkan T-Virus dan memaksa semua orang untuk pergi!"
    "Tidak mungkin! Kamu pasti bercanda! Tapi, kamu tahu apa? Ini tidak lucu!" Aku tidak percaya dengan apa yang dikatakan Leon. Kotaku, New York, dipenuhi dengan zombie. Kota ini akan menjadi Kota Raccoon berikutnya! Tidak mungkin!!
    "Timmy, percayalah padaku! Ayo ikut aku ke pusat pengungsian. Ayahmu, Sir Jenderal Thomas akan sangat khawatir padamu!"
    "Ayahku? Dia telah diungsikan? Bagaimana dengan kakakku, Melissa?"
    "Melissa? Aku tidak benar-benar tahu tentang dia. Tapi dia pasti telah dievakuasi. Ayo!" Leon menarik tanganku lagi.
    "T-tunggu!". Leon berjalan sangat cepat. Aku tidak bisa menarik tanganku kembali. Aku khawatir pada Melissa. Aku harus menemukannya. Yah, setidaknya aku mencari dia.
    "Leon, apa yang dilakukan polisi sekarang?" Aku bertanya kepada Leon.
    "Polisi sedang mencari anak-anak yang hilang dan orang-orang lainnya. Mereka menempatkan diri mereka dalam bahaya untuk menyelamatkan orang-orang karena itu adalah tugas mereka." Leon menjawab.
    "Menempatkan diri dalam bahaya? Tidak! Itu berarti, Melissa ada dalam bahaya!"
    "Apa yang kau bicarakan? Kakakmu polisi?"
    "Ya, dia seorang polisi! Aku harus menemukannya. Lepaskan aku!" Aku mencoba menarik tanganku dari genggaman Leon. Leon melepaskan tangannya dan menatapku. Mata biru itu menunjukkan keraguan untuk membiarkan aku pergi.
    "Kau akan menemukannya sendiri? Apa kau sudah gila?"
    "Mungkin. Tapi aku hanya ingin menyelamatkan kakakku!" Aku lari meninggalkan Leon tapi ia, lagi-lagi meraih tanganku.
    "Apa lagi, Leon? Aku sedang tergesa-gesa, lepaskan aku!!"
    "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri. Aku akan pergi denganmu." Ia melepaskan tangannya dan berbicara dengan lembut.
    "Sungguh? Kamu akan pergi bersamaku untuk menemukan kakakku?"
    "Ya, ayahmu menyuruhku untuk melindungimu. Jadi, itu tugasku untuk melindungi kamu." Dia tersenyum dan menatapku.
    "Terima kasih!" Aku tersenyum juga.

    Kami berjalan mengelilingi kota. Sejauh ini, kami belum bertemu dengan monster aneh seperti apa yang dikatakan Leon. Satu-satunya yang terlihat adalah kota yang berantakan. Kami tiba di sebuah pusat perbelanjaan di New York. Banyak toko dibuka tanpa siapa pun di dalamnya. Sampah di mana-mana, darah, tong sampah ditendang dan lampu dimatikan dengan noda darah di atasnya. Aku belum bertemu dengan siapa pun di sini. Aku sangat khawatir tentang Melissa. Bagaimana bila sesuatu terjadi padanya? Bagaimana jika monster menyerangnya ketika ia sedang bertugas? Aku tidak ingin hal itu terjadi. Melissa adalah satu-satunya kakakku dan dia telah mengurusku sejak aku masih 8 tahun. Dan setelah kematian ibuku, dia menggantikan ibuku sebagai ibu yang lain untukku. Oh, Melissa, di mana kau? Aku ingin bertemu denganmu ...

    "Melissa ..." Aku mengenggam jimatku. Jimat itu adalah sebuah bola safir biru kecil. Melissa membuatkan ini untukku ketika aku masih berusia 2 tahun. Dia punya satu juga. Dia berkata, "Ini adalah untuk membuktikan hubungan kita. Kamu adalah adiknya dan aku adalah kakak," kepada aku ketika dia memberikannya kepadaku. Aku mengenggamnya dengan sangat erat.

    "Ada apa, Timmy?" Leon bertanya kepadaku dengan matanya yang melihat tanganku yang mengenggam jimatku.
    "Tidak, bukan apa-apa ..." aku melepaskan tanganku. Leon menatap pada jimatku.
    "Apa bola biru kecil itu?"
    "Ini jimatku. Ini dibuat oleh Melissa. Aku selalu memakainya kapanpun dan di manapun aku berada. Aku sangat menyukainya."
    "Kakakmu adalah wanita yang sangat baik, ya? Tidak heran kamu sangat khawatir padanya."
    "Ya, dia adalah wanita yang sangat baik!"

    Di tengah-tengah percakapan kami, tiba-tiba kabut datang. Membuat kota ini menjadi lebih menakutkan daripada sebelumnya. Hampir tidak ada yang bisa dilihat. Leon mempersiapkan senjatanya, siap untuk hal yang paling mustahil seperti zombie dan monster. Aku berharap bahwa aku punya pistol juga jadi aku bisa membantu Leon dan melindungi diri. Tapi, aku tidak punya apa-apa. Satu-satunya benda yang aku punya adalah jimat ini.

    "Timmy, itu tidak bagus. Kita lebih baik pergi ke pusat evakuasi." Leon memerintahkan.
    "Kembali? Tidak! Aku akan mencari kakakku! Jika kau tidak ingin membantuku untuk menemukan dia, aku akan menemukannya sendiri!" Aku berjalan menjauh dari padanya. Aku begitu marah karena aku tidak bisa mengendalikan emosi. Ini mungkin melukai hati Leon tapi aku hanya ingin menemukan Melissa dan setelah aku menemukannya, kita akan pergi ke pusat pengungsian. Itu saja. Leon tidak bisa memahaminya.

    "Tunggu, Timmy!" Leon berteriak. Aku melihat ke arahnya.
    "Apa? Kamu masih bersikeras untuk membawaku ke pusat evakuasi tanpa kakakku? Aku tidak akan pergi ke sana tanpa kakakku. Katakan ini kepada ayahku ketika kau sampai di sana. Aku akan baik-baik saja meskipun kau tidak ikut denganku. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Pergilah dan jangan mengikuti aku lagi." Aku meletakkan tangan di pinggangku dan terlihat seperti ayam yang mencoba untuk berbicara. Leon tidak mengatakan apa-apa. Dia menatapku. Matanya menatapku tetapi tidak berkonsentrasi pada aku. Dia mengangkat tangannya dengan pistol di tangannya. Dia mengarahkan pistolnya padaku! Wah, aku terkejut. Leon akan membunuhku! Aku benar-benar tak pernah menyangka itu!

    "L-Leon, apa yang kamu lakukan? K-kau akan membunuhku? Apa yang ada dalam pikiranmu?!" Aku berjalan mundur beberapa langkah.
    "Jangan bergerak!!" Ia berteriak dan tampak marah. Aku berhenti dan menatapnya dengan ketakutan.
    "Apakah kau marah karena aku berkata seperti itu kepadamu atau apa? Leon, aku ...."
    "Diam!" Ia menarik pelatuk di pistolnya dan menembakan peluru. Aku menunduk, memejamkan mata dan menutup telinga. Peluru itu lewat di atas kepalaku. Sebuah suara menakutkan yang berteriak kesakitan terdengar dan aku mendengar seseorang jatuh. Aku menoleh ke tergeletak di tanah, berdarah. Aku merangkak ke belakang dan berhenti ketika aku menyentuh kaki Leon. Aku berdiri dan melihat kepadanya.
    "L-Leon?" Aku mengambil beberapa mundur lagi.
    "Jangan takut, Timmy. Aku tidak akan membunuh kamu. Aku akan membunuh zombie di belakangmu yang akan menyerang kamu."
    "Jadi, kau tidak marah padaku?"
    "Tidak."
    "Fiuh, aku pikir kau marah padaku dan akan membunuhku. Kamu bahkan menyelamatkan aku dari zombie. Terima kasih, Leon."
    "Ya, itu kewajiban aku untuk melindungi kamu," katanya.

    Ketika dia berkata seperti itu, ia tampak seperti seorang prajurit di bawah perintah Jenderal. Ayah benar-benar bisa mempengaruhi orang dengan perintahnya. Tapi, itulah ayahku, Thomas Bold, Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat. Leon punya banyak senjata dan amunisi. Mungkin aku bisa memilikinya satu. Jadi, aku bertanya kepadanya.

    "Umm ... Leon, boleh aku minta satu dari pistol-pistolmu? Kau punya terlalu banyak. Di samping kamu dapat mengurangi beban kamu, aku juga dapat membantumu dan melindungi diriku. Bagaimana menurutmu?"
    "Maaf, tetapi aku rasa kamu tidak bisa menggunakan pistol."
    "Hei, walupun aku terlihat bodoh, tapi aku bisa menggunakan pistol. Aku pernah menggunakan .... banyak pistol. Aku selamat dari Raccoon Crater karena aku menggunakan pistol."
    "Oke, ini." Leon melemparkan pistol kepada aku dengan beberapa selongsong peluru yang penuh.
    "Wow, terima kasih, Pak Kennedy!" Aku menaruh pistol di saku belakangku dan begitu juga dengan selongsongnya.
    "Hmm ..." Leon mengangguk.
    Kami melewati perbelanjaan dengan tidak ada hasil apapun. Aku tidak menemukan kakakku dan orang lain kecuali zombie-zombie yang terkutuk itu. Kami tidak tahu ke mana harus pergi lagi. Aku bingung tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan menemukan Melissa dan kami akan melarikan diri dari kota bersama-sama. Kami tiba di Patung Liberty. Taman itu begitu kotor dan sepi juga. Zombie dan anjing-anjing yang terinfeksi yang disebut Cerberus selalu berusaha untuk menyerang kita. Tapi aku punya pistol jadi aku bisa menembak mereka tanpa khawatir. Leon dan aku berjalan di sekitar taman. Tiba-tiba, kami mendengar seseorang berteriak marah.

    "Dasar anjing terkutuk!!" Itu adalah suara seorang wanita. Dia terdengar marah dan mungkin ia melawan Cerberus.
    "Leon, seseorang dalam bahaya! Mungkin itu kakakku. Ayo, kita harus cepat!" Aku berlari ke sumber suara.
    "Timmy! Oh, ya ampun ... " Leon mengikuti dari belakang. Sumber suara semakin dekat dan kami telah tiba di sisi timur taman. Kami melihat seorang wanita dengan rambut pirang dan pakaian merahnya menembak anjing-anjing itu. Dia sangat beruntung bahwa ia dapat membunuh mereka sendirian. Yang terburuk adalah bahwa dia bukan kakakku. Leon berjalan dan menyapanya.
    "Alyssa!"

    Wanita itu melihatnya. Aku baru saja menyadari hal itu. Wanita itu Alyssa Ashcroft, orang yang selamat dari Raccoon City. Aku berlari ke arahnya juga.

    "Hei, lihat! Siapa ini? Pak Kennedy. Bagaimana kabarmu?"
    "Baik. Kamu?"
    "Baik juga. Lihat. Aku baru saja membunuh beberapa anjing. Dan ... bagaimana dengan kamu? Berapa banyak makhluk yang telah kamu bunuh?"
    "Tidak banyak."
    "Leon!" Aku memanggil Leon. Wanita itu menatapku.
    "Hei, kau anak itu, kan? Adik petugas Bold. Bagaimana kau bisa ada di sini?"
    "Aku…aku mencari kakakku. Apakah kamu pernah melihatnya?"
    "Melissa? Dia ada di Liberty University. Remaja yang hilang harusnya terjebak di kampus. Polisi ada di sana juga."
    "Beberapa remaja hilang?" tanya Leon pada Alyssa.
    "Ya. Keluarga mengira bahwa mereka terjebak dalam kampus atau sekolah mereka. Tapi beberapa dari mereka berpikir bahwa mereka diculik oleh Alexia."
    "Alexia. Mengapa ia melakukan hal itu? Apa gunanya remaja untuk dia?"
    "Leon, kita harus pergi ke sana. Siapa tahu, Melissa masih ada! Ayo, Leon!" Aku menarik tangan Leon, tetapi ia tidak bergerak.
    "Ya, Timmy. Kita akan pergi ke sana. Alyssa, kamu akan pergi bersama kami?"
    "Aku? Umm ... harusnya ada lebih banyak berita yang akan terkumpul di sana. OK, aku akan pergi dengan kalian berdua."
    "Kau masih suka untuk mengumpulkan berita di usiamu yang hampir 40?"
    "Ya, mengumpulkan berita adalah hidupku. Aku sudah melakukannya selama sekitar 15 tahun."
    "Leon, ayo!" Aku menarik tangan Leon lagi.
    "Ya, Timmy. Kami pergi sekarang. Ayo kita pergi!"
    "Ayo kita pergi!" Alyssa meletakkan pistol di sakunya dan berjalan bersama kami.
     
    Last edited: Aug 14, 2011
  9. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    ^
    maaf e, maklumsaya bkn pengarangnya, saya cuma copas.

    Aku berlari ke kampus. Kampusku adalah Universitas Liberty. Aku sangat menyukainya. Itu kampus yang baik. Penuh dengan tawa dan lelucon. Tapi aku tidak tahu seperti apa tempat itu sekarang. Perjalanan ke kampus itu penuh tantangan. Beberapa lampu jalan jatuh dengan alasan tak terpikirkan. Para zombie itu muncul dari banyak tempat yang tak terduga. Kami bekerja sama untuk melawan mereka. Akhirnya, kami tiba di gerbang kampus. Aku berlari ke pintu kampus seperti seorang pemimpin.

    "Ayo! Cepat! Sebelah sini!!" Aku melambaikan tangan dan terus berlari. Leon dan Alyssa mengikutiku. Aku sampai di pintu dan meraih kenop pintu. Tiba-tiba pintu hancur dengan alasan yang tidak biasa. Sesuatu yang panjang seperti lidah menghancurkan pintu seperti tombak. Aku terkejut. Di balik pintu itu ada seorang manusia yang tampak seperti makhluk dengan kulit merah dan posisi yang gila. Dia tergantung di langit-langit dengan 4 kaki. Ia memiliki lidah yang panjang.

    "Regis Licker! Timmy, kembali ke sini!!" Aku mendengar Alyssa berteriak. Ketika aku menoleh ke arahnya, makhluk ini menggunakan lidahnya dan mencekik leherku. Aku tidak bisa berbicara. Aku merasa sangat kesakitan. Makhluk itu mengangkatku seperti kelinci mati.

    "Timmy!!" Aku melihat Leon mengeluarkan senjatanya dan siap untuk menembak makhluk itu. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku terus berjuang tapi itu tidak membantu tapi malah membuatku merasa lebih kesakitan.

    "Leon, tembak matanya! Itu adalah bagian yang paling lemah!" Aku mendengar Alyssa berteriak pada Leon. Leon mengangguk dan menembak. Peluru itu mengenai matanya. Makhluk itu tampaknya marah. Ia melemparku ke gedung kampus. Aku terpisah dari Leon dan Alyssa. Mereka berada di luar kampus, sementara aku di dalam kampus. Satu-satunya jalan untuk keluar diblokir oleh makhluk itu. Dengan sisa peluru yang aku miliki, aku menembak punggungnya. Leon dan Alyssa menembak matanya.

    "Leon, kita tidak dapat membunuhnya dengan senjata ini! Kita membutuhkan sesuatu yang dapat digunakan untuk menembak dengan mata secara langsung!"
    "Seperti senapan?"
    "Ya!"
    "Tapi kita tidak punya senapan!"

    Setelah berkata seperti itu, seseorang menembak mata makhluk itu dari jauh. Makhluk itu jatuh dan mati. Leon dan Alyssa menatap laki-laki misterius itu. Dia memanggil.

    "Leon!" Dia adalah seorang laki-laki berambut cokelat dengan rompi hitam. Dia berlari ke arah Leon.
    "Chris!" kata Leon. Aku melihat pada Chris. Dia baru saja membantu kami dari makhluk gila itu. Aku berlari ke arah mereka.
    "Chris! Kamu telah membantu kami! Terima kasih!" Aku berterima kasih padanya dan tersenyum.
    "Ya, Tim." Ia memperlihatkan sebuah senyum juga.
    "Apa yang kamu lakukan di sini, Chris?" tanya Leon.
    "Aku di sini di bawah perintah Jenderal. Dia khawatir tentang kamu dan anak-anaknya. Dia mengatakan kepadaku untuk menemukanmu dan membawa kamu ke pusat evakuasi."
    "Ayahku memerintahkan kamu juga? Dia itu terlalu khawatir. Kami baik-baik saja. Benar kan, Leon?"
    "Hmm, mungkin."
    "Apa artinya dengan "mungkin"?"
    "Kita baru saja diserang oleh monster aneh dan kamu hampir mati. Apakah kamu menyebutnya baik-baik saja?"

    "...." Aku memilih untuk tidak berbicara. Leon terus menempatkan aku di tempat pecundang. Aku benci itu. Aku memutuskan untuk tetap diam. Aku tidak ingin Leon mengatakan hal-hal yang lebih buruk tentang aku. Aku tahu bahwa akulah yang menempatkan mereka dalam bahaya tapi aku hanya melakukan yang terbaik. Aku berjalan kembali ke gedung kampus. Aku tidak peduli dari mereka lagi. Aku tidak peduli apakah mereka akan meninggalkan aku atau tidak. Aku tidak peduli.

    "Hei, guys. Kalian baru saja melupakan seseorang." Aku mendengar Alyssa berbicara dengan orang-orang.
    "Apa? Siapa kau?" Chris menatap Alyssa.
    "Namaku Alyssa Ashcroft. Seorang wartawan. Aku adalah seorang warga Raccoon City. Kamu?"
    "Aku Chris Redfield. Aku seorang agen pemerintah sama seperti Leon. Senang bertemu denganmu, Nona Ashcroft."
    "Yeah. Senang bertemu denganmu juga, Pak Redfield."
    "Hei, di mana Timmy?"
    "Ah, hampir lupa. Dia pergi ke gedung sendiri! Apa yang ada dalam pikirannya? Apa dia mencari mati?"
    "Entahlah. Kita lebih baik mengejarnya sekarang!" Leon berlari ke gedung.
    "Chris Redfield. Siap melayani!" Chris berlari juga.
    "Alyssa Ashcroft. Siap untuk meliput berita!" Alyssa berlari juga.

    Aku berjalan di lobi. Semua loker hancur. Aku tidak bisa melihat mana yang lokerku. Aku terus berjalan. Aku melewati kelas bahasa, kelas sains, dan ruang olahraga. Kantin. Aku ingat bagaimana aku melemparkan saus cabai ke wajah Darren. Dan semua orang mulai melempar makanan mereka. Hal itu sangat menyenangkan tapi sekarang, aku tidak yakin apa yang sudah terjadi pada kantin. Aku membuka pintu kantin dan memasuki ruangan.

    "Halo? Ada orang di sini?" Aku berteriak.
    Kantin berantakan. Sama seperti tempat lain. Kotor, darah di mana-mana dan meja-meja dan kursi hampir tidak berbentuk. Aku berjalan ke dapur. Tidak ada siapapun di dalam dapur yang kotor itu, kecuali darah dan makanan busuk. Mereka berbau sangat buruk. Sebuah suara aneh terdengar. Seperti seseorang mencoba berdiri. Jantungku berdetak sangat cepat. Aku berjalan, dengan sangat hati-hati, ke suara aneh itu. Aku terkejut ketika aku melihat Darren, tergeletak di lantai dengan punggung di atas. Dia berdarah dan kesakitan. Aku mendekatinya. Dia adalah musuhku di kampus tapi tidak ada waktu untuk hal seperti itu sekarang.

    "Darren, apa yang terjadi?"
    "... .." Darren tetap diam. Dia gemetar.
    "Darren, katakan sesuatu!" Aku membalik badannya dan menjadi lebih kaget daripada sebelumnya. Wajahnya ... hampir tidak berbentuk. Dia berdarah dan darah keluar dari mulutnya.
    "Darren ..."

    Tiba-tiba, ia bangun dan meraih pundakku. Dia membuka mulutnya dan mencoba menggigit aku. Aku memberontak. Aku sangat beruntung karena aku bisa menendang dadanya. Ia terlempar. Aku berjalan mundur. Haruskah aku membunuh dia? Aku mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke dahi Darren. Dia berjalan seperti zombie. Dengan lambat dan bodoh. Aku tak punya pilihan selain menembaknya. Aku menembaknya tepat di dahinya. Ia jatuh dan meninggal.

    "Maafkan aku, Darren ..."
    "Jangan bergerak!" Teriak seseorang di belakangku.
    "Angkat tangan!" Perintahnya. Aku meletakkan tangan ke atas. Aku tidak melihat dia dan aku tetap diam.
    "Lihat aku!" Aku membalikkan tubuh dan melihatnya. Dia adalah seorang polisi dengan rambut hitam. Dia mengarahkan pistolnya padaku. Aku mencoba berbicara.
    "Hei, ada apa?"
    "Hei, Nak. Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus dievakuasi. Ayolah."
    Ia menurunkan senjatanya dan berbicara pelan. Aku terus diam di tempat aku. Dia aneh. Meskipun ia adalah seorang polisi, tetapi aku tidak benar-benar percaya padanya.
    "Apa yang salah? Aku tidak akan menyakitimu. Ayo ikut aku."
    "Eh ... Maaf, aku ..."
    "Henry, ada apa di dalam?" Suara yang sangat akrab, lembut dan tenang. Itu suara Melissa! Dia benar-benar ada di sini! Aku memanggilnya.
    "Melissa!"

    Melissa berjalan ke ruangan. Dia berseragam polisi dengan rambut merahnya yang diikat ke belakang dan mata biru yang indah. Dia menatapku.

    "Timmy, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus dievakuasi."
    "Melissa!" Aku berlari ke arahnya dan memeluknya. Ia mengusap rambut pirangku.
    "Melissa, aku..aku sangat khawatir padamu ..."
    "Ya, Timmy. Tapi tidak apa-apa sekarang. Aku di sini dan aku baik-baik saja."
    "Ayo kita pergi dari sini bersama-sama." Aku melepaskan pelukanku. Dia mengangguk.
    "Ya, kita akan keluar dari sini bersama-sama. Um .. mana Leon?"
    "Leon? Um ... Aku-aku ... meninggalkan dia di luar gedung ini. Dia selalu menempatkan aku di tempat pecundang. Aku tidak suka itu!"
    "Ini tidak berarti bahwa kamu bisa meninggalkan dia. Henry, kau sudah memeriksa semua ruangan?" Melissa mengalihkan mata dari aku ke polisi berambut hitam itu.
    "Ya, dan tidak ada remaja yang hilang di sini," katanya.
    "Oke, ayo kita pergi ke pusat evakuasi dan menceritakan hal ini kepada Jenderal. Dia pasti sedang memikirkan anak kecilnya sekarang."
    "Tapi pertama-tama, kita harus mencari Leon. Aku ingin meminta maaf padanya ..."
    "Itu baru adikku." Melissa tersenyum padaku tapi aku tidak bisa memberinya senyum. Aku merasa sangat bersalah karena sudah meninggalkan Leon dan yang lain di luar sana. Leon pasti sangat khawatir. Aku harus minta maaf kepadanya.

    Kami berjalan keluar dari kantin. Aku menyembunyikan pistol di saku belakangku karena aku tahu Melissa akan mengambilnya dariku jika ia melihatnya. Aku tidak bisa membantu mereka untuk melawan para zombie yang kami temui di dalam gedung. Aku hanya bisa bersembunyi. Aku ingin membantu mereka tapi aku juga tidak ingin Melissa mengambil pistolku. Aku berjalan di belakang mereka. Ketika melewati laboratorium sains, kami bertemu dengan Leon, Chris dan Alyssa. Mereka terkejut melihatku dengan 2 polisi. Leon berjalan ke arahku dan meletakkan tangannya di pundakku.

    "Timmy, dari mana saja kau? Kau membuat kami sangat khawatir."
    "Aku sudah mengatakan padamu. Aku sedang mencari Melissa."
    "Yang mana dia?"
    "Aku Melissa, kakak Timmy."
    "Lihat, kakakmu baik-baik saja. Kau hanya terlalu khawatir. Sekarang ayo kita pergi ke pusat evakuasi."
    "Leon .." Aku melihat padanya. "Maafkan aku ..."
    "Tentang apa?" Ia menatapku bingung.
    "Aku…aku meninggalkan kalian dan membuat kalian semua khawatir. Aku hanya ..."
    "Shh .. Aku mengerti. Aku minta maaf untuk menempatkanmu di tempat yang pecundang. Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji."
    "Sungguh? Yeah, itulah yang aku inginkan!"

    Kami melanjutkan perjalanan kami. Kami keluar dari gedung ke pusat pengungsian. Semua orang sepertinya ingin bicara. Melissa, Alyssa dan polisi berambut hitam berbicara satu sama lain. Mereka terlalu menikmati hal itu dan mereka tidak memperhatikan apa-apa lagi. Mereka terus berbicara dan tertawa. Leon dan Chris, juga, berbicara dengan satu sama lain. Sedikit percakapan mereka yang aku mendengar adalah tentang seorang wanita bernama Ada Wong. Leon memerah ketika Chris menyebutkan namanya. Aw, sepertinya, Leon jatuh cinta dengan wanita itu. Aku tidak ingin mengganggu mereka sehingga aku tetap diam dan berjalan di belakang mereka. Aku mendengar suara aneh seperti seekor serangga yang sedang terbang. Aku melihat sekeliling tetapi tidak menemukan apa-apa.

    "Hei, kau dengar itu?" Alyssa berbicara. Sepertinya ia mendengar suara itu juga.
    "Aku mendengarnya. Apa ada yang mendengarnya lagi?" Aku menjawab dan bertanya kembali ke yang lain.
    "Umm ... tidak. Aku tidak mendengar apa-apa," kata Chris.
    "Leon?" Aku bertanya.
    "Tadi aku mendengarnya tapi sekarang sudah tidak."
    "Melissa?" Aku berpaling kepadanya dan bertanya padanya.
    "Yeah ... aku tidak mendengarnya tapi aku bisa mencium bau serangga. Aku benci sekali pada serangga!"

    Melissa pembenci serangga sejak ia masih kecil. Dan dia dapat mengetahui keberadaan serangga dengan menghirup bau mereka. Dia sangat lucu. Aku menyebutnya lucu karena dia aneh.

    Semua orang masih bingung dengan kebisingan itu. Aku bisa mendengar suara itu semakin dekat, dekat, dan dekat. Sekarang, semua orang bisa mendengarnya.

    "Dia datang! Hati-hati!" Alyssa memperingatkan kami.
    "Aahh ...!" Tiba-tiba, aku merasa seseorang atau sesuatu yang menarik tubuhku dan membawaku pergi! Itu sangat cepat. Semua orang terkejut.
    "Timmy!!" Aku mendengar Melissa dan Leon berteriak. Aku menyadari apa yang baru saja menculikku. Itu adalah serangga. Dia besar, dan kuat. Dia terbang membawa aku bersama dengannya.
    "Melissa, tolong aku!! Leon!! Tolong!!!” Serangga itu terbang lebih tinggi dan lebih cepat. Aku terus berteriak. Kabut datang dan membuat pengelihatan menjadi kabur. Aku tidak bisa melihat mereka lagi sekarang. Oh, tidak ... aku kehilangan mereka. Bagaimana aku bisa pergi ke pusat evakuasi jika aku tidak tahu jalan? Serangga sialan ini terus terbang dan terbang. Aku merasa tidak enak. Aku punya perasaan yang sangat buruk.

    Sepertinya serangga itu mengurangi kecepatannya. Kami tiba di sebuah jalan di depan bangunan komersial. Serangga itu menjadi lebih lambat dan menurunkan aku di depan tangga menuju stasiun bawah tanah. Aku berdiri dan menggosok punggungku. Aku melihat ke sekeliling tempat itu. Beberapa mayat tergeletak di tanah dan beberapa dari mereka terjebak dalam mobil mereka dan tersangkut di jendela mobil. Aku melihat jam tanganku dan itu menunjukkan pukul 12. Tiba-tiba mayat-mayat itu bangun! Seperti biasa, mereka zombie. Mereka terlalu banyak! Tidak mungkin aku bisa mengalahkan mereka semua. Aku berlari turun ke stasiun bawah tanah.

    Stasiun ini sangat gelap. Hanya ada beberapa lampu. Mesin penjual tiket yang rusak dan bernoda darah. Poster dan brosur bertebaran di lantai beton. Ada banyak zombie. Aku berlari ke tingkat yang lebih dalam di stasiun, ke peron. Ada sebuah kereta yang tertinggal. Satu terowongan tampaknya masih dapat diakses tapi terowongan lain terhalang oleh sejumlah besar batu-batu besar. Aku menyadari bahwa tempat ini terlihat seperti stasiun bawah tanah Raccoon City. Bagaimana bisa? Hal ini sangat aneh.
    Ketika aku sampai di dekat kereta, serangga sebesar anjing, melompat turun dari kereta. Aku mengambil beberapa langkah mundur. Serangga itu mencoba untuk menyerangku. Aku melemparkan infus darah yang aku temukan di bawah sebuah bangku yang patah dan mereka mendatangi infus itu. Wadah infus darah itu pecah dan darah keluar. Mereka menjilatinya dan sepertinya menikmatinya. Aku menyelinap dan melarikan diri kembali ke lantai atas. Aku masuk kantor dan aku menemukan kunci untuk membuka pintu ruang istirahat di ruang kendali. Ada banyak peluru jadi aku mengambil sebanyak mungkin dan meletakkannya di saku. Aku pergi ke ruang istirahat. Aku pikir itu cukup jauh dari ruang kontrol, sebenarnya ini hanya beberapa meter dari ruang kendali. Aku menggunakan kunci dan pintu terbuka.

    Sesuatu mengatakan padaku untuk membuka loker. Ada beberapa pakaian yang tidak terpakai dan kunci dengan label yang terbaca: ruang pengoperasian. Aku pergi ke kamar. Ada monitor yang menunjukkan hal yang aneh. Itu tampak seperti puzzle. Aku memecahkan teka-teki. Hmm, itu cukup mudah. Aku seorang ahli komputer. Tidak mungkin aku tidak bisa memecahkan hal seperti ini. Tiba-tiba, aku mendengar beberapa perhatian. "Perhatian penumpang. Kereta akan berangkat dalam waktu singkat. Semua penumpang disarankan untuk masuk ke kereta." Wow, kereta telah siap berangkat. Aku lari ke peron dan masuk ke kereta. Aku berjalan ke kursi penumpang. Aku merasa aneh saat aku melewati jendela besar. Aku melihat itu. Besar atau serangga raksasa memecahkan jendela dan menyambar aku. Ini membawa pergi." Tidak .. Aku bosan diculik! Aku ingin bebas! Serangga bodoh, lepaskan aku!!"

    Aku terus berjuang. Jeritan bukanlah hal yang berguna karena tidak ada seorang pun di sini untuk membantuku. Di mana semua orang? Di mana kau, Melissa, Leon? Dimana kalian? Aku butuh bantuan!

    Aku menatap serangga. Serangga yang sama yang pernah kutemui sebelumnya tapi itu yang terbesar. Sepertinya dia adalah sang ratu. Dia membawa aku ke terowongan timur. Dia menurunkanku. Aduh ... punggungku benar-benar sakit. Aku berdiri dan terkejut. Tempat itu penuh dengan lendir dan mayat. Semuanya menakutkan. Serangga itu menatapku dan mengayunkan tangan panjangnya yang tajam untuk menyerang aku. Aku begitu ceroboh dengan membiarkan ia melukai lengan kiri aku. Aku melompat ke belakang dan beruntungnya aku! Ada shotgun! Aku memungutnya dan menggunakannya untuk membunuh serangga. Aku menembak kepalanya dan ia memberontak. Beberapa serangga kecil lainnya datang. Mereka mengguling tubuh mereka dan bergerak begitu cepat. Sekali lagi, mereka melukaiku. Sekarang tangan kiriku terasa seperti mati. Dengan sisa peluru dan energi, aku menembak kepala ratu serangga beberapa kali dan ia mati. Aku duduk di tanah. Lengan kiriku terasa sangat sakit. Berdarah. Bekas luka yang disebabkan oleh serangan bodoh Kenneth tergores lagi dan berdarah. Itu sangat menyakitkan. "Perhatian penumpang. Kereta akan berangkat dalam waktu singkat. Semua penumpang disarankan untuk masuk ke kereta." Pengumuman itu! Kereta akan berangkat! Aku harus bergerak cepat. "Perhatian penumpang. Kereta akan berangkat dalam waktu singkat. Semua penumpang disarankan untuk masuk ke kereta." Pengumuman itu terdengar lagi. Sedikit lagi, aku akan sampai ke kereta. Aku berlari dan melompat ke kereta. Kereta itu bergerak. Melewati terowongan dan sampai ke permukaan. Sebuah pemandangan hijau segar terlihat. Aku duduk di kursi penumpang masih memegang lengan kiriku. Aku menatap jendela. Sebuah gunung, pohon-pohon tebal, dan beberapa pohon musim gugur. Udara begitu segar. Aku berbaring di kursi dan tertidur.

    Aku terbangun oleh beberapa kebisingan. Kereta berhenti di sebuah stasiun. Aku keluar dari stasiun. Pemandangan itu semua hijau dan oranye. Pohon-pohon mati dan daun-daun kering membuat hutan ini terlihat menakutkan. Aku tidak punya pilihan selain menjelajahi hutan. Beberapa langkah dan aku terkejut. Seseorang menendang punggungku. Aku jatuh.

    "Berdiri dan letakkan tanganmu." Suara seorang wanita yang terdengar dingin memerintahkan aku untuk berdiri dengan tangan ke atas. Dia meletakkan sesuatu di punggung aku dan aku pikir itu pistol. Aku berdiri dengan tangan di atas. Aku tidak melihatnya sampai dia memerintahkan aku untuk melihatnya.

    "Berputarlah dan lihat aku."

    Aku melakukan seperti apa yang dia katakan padaku. Seorang wanita Cina dengan rambut hitam pendek dan mata sipit mengarahkan sebuah pistol ke hidungku. Err ... dia cantik dengan gaun merahnya tapi menakutkan dengan pistolnya.

    "Jadi ... apa yang terjadi?" Aku bertanya.
    "Oh!" katanya.
    "Apa?"

    Dia turun pistol dan berbalik kembali. Dia berjalan pergi.
    "Hei, siapa kau? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kau ...", sebelum aku selesai, wanita itu berbicara.
    "Di mana Leon? Katakan padanya bahwa aku telah kembali." Dia menggunakan grapple gun-nya dan menghilang.
    "Apa?! Apa maksudmu? Aku tidak mengerti. Hei, kembali!!" Terlambat dia sudah pergi. Bagaimana dia bisa tahu Leon? Apakah mereka seorang teman atau apa? Aku terlalu bodoh untuk berpikir tentang hal itu jadi aku berjalan lagi ke hutan. Ketika aku melewati beberapa barel dan kotak, seseorang memanggilku.
    "Timmy!" Aku melihat orang itu. Itu Leon! Dia datang untuk menyelamatkan aku. Aku berteriak padanya.
    "Leon!" Aku berlari ke arahnya.
    "Timmy, kamu baik-baik saja?" tanyanya.
    "He-eh", aku mengangguk. Dia menatap lukaku.
    "Apa yang terjadi dengan lengan kamu?"
    "Eh ... Aku hanya melawan beberapa serangga .. Dan lenganku sakit. Itu saja. Tak perlu khawatir."
    "Oke, kalau kau bilang begitu. Ayo kita pergi ke pusat evakuasi."
    "Ya, ayo kita pergi!"

    Kami berlari ke hutan. Ada banyak zombie dengan bunga aneh dan tentakel di belakang mereka. Mereka menyemprotkan semacam bau. Tampaknya beracun. Leon selalu melindungi aku dari zombie. Dia benar-benar seorang Agen Pemerintah yang baik. Tidak heran ayahku memilih dia untuk menyelamatkan aku. Kami tiba di sebuah desa. Desa itu sepi, menakutkan. Ada api unggun di tengah-tengah desa. Tampaknya para penduduk desa masih ada di sana karena aku melihat beberapa ayam dan sapi. Aku melihat beberapa orang di depan sebuah pintu dengan lambang aneh. Aku ingin tahu apa yang mereka lakukan. Mereka tidak terlihat seperti zombie. Jadi, aku pikir tidak apa-apa untuk bertanya kepada mereka tentang beberapa pertanyaan.

    "Hei, Leon, lihat! Ada beberapa orang di sana. Mungkin mereka tahu sesuatu ...", aku menunjuk ke penduduk desa.
    "Mereka ..."
    "Aku akan bertanya kepada mereka." Aku berlari ke arah mereka.

    Aku mencapai mereka dan bertanya kepada mereka. Mereka semua kotor dan mengenakan pakaian kotor. Apakah tidak ada air di desa ini sehingga mereka tidak pernah mencuci pakaian mereka?
    "Permisi ... Aku.." Aku berhenti ketika mereka menatapku. Wajah mereka sangat menakutkan. Kotor dan bola mata mereka berwarna merah. Aku tidak pernah melihat bola mata merah sebelumnya. Dan ini adalah pertama kalinya.
    "Que te pasa, nino?" mereka bertanya.
    "Eh?? Apa? Maaf, aku tidak mengerti dengan kata-katamu. Dapatkah kamu berbicara bahasa Inggris?" Aku menjawab ketika mereka berbicara dalam bahasa Spanyol.

    "Un adolescente!"
    "Un adoles .... Apa? Dapatkah kamu berbicara bahasa Inggris?"
    "Niño captura lo!!" Orang desa yang lain berbicara kepada aku. Penduduk desa lain menatapku. Mereka menatapku dengan mata merah mereka yang menakutkan. Aku mengambil beberapa mundur.
    "Umm ... setelah aku pikir-pikir .. Aku berubah pikiran ... a…aku harus pergi ...", aku mencoba berlari, tetapi mereka memegang pundakku.
    "Mereka Ganado! Timmy!!" Leon berteriak dan berlari ke arahku.
    "Aahh!! Leon!!" Mereka menangkap aku. Salah satu dari mereka menempatkan aku pada bahu mereka. Dia berjalan pergi. Aku terus memberontak tapi tetap tidak bisa bebas.
    "Leon, tolong aku!!"
    "Timmy!"

    Beberapa penduduk desa keluar dari gedung dengan pintu berlambang aneh. Mereka membawa beberapa senjata seperti sabit, garpu, obor, dan yang terburuk adalah bowgun. Mereka menyerang Leon. Aku tidak bisa membantunya. Aku hanya bisa memberontak dan dibawa pergi. Pria itu membawaku ke gedung dan mengunci pintu. Oh, man ... itu terjadi lagi ... aku diculik! Aku tidak suka! Aku hanya ingin bebas! Siapa pun, tolong aku!!

    "Uh ..." Pria itu menjatuhkan aku di lantai. Aku melihat ke arahnya. Dia dan teman-temannya semua menakutkan. Aku memalingkan wajah ke kiri. Aku tidak ingin melihat wajah mereka yang menakutkan. Dia berbicara dengan teman-temannya dalam bahasa Spanyol. Aku tidak pintar dalam bahasa Spanyol dan aku tidak mengerti dengan mereka.
    "Hei!"
    Mereka memanggil aku. Ketika aku melihat pada mereka, mereka memukul aku dengan sebatang kayu. Aku jatuh. Penglihatan menjadi kabur, pikiranku kosong. Aku tidak bisa ... aku tidak bisa ...
    "Hei, bangun! Apa kau bisa mendengarku?"
    Suara seorang wanita membuatku terbangun. Aku terbangun dan memegang kepalaku.
    "Uh ... di mana aku?"
    "Kamu baik-baik saja?"
    Aku melihatnya. Dia adalah perempuan berbaju merah yang aku temui di depan stasiun. Dia tampak baik sekarang tapi masih misterius.
    "Kau ..."
    "Jangan takut. Aku di sini untuk menolong kamu, Timmy."
    "Hah, bagaimana kau bisa tahu namaku? Aku bahkan tidak tahu namamu."
    "Ini merupakan bagian dari misiku. Sekarang kau bebas. Kembali dan temukan Leon!"
    "Tunggu, apa maksudmu dengan misi? Siapa kau?"
    "Panggil saja aku Ada. Sekarang pergilah! Tidak ada banyak waktu yang tersisa."
    "O-OK!", Aku pergi dari ruangan.

    Di luar ruangan adalah gereja. Aku turun tangga dan keluar dari gereja. Aku menjadi lebih terkejut ketika aku melihat halaman gereja yang merupakan sebuah kuburan. Banyak batu nisan dan burung gagak. Tempat itu sangat gelap. Aku berjalan ke sisi kanan gereja. Pemandangan di samping jalan adalah sebuah danau. Sungguh indah tapi seperti biasa, menakutkan. Aku senang bahwa aku masih punya senjata. Aku bisa melawan orang-orang itu tanpa khawatir.

    "El preso de escapado!"
    "Ahí está!"

    Aku mendengar orang-orang berteriak lagi. Mereka berlari ke arah aku dengan beberapa obor dan arit. Aku lari dari mereka. Aku mengeluarkan senjata dan menembak mereka. Mereka terlalu banyak. Aku tidak bisa mengalahkan mereka semua. Aku terus berlari dan berlari. Shoot! Jalan di depanku dihalangi oleh sebuah batu besar. Aku berhenti dan berbalik kembali kepada mereka. Mereka menatapku dengan mata merah mereka yang menakutkan. Pistol ini adalah satu-satunya harapan. Aku mengarahkannya dan menembak mereka satu demi satu.

    "Aku tidak akan kalah!!", Aku berteriak. Aku memejamkan mata dan terus menembak. Pistolku terasa begitu panas. Aku telah menembak mereka semua, aku rasa begitu. Aku membuka mata dan terkejut. Mereka semua sudah mati. Aku bersorak. Aku berhasil. Dengan keahlianku sendiri dan senjataku sendiri. Yah, ini sebenarnya bukan pistolku. Tapi Leon memberikannya padaku jadi ini adalah milikku. Aku melanjutkan perjalanan untuk mencari Leon seperti apa yang wanita itu katakan kepada aku. Oh, aku baru ingat. Dia mengatakan padaku untuk memberitahu Leon bahwa dia telah kembali. OK, aku tidak akan lupa lagi. Batu itu terlalu besar. Tapi terlihat seperti bisa didaki. Jadi, aku naik ke batu itu. Pendakian yang sulit. Aku berhasil dan melompat ke sisi yang lain.

    Aku tiba di hutan lagi. Aku berjalan di hutan. Saat itu dingin dan gelap. Zombie bertentakel itu yang masih ada. Aku hanya bisa berharap pada pistol Glock 17 yang Leon berikan padaku. Beberapa monster kalajengking muncul. Mereka terlalu kuat. Jauh lebih kuat daripada zombie bertentakel. Aku butuh sesuatu yang lebih kuat daripada pistol ini. Seperti shotgun. Ya, sebuah shotgun! Tapi di mana aku bisa menemukannya? Kabur lebih baik daripada berpikir tentang hal itu atau monster-monster itu akan memakanku. Aku berlari sangat cepat untuk kabur dari monster kalajengking yang merangkak di tanah. Aku berlari ke mana pun aku bisa dan tersadar bahwa aku telah tiba di jalan gunung. Ini adalah jalan gunung yang sangat kukenal. Jalan gunung di Arklay Mountain. Mengapa aku tiba di sini? Apa ini? Apakah aku bermimpi atau apa? Tapi luka di lengan kiriku terasa begitu menyakitkan. Tidak mungkin mimpi. Tapi apa ini??

    Aku terus berjalan dan tiba di sebuah jembatan. Aku melewati jembatan. Jembatan itu sangat tua. Ketika aku berjalan di atasnya, suara retakan dapat didengar dengan jelas. Sungai di bawah jembatan itu berisi beberapa batu besar. Jika aku jatuh, maka aku akan mati. Aku harus sangat berhati-hati. Aku berjalan dengan tenang, diam-diam dan perlahan-lahan. Sebuah suara retak mulai terdengar lagi. Aku menoleh ke belakang. Oh, Tuhan!! Jembatan ini mulai hancur! Aku berlari cepat untuk mencapai sisi yang lain. Jembatan hancur. "Oh, sialan!!" Terlambat. Jembatan hancur sebelum aku tiba di sisi lain. Aku meraih ujung jurang dengan lengan kiriku. Aku mencoba untuk sampai ke atas. Ugh, lengan kiriku terasa begitu ... menyakitkan tapi akhirnya aku sampai di atas jurang. Tidak ada jalan untuk kembali. Tidak ada pilihan kecuali menjelajahi tempat itu.

    Sebuah halaman yang kotor, penuh dengan tanaman rambat dan semak-semak liar. Ada gedung kecil seperti tempat penjaga keamanan. Aku mendekati gedung. Tapi tidak ada seorang pun di sana. Ada sebuah bangunan besar. Aku memasuki gedung melalui sebuah pintu besi tua berkarat. Ini bisa jadi tempat berbahaya aneh lainnya. Tapi kalau aku tinggal di gunung, aku akan mati menjadi makan malam zombie atau orang-orang bermata merah itu akan datang untuk menangkapku lagi. Satu-satunya teman yang aku miliki sekarang adalah pistol ini. Aku harus bertahan. Aku harus hidup.

    Pintu itu membawaku ke sebuah lobi yang kotor. Beberapa sampah dan beberapa batu-batu berserakan di lantai yang dulunya putih bersih. Semuanya itu kotor, bernoda darah dan Yikes ..! Mereka tidak pernah membersihkan gedung ini. Tapi bangunan siapa ini? Bangunan macam apa ini?? Aku melihat ke kiri. Sebuah lift! Aku rasa aku dapat menggunakannya untuk sampai ke lantai atas dengan lebih cepat. Aku lari tapi berhenti ketika seseorang membuka pintu secara paksa. Itu Leon! Aku memanggilnya.

    "Leon!!"
    "Timmy, lari! Lari!" Leon meraih tanganku dan menarikku. Dia sekali lagi bertindak aneh.
    "Hei, apa yang terjadi? Kenapa kau lari seperti itu?? Apa yang mengejarmu??"
    "Seorang laki-laki. Laki-laki membawa kapak, bertelanjang dada, tubuh besar!!"
    "Apa?!"
    "Tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Lebih baik cari tempat persembunyian!!"
    Tiba-tiba, seorang pria memegang kapak besar datang dari pintu yang sama dari mana Leon berasal. Apa dia orang yang Leon bicarakan? Oh, aku ingat siapa dia. Alyssa pernah mengatakan padaku tentang orang ini. Dia adalah Axeman yang pernah mengejar Alyssa ketika ia berada di rumah sakit di Arklay Mountain. Tapi, kenapa kita tiba di sini??
    "Leon, mengapa kita di sini? Aku pikir semua tempat ini aneh. Apakah ini sebuah mimpi atau apa?"
    "Aku tidak tahu ...." Leon membawa aku ke sebuah pintu di sisi kanan lobi.

    Axeman berhenti mengejar kami. Yah, aku pikir dia berhenti. Sebuah lobi yang lain. Sebuah kursi roda memblokir jalan di depan kami. Aku membuka pintu di sebelah kiri kami. Kami tiba di sebuah ruang ganti.
    "Timmy, apa yang ganados lakukan padamu?" Tanya Leon.
    "Tidak ada. Memang kenapa?"
    "Tidak, aku hanya ... tetapi apakah kamu yakin?"
    "Yakin. Memang kenapa??"
    "Mereka terinfeksi dengan Las Plagas. Jadi, aku pikir mungkin menyuntikkan kamu dengan Plaga Egg.."
    "Tidak, mereka tidak menyuntikku dengan telur macam itu. Mereka hanya memukul kepalaku dan mengunciku di sebuah gereja. Oh, yeah. Leon, seorang wanita bernama ... Ada mengatakan bahwa dia telah kembali. Dia ingin aku mengatakan ini padamu. Siapa dia? Dia sepertinya mengenalmu dengan sangat baik."
    "Ada?" Leon memerah.
    "Ah, aku tahu .. Dia pacarmu, ya?" Aku tersenyum.
    "Tidak, dia hanya ... aku ..." ia tersipu lagi.
    "Pacar, kan? Hehehehe." Aku tertawa pelan. Aku tidak pernah berpikir bahwa menggoda Leon seperti ini begitu menyenangkan.
    "TIDAK!! Dia adalah teman yang aku dapatkan di Raccoon City 10 tahun lalu!"
    "Ah, seorang teman ... seorang pa ... car." Aku tertawa lagi.
    "Hentikan itu, Bold. Aku tidak suka. Apa ayahmu pernah mengajar kamu untuk bersikap sopan kepada yang orang yang lebih tua?"
    "Oke, aku akan berhenti." Aku berjalan mengelilingi loker. "Aku hanya ingin bersenang-senang ..." gumamku.
    "Apa yang kau katakan?" Leon berteriak.
    "Ah, bukan apa-apa."

    Sebuah genangan darah tampaknya menjadi sasaran kemarahanku. Aku menginjak lantai itu tapi hancur! Aku jatuh. Sialan!!

    "Leon!!"
    "Timmy!!" Leon mencoba meraih tanganku tapi dia tidak bisa. Aku telah jatuh cukup dalam. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Aku kehilangan dia. Kepalaku terbentur lantai dan aku pingsan.

    Udara dingin membuatku terbangun. Tempat itu sangat gelap, dingin dan lembab. Air mengalir dari pipa-pipa kecil. Air yang berwarna hijau gelap dan bau. Aku berdiri menggosok kepalaku.

    "Oh, sialan! Ini selalu terjadi! Aku hanya ingin pergi ke pusat evakuasi!!"

    Aku tidak punya pilihan selain untuk menjelajahi saluran air untuk menemukan jalan keluar. Ketika aku berjalan dalam selokan yang gelap, aku bisa merasakan udara dingin dari atas. Aku menengadah tapi aku tidak menemukan apa pun. Aku jalan lagi dan udara dingin terasa lagi. Aku menengadah lagi dan tak menemukan apa-apa lagi. Aku sangat bingung. Makhluk jenis apa yang mengikutiku? Apakah makhluk dengan kemampuan mimikri, atau seekor iguana besar? Aku terus berjalan tetapi makhluk itu terus mengikutiku. Aku berlari. Makhluk itu menampakan wujudnya. Ia adalah seekor serangga sebesar manusia. Tingginya setinggi ayahku. Sekitar 1, 92 meter persis seperti ayahku. Aku mencoba menembak, tapi peluru itu tidak berguna. Aku memilih untuk berjalan dan berlari. Aku berbelok ke kiri. Aku begitu ceroboh, aku menjatuhkan tabung N2O. Tabung itu jatuh dan gasnya keluar. Gas tersebut mencapai makhluk itu. Ia menjerit dan tubuhnya dapat dilihat dengan jelas. Aku menembaknya lagi dan peluruku mengenai tubuhnya. Ah, aku tahu! Makhluk ini lemah ketika diselubungi dengan gas. Ada banyak tabung N2O. Jadi, aku berlari lagi dan menjatuhkan setiap tabung yang aku lihat. Aku tiba di kamar dengan sebuah lift. Tampaknya ada orang yang menggunakan lift di lantai atas. Makhluk itu datang. Tubuhnya terlihat dengan jelas jadi aku menembaknya. Dia mencoba membunuhku. Aku melompat mundur. Aku melihat sebuah obor yang tergantung di dinding. Aku mengambilnya dan melemparkannya ke makhluk itu. Ia terbakar. Dengan beberapa peluru, aku membunuhnya. Ia jatuh dan berdarah. Darah hijau dan menjijikkan. Aku meletakkan kembali pistol ke saku belakang. Tiba-tiba, aku merasa sakit yang sangat hebat di kepalaku. Lengan kiriku yang berdarah terasa begitu menyakitkan juga. Aku duduk di lantai mencengkeram lengan kiriku. Darah keluar dari luka di lenganku. Apa yang terjadi? Apakah aku akan mati? Aku tidak ingin mati .. Aku memejamkan mata.

    Lift datang. Ada dua orang dalam lift. Seorang wanita dan seorang pria. Mereka keluar dari lift. Sang wanita memiliki rambut pirang panjang dan mengenakan gaun ungu yang indah sementara yang laki-laki mengenakan jubah merah. Wanita itu menatapku dengan mata birunya. Dia berjalan ke arahku. Aku tidak mengatakan apa-apa karena aku merasa sangat kesakitan. Dia meletakkan tangannya di tanganku yang mencengkeram lengan kiriku yang berdarah. Ini membuat tangannya bernoda darah. Sesuatu yang tidak akan pernah kupercayai, dia menjilat darah di tangannya. Yikes! Apa yang dia lakukan? Apakah dia gila atau apa? Dia berdiri dan memerintahkan laki-laki berjubah merah di belakangnya. Dia tinggi. Setinggi makhluk yang baru saja kubunuh. Dia mengangguk dan berjalan ke arahku. Dia memberdirikan aku dan memukul perutku. Ugh ... aku tidak bisa mengerti dengan orang-orang ini. Rasa sakit di perut dan aku pingsan lagi ...

    Aku terbangun di sebuah ruangan dingin yang aneh. Aku sedang duduk di kursi eksperimen putih yang besar. Tangan dan kakiku dirantai. Aku tidak merasakan sakit di lengan kiriku lagi. Ada benda aneh di atas kepalaku. Itu tampak seperti mesin pencuci otak. Wanita dan laki-laki tadi juga ada di sana. Pria itu berdiri di sampingku sedangkan wanita itu berdiri di depan sebuah komputer. Wanita itu menatapku dan berjalan ke arahku.

    "Selamat datang, Nak."
    "Siapa kau? Mengapa kau membawaku ke sini?"
    "Aku Alexia Ashford. Kamu seharusnya tahu tentang aku, kan?"
    "Aku tidak mengenalmu!"
    "Akulah yang mengambil alih kota. Dan juga para remaja."

    Aku baru ingat apa yang dikatakan Alyssa. Dia mengatakan bahwa Alexia telah mengambil alih kota. Dia juga menculik beberapa remaja. Apa yang dia inginkan dari remaja? Apa yang akan dia lakukan padaku? Aku ingin bebas! Dia adalah seorang Lady Ashford yang gila!

    "Ada apa, Nak? Apa kau takut?"
    "Tidak! Apa yang kau inginkan dari remaja?" Aku memberontak.
    "Beta Hetero Nonserotonin."
    "Beta ... apa?! Apa gunanya itu untukmu?!"
    "Aku dapat menggunakannya untuk menghidupkan kembali kakakku yang kukasihi, Alfred Ashford. Anak bernama Steve Burnside telah membunuhnya 10 tahun yang lalu."
    "Steve? Ah, jadi, kamu adalah wanita yang menyuntik Steve dengan T-Vero ... apalah, kan?!"
    "Itu benar! Bagaimana kamu tahu? Huh lupakan saja! Aku tidak butuh jawabanmu. Tunggu saja giliranmu untuk merasakan T-Veronica Virus.” Ia berjalan kembali ke komputernya.

    "Tidak mungkin!!", Aku memberontak lagi. Pria itu melihatku dan menunjukkan wajah yang aneh. Dia tampak seperti makhluk yang baru saja kubunuh. Dia meraih tanganku dan mengancamanku dengan wajahnya yang menakutkan. Aku berhenti ketika aku merasakan sesuatu yang panas di atas kepalaku. Mesin pencuci otak yang aneh itu bergerak dan sinar merah panas yang aneh keluar darinya. Sinar itu terlalu panas dan terlalu mengantuk ... mengantuk ... aku jatuh tertidur ...

    Aku membuka mata. Aku masih di ruangan, tetapi rantai telah dilepas. Wanita dan pria itu sudah tidak ada dimana pun. Aku bangkit dan berjalan. Aku berjalan ke pintu. Pintu tersebut terkunci dengan password. Aku berjalan ke komputer. Sesuatu tertulis di monitor.

    "Beta Hetero Nonserotonin ditemukan: 88%"

    Apa artinya? Delapan puluh delapan persen? Entahlah! Aku mengoperasikan komputer untuk mencari password untuk membuka pintu. Layar menunjukkan sebuah kotak untuk memasukkan sandi. Aku tidak tahu passwordnya. Apa yang harus aku lakukan??

    "Apa passwordnya? Aku tidak tahu. Eh, tunggu. Wanita itu Alexia Ashford. Claire bilang dia menyuntik Steve dengan T-Veronica Virus. Jadi, umm ... mungkin VERONICA adalah passwordnya. Ah, lebih baik aku coba."

    Aku memasukan kata V-E-R-O-N-I-C-A. Lampu berwarna merah di layar berubah menjadi hijau. Itu berarti sekarang pintu terbuka. Yeah!! Akhirnya, aku bisa keluar dari tempat ini! Aku berjalan ke pintu. Sebuah suara aneh terdengar di belakangku. Aku menoleh ke belakang. Monster kuning dengan punggung lebih besar daripada kaki, berdiri di belakangku. Ia hanya mempunyai satu mata dengan pembuluh darah terlihat pada kulitnya. Tangannya bergerak. Menjadi lebih panjang dan meraih kepalaku.

    "Aahh!! Tidak!!" Ia mengangkatku dan akan menghancurkan kepalaku.
    "TIDAK!!" Aku berontak. Aku menendang perut makhluk itu dan untungnya, ia melepaskan aku. Aku jatuh. Oh, kepalaku begitu menyakitkan... Aku melihatnya. "Sudah waktunya untuk balas dendam, makhluk kuning sialan!!" Aku mengeluarkan Glock 17 dan menembaknya. Aku menembak seperti orang gila.
    "Kepalaku sangat berharga. Kamu tidak bisa menghancurkannya seperti sebuah apel!!"
    Aku berteriak dan terus menembaknya dengan marah. Makhluk itu jatuh, berdarah dan mati.

    "Ha! Rasakan, makhluk kuning bodoh!!"

    Aku keluar dari ruangan. Aku masih di saluran air. Alexia pasti gila. Dia membangun sebuah laboratorium di sebuah saluran air yang gelap dan kotor seperti ini. Hah, entahlah. Aku harus lari untuk mencari jalan keluar dari tempat bodoh ini. Setelah melewati mesin pembangkit listrik yang besar, aku menemukan sebuah tangga untuk pergi ke permukaan. Aku menaikinya dengan gembira.

    Aku mendorong tutup di atas kepalaku. Aku sampai di permukaan. Aku melangkahkan kakiku di lantai beton. Sebuah pemandangan indah dari sebuah rumah terlihat. Saat itu malam. Beberapa lampu dinyalakan dan ada beberapa semak-semak hijau segar. Aku berjalan ke pintu rumah. Sebuah pintu besar berwarna coklat gelap. Aku membuka pintu. Suaranya begitu menjengkelkan. Tapi, aku harus mencari keselamatan dan mencari Leon. Ia harusnya ada di suatu tempat. Aku harap aku akan menemukannya di sini.

    Rumah besar itu sangat sepi dan luas. Sebuah potret besar seorang pria tergantung di dinding. Dia memiliki rambut pirang dan wajah yang sama seperti ... Alexia! Apa?! Apakah Alexia memiliki dua kepribadian? Atau orang itu Alfred Ashford yang ingin dihidupkan kembali oleh Alexia? Oh, walaupun dia menakutkan tapi dia masih punya hati. Ia sangat menyayangi saudaranya. Seperti aku. Aku juga sangat menyayangi kakakku. Jika aku adalah orang jenius, aku akan melakukan hal yang sama seperti Alexia jika hal yang terjadi pada kakaknya terjadi pada kakakku. Dia pasti merasa sangat sedih ketika ia kehilangan seseorang yang dia cinta. Aku bisa merasakannya juga. Ketika ibuku meninggal di depanku, aku merasa hatiku baru saja meledak. Aku benar-benar sedih dan juga Alexia. Dia pasti sangat sedih. Tapi aku tidak tahu Alfred itu seperti apa. Apakah dia orang baik atau orang jahat seperti Alexia? Tapi, tidak mungkin Steve membunuh orang yang baik. Alfred pasti jahat seperti Alexia.

    "Oh, lihat! Siapa di sini? Si anak kecil!"

    Sebuah suara wanita membuyarkan lamunanku. Itu Alexia!! Dia berjalan turun dari tangga atas.

    "Alexia, kau ..."
    "Bagaimana kau bisa lolos, Nak?"
    "Kau tidak tahu siapa aku, kan? Aku bukan anak bodoh seperti apa yang kau pikirkan! Aku dapatkan sandi dan melarikan diri dari laboratoriummu yang bodoh!" Aku mengeluarkan pistolku.
    "Kau melakukan hal yang sangat bagus, anak kecil. Tapi aku tidak akan membiarkan kamu pergi dengan mudah. Hihihi ... Kamu akan merasakan kekuatanku yang sebenarnya, Nak!" Ia tertawa sangat lembut tetapi juga sangat kejam.
    "Kekuatanmu?? Lalu, tunjukkanlah!!"
    "Ahahaha ...!! Tunjukkan padaku apa yang kamu miliki, Nak!!"

    Alexia mengangkat tangannya. Tubuhnya terbakar. Aku bisa melihat gaun ungunya terbakar, dan kemudian kulitnya menjadi berwarna abu-abu dengan sedikit warna hijau. Rambut pirangnya yang panjang juga terbakar. Rambutnya berubah menjadi semacam tentakel pendek berwarna hijau. Api menghilang. Aku terkejut saat aku melihat monster Alexia. Dia punya kulit kelabu dan ia begitu menakutkan. Aku mengambil beberapa langkah mundur.

    "Oh, Tuhan!! Alexia, kau bukan manusia!"

    Alexia mengangkat tangan kanannya. Ia melemparkan darah padaku. Aku melompat mundur. Tiba-tiba darah itu terbakar. Aku menembakkan beberapa peluru kepadanya. Tapi dia terus berjalan dan melemparkan darahnya padaku. Dia terus melempar darahnya. Sial! Sekarang, aku dikelilingi oleh darah yang terbakar. Aku tidak bisa pergi ke mana-mana sekarang. Aku hanya bisa menembaknya. Dengan Glock 17 ini, aku menembaknya.
    Ow, aku akan kehilangan semua peluru yang tersisa. Ini adalah peluru terakhir. Peluru ini adalah satu-satunya harapanku!

    "Mati kau, Alexia!!" Aku menembakkan peluru. Peluru itu menghantam dada Alexia. Ia berlutut, jatuh, terbakar dan tidak bergerak lagi. Dia mati! Aku sudah membunuh Alexia!”Bagus!!" Aku bersorak.

    Seseorang membuka pintu besar. Aku melihat orang itu. Itu Leon. Dia datang lagi! Aku tahu dia akan datang. Dia memanggilku.

    "Timmy!"
    Aku berlari ke arahnya. "Leon!!" Aku memeluknya.
    "Wow, hei, hei ... apa yang terjadi, Timmy?"
    "Leon, aku ... aku ..."
    "Tenang. Jangan menangis."
    "Aku tidak menangis!" Aku melepaskan pelukanku. "Aku tidak akan menangis!"
    "Lalu, apa yang terjadi?"
    "Lihat!" Aku menunjuk Alexia yang sudah mati.
    "Wow, siapa itu? Apakah dia meninggal? Siapa yang membunuhnya? Dan ruangan ini tampak seperti baru saja terbakar."
    "Itu Alexia Ashford. Aku membunuhnya. Dia bukan manusia. Dia adalah seorang monster. Kamu lihat? Dia hampir membunuh aku dengan api yang ia lemparkan padaku!"
    "Kau melakukannya sendiri?"
    "Ya, tentu saja!!" Aku mengangguk.
    "Kau sangat hebat dan berani seperti nama kamu, Timmy Bold."
    "Terima kasih!"
    "Ayo kita pergi dari sini! Chris sedang menunggu kita di luar rumah ini."
    "Ya, ayo kita pergi! Aku tak sabar untuk sampai ke pusat evakuasi."

    Kami keluar dari rumah. Kami tidak tahu bahwa Alexia bangkit kembali.

    Leon membawa aku ke sebuah halaman tandus. Ada sebuah mobil dengan Chris duduk di kursi pengemudi. Dia muncul dari jendela dan memanggil kami.

    "Hei, guys!"
    "Chris!" Aku berlari ke arahnya. Leon berlari juga.
    "Jadi, kau bersenang-senang, Timmy?"
    "Bukannya bersenang-senang! Tapi mimpi buruk!"
    "Dia baru saja melawan monster... Alexa."
    "Bukan Alexa tapi Alexia." Aku berpaling kepadanya.
    "Alexia? Apa dia sudah mati?" Chris bertanya.
    "Ya, dia sudah mati. Aku membunuhnya dengan pistol. Umm ... Chris, Leon, kalian punya peluru yang tersisa? Aku butuh peluru. Melawan Alexia telah mengkonsumsi semua peluruku."
    "Kamu tidak perlu peluru lagi sekarang karena kita akan segera sampai ke pusat evakuasi," kata Leon.
    "Ah, ayolah, Leon ... hanya untuk selongsong ini."
    "Ah, Pak Kennedy, jangan seperti itu pada anak ini. Ini, Timmy. Kamu dapat mengambil semua peluruku. Ini cukup untuk 4 selongsong." Chris memberiku sekotak penuh peluru. Aku menerimanya dengan gembira.
    "Wow, terima kasih, Chris!! Kau yang terbaik!" Aku menaruh peluru ke selongsong pistolku.
    "Ayo naik semua!" Chris memerintahkan.

    Kami naik ke mobil. Aku duduk di samping Chris sementara Leon duduk di kursi belakang. Dia tampaknya berada dalam bad mood. Chris mengemudikan mobil menjauh dari halaman tandus tersebut. Kami sangat senang. Akhirnya, aku bisa pergi ke pusat evakuasi dan bertemu dengan keluargaku. Mobil bergerak dengan cepat dan gila. Chris mengemudikannya seperti seorang pembalap. Dia menghantam zombie yang menghalangi jalan kami. Dia benar-benar seperti seorang pembalap.

    Kami tiba di kota lagi. Tiba-tiba, sebuah suara gemuruh datang. Chris menghentikan mobil. Sebuah tentakel besar datang dari sebuah lubang. Tentakel itu menghantam mobil. Kami melompat keluar dari mobil.

    "Oh, sialan!! Apa itu?!"
    "Timmy, kamu tidak apa-apa?" tanya Leon.
    "Aku baik-baik saja!" Tentakel itu bergerak ke arahku. Ia menyambar tubuhku sangat erat. Aku tidak bisa bergerak. Tentakel hijau yang menjijikkan itu mengangkat tubuhku.
    "Aaahh!! Tolong!!"
    "Timmy!!" Leon berteriak.
    "Itu Alexia!! Ia belum mati!!" teriak Chris.
    "Aku tidak bisa bergerak! Aku butuh bantuan!! Tolong!!" Tentakel membawaku ke dalam lubang. Ia terus bergerak dan bergerak. Aku tidak tahu kemana benda ini akan membawaku.

    Tentakel berhenti dan menurunkan aku di lantai. Aku berada di sebuah ruangan luas dengan lender-lendir di dinding. Ada beberapa semut besar berjalan di dinding. Aku berdiri. Ketika aku menoleh ke belakang, aku melihat makhluk besar dengan beberapa tentakel sebagai kakinya. Ia tidak bergerak karena aku pikir itu telah melekat pada lantai. Aku melihat kepalanya. Oh, Tuhan! Itu Alexia! Dia masih hidup! Tubuhnya bergabung dengan benda besar di bawah tubuhnya. Dia menyerangku dengan tentakelnya. Aku melompat mundur. Monster-monster kecil keluar dari sebuah lubang di kakinya. Aku harus melawan mereka semua. Alexia tidak pernah menyerah. Dia terus menyerangku dengan tentakelnya walupun bayi-bayi kecilnya telah meninggal. Aku menembak kepalanya. Aku tahu itu adalah tempat terlemahnya. Aku mengarahkan pistolku sangat hati-hati dan menembak dahinya. Dia menjerit dan mencengkeram kepalanya. Kurasa aku baru saja membunuhnya lagi.
    Dia terus berteriak. Aku melihatnya. Dia merunduk. 2 pasang sayap muncul dari punggungnya. Itu tampak seperti sayap capung. Alexia terbang keluar dari benda besar berlendir di bawahnya. Dia jauh lebih kuat dan sekarang ia terbang. Aku harus membunuhnya, atau aku akan mati di sini. Peluru itu tidak berguna. Tak satu pun dari mereka mengenai tubuhnya. Dia sangat cepat. Dia menyerang. Aku melompat mundur. Aku melihat sekeliling. Ada sebuah senjata khusus di dinding. Sebuah catatan mengatakan bahwa namanya Linier Launcher. Itu perlu energi tapi sudah penuh. Ini hanya dapat digunakan sekali. Aku akan menggunakannya untuk membunuh Alexia. Jika aku gagal, aku akan mati. Ini adalah satu-satunya harapanku!!

    Alexia terus terbang. Aku mengarahkan Launcher Linier sangat hati-hati. Sial! Alexia tidak mau berhenti! Ah, aku punya ide!

    "Hei, capung bodoh! Lihat aku!!"

    Dia melihatku dan 'bang'! Aku menembakkan Linier Launcher ke dadanya. Peluru Linier Launcher mengenainya. Dia menjerit dan meledak. Tak ada yang tersisa dari dirinya, kecuali darah dan beberapa sisa dagingnya.

    "Aku ... aku berhasil? Aku berhasil!! Yeah!!"
    Aku berlari ke bawah. Seorang pria memanggil aku.
    "Timmy!"
    Aku melihat ke arahnya. Itu Leon. Dia datang lagi! Aku sangat beruntung karena dapat bertemu dengannya. Dia adalah orang yang baik. Walaupun terkadang dia menjengkelkan.
    "Leon, aku berhasil!"
    "Melakukan apa?"
    "Aku membunuh Alexia!"
    "Wah, hebat! Kau melakukan pekerjaan yang sangat bagus, Timmy!"
    "Ya, terima kasih!"
    "Sekarang, ayo kita pergi ke pusat pengungsian. Aku membawa helikopter di atap."
    "Ya, ayo kita pergi!"

    Kami berlari ke atap. Helikopter yang dibawa Leon adalah helikopter militer. Aku tahu itu. Pasti ayahku. Dia itu terlalu baik. Errr ...keren!

    "Ayo, Timmy. Apa yang kau tunggu?" tanya Leon.
    "Oh, maaf." Aku berlari ke arahnya.
    "Kau duluan."
    Sebelum aku naik ke helikopter, suara seorang wanita terdengar.
    "Berhenti!"
    Kami berdua menatap sumber suara. Seorang wanita cantik berpakaian merah datang. Itu Ada. Dia datang dengan mengarahkan pistol ke hidung Leon.
    "Ada!" Leon berteriak saat ia menatap pemilik suara itu.
    "Lama tak bertemu, Leon. Bagaimana kabarmu?"
    "Ada, apa yang kamu lakukan di sini?"
    "Aku hanya melakukan misiku."
    "Apa misimu? Ada virus jenis baru di sini."
    "Aku tidak mencari virus. Aku hanya perlu anak itu."
    "Anak? Anak laki-laki yang mana?"
    "Anak itu. Anak yang tepat berada di belakangmu." Dia menunjuk padaku.
    "Apa? Aku??"
    "Apa yang kamu inginkan dari dia?" tanya Leon. Sekarang wajahnya memerah.
    "Wesker menginginkan anak itu. Aku hanya melakukan tugasku. Itu saja. Sekarang, serahkan dia."
    "Aku tidak akan pernah menyerahkan dia! Maaf, Ada. Tapi aku punya misi juga. Untuk melindungi anak ini."
    "Oke, aku akan menyerah. Aku akan mengatakan bahwa anak itu sudah mati pada Wesker. Apa itu ide yang bagus?"
    "Kamu akan melakukan hal itu?"
    "Yeeahh. Selamat tinggal." Dia berjalan pergi.
    "Leon, siapa Wesker? Mengapa ia bekerja untuknya?"
    "Sulit untuk menjelaskan."
    "Leon, lihat! Dia akan melompat! Dia akan jatuh! Dia akan mati!!"
    "Tidak"
    Ada melompat turun dari atap. Aku memejamkan mata. Sebuah suara gemuruh helikopter mendengar.
    "Aku tidak akan mati. Kamu lihat? Hmm ... selamat tinggal!" Ada berteriak dari sebuah helikopter. Dia sedang duduk di kursi helikopter.
    "Hei, itu curang!" Aku berteriak, tetapi tersenyum juga.
    "Aku tahu itu. Kamu tidak akan mati, Ada." Leon tersenyum juga. Helikopter terbang menjauh. Ada telah pergi.
    "Ayo kita naik ke helikopter."
    "He-eh." Aku mengangguk dan naik ke helikopter. Leon naik ke helikopter juga.

    Leon menerbangkan helikopter jauh dari tempat itu. Kita akan sampai ke pusat pengungsian. Akhirnya, setelah perjalanan yang sangat panjang. Matahari mulai naik. Sudah pagi! Wow, kami sudah melakukan perjalanan yang sangat panjang hari ini. Semoga, tidak ada hal buruk yang akan terjadi lagi.

    Helikopter terbang di atas bandara. Leon mendaratkannya. Aku bisa melihat ayahku, kakakku dan warga negara lainnya. Aku melompat keluar dari helikopter.

    "Ayah!"
    "Timmy!" Seorang pria jangkung berambut merah berlari ke arahku. Kami berpelukan.
    "Dari mana kau? Aku sangat khawatir padamu ..."
    "Maafkan aku, Ayah ..."
    Leon berjalan ke arah kami. Ayahku melepaskan pelukan. Dia menatap Leon.
    "Kau melakukan pekerjaan yang sangat bagus, Pak Kennedy. Selamat!"
    "Terima kasih, Pak. Aku hanya melakukan tugasku."
    "Oke, semua orang naik ke helikopter! Kita akan berangkat sekarang!"

    Semua orang naik ke beberapa helikopter besar. Aku, ayahku, Melissa dan Leon naik ke helikopter yang terpisah. Kami berangkat. Kami berangkat dari kota kita tercinta, New York. Meskipun Alexia telah meninggal, tapi monster-monster itu masih hidup. Mereka terlalu banyak. Tidak mungkin kita akan tinggal di sebuah kota yang dipenuhi dengan monster dan zombie.

    "Ayah, kemana kita akan pergi?" Aku bertanya kepada ayahku.
    "Ke suatu tempat. Sebuah tempat yang lebih aman. Jauh dari kota ini."
    "Bagaimana dengan kota ini?"
    "Aku akan menghancurkannya." Dia mengeluarkan remote kecil dan menekan tombol kecil berwarna merah yang ada di bagian tengahnya.
    "Apa itu?"
    "Ini akan mengaktifkan dinamit-dinamit yang kami sebar di seluruh kota. Setelah aku menekan tombol, itu berarti kota akan meledak." Dia berbicara dengan sangat tenang. Tiba-tiba, aku mendengar beberapa ledakan besar. Kota terbakar dan meledak. Suara ledakan yang sangat keras. Kota ini sekarang telah menjadi lautan api. Selamat tinggal, New York. Kami semua mencintaimu.

    Seseorang membuka pintu di belakangku. Aku melihat ke arahnya. Betapa terkejutnya aku! Dia zombie! Dia meraih bahuku. Aku jatuh ke lantai. Lebih banyak zombie datang dari pintu. Mereka menyerang semua orang di helikopter. Tidak!! Zombie menggigit leher dan mengunyahnya seperti permen karet. Zombie-zombie lain mengigit semua orang. TIDAK!! Aku akan berubah menjadi zombie! TIDAK!!! Ini tidak mungkin terjadi!!

    "TIDAK!!" Aku terbangun. Aku berada di tempat tidurku. Berkeringat dan gemetar. Aku sedang bermimpi. Aku memiliki sebuah mimpi buruk.
    "Timmy, bangun! Apakah kamu akan tidur sampai besok? Kamu bisa terlambat ke kampus. Ayo! Aku telah membuat beberapa omelet."

    Aku mendengar kakakku memanggilku. Aku menggosok mataku. Aku masih ingat dengan mimpi buruk itu. Aku sangat takut. Tapi setidaknya itu hanya mimpi. Ayahku membuka pintu kamarku.

    "Kamu sudah bangun, tukang tidur?"
    "Yeah ..."
    "Apa yang terjadi denganmu? Oh, kau baru saja mimpi buruk, ya?"
    "Ya benar-benar sebuah mimpi buruk. Aku bermimpi tentang NY berubah menjadi kota zombie seperti Raccoon ..."
    "Shht ... jangan bicara tentang Raccoon City. Sekarang, turun dan sarapan, oke?"
    "O-OK. Maaf."
    Ia keluar dari ruangan. Aku bangkit dari tempat tidur dan membuka jendela dekat tempat tidurku. Hmmm ... .. Udara begitu segar dan matahari bersinar terang.
    "Timmy, aku akan makan semua omelet jika kamu tidak segera turun!" Melissa berteriak lagi.

    "Ya, ya, kakak. Aku akan turun sekarang."

    Aku menguap dan kemudian turun ke bawah untuk sarapan. Itu hanya mimpi. Itu hanya mimpi. Tidak ada yang perlu khawatir. Tidak ada zombie, tidak monster dan tidak ada perempuan bernama Alexia. Aku merasa sangat senang sekarang. Terima kasih, Tuhan! Itu hanya mimpi.

    -TAMAT-
     
    Last edited: Aug 20, 2011
  10. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Uplink: Trust is a weakness

    Taken from : lparchive
    Credit to original author (Porkness)

    Index :
    Part 1
    Terjemahan Part 1
    Part 2
    Terjemahan Part 2
    Part 3
    Terjemahan Part 3
    Part 4
    Terjemahan Part 4
    Part 5
    Terjemahan Part 5
    Part 6
    Terjemahan Part 6
    Part 7
    Terjemahan Part 7
    Part 8
    Terjemahan Part 8
    Part 9
    Terjemahan Part 9
    Part 10
    Terjemahan Part 10

    234.773.0.666....

    The last decade of my life had been so utterly bleak, so dreary, that looking back it was difficult to remember where one year ended and the other began. The world went on without me, and I continued my miserable existence, wriggling like a tick on a pin: trapped. Frightened. In pain.

    Yesterday, I was approached by a complete stranger. A man with a tie, who promised me an end to my pain (could I even remember the cause?). I did not respond, nor did he seem to expect any response from me. Despite my cold, unwelcoming stare, he was actually smiling, and beheld me like he recognized me!

    As strange as it was, I could not help but feel that this man understood me, and even knew me. Had he been studying me for some time before making contact?

    When I still did not speak, he broke the silence. "I'm sorry it took so long." He handed me a folded piece of paper, and despite my puzzlement and suspicion of the man I immediately snatched it from his fingers. He didn't even flinch, but was positively beaming, like he had just awarded me a diploma or something. "Go now, be free."

    He turned around and smartly walked away, leaving me to puzzle over the events that had just transpired. I unfolded the leaf of paper, on which was only written a string of numbers.

    234.773.0.666

    It didn't take long for me to figure out its meaning:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Uplink. This was the way forward I had been hoping for. Reality follows a gaussian curve, and our existences are limited by its laws, but on the internet the only laws that matter, you can eventually overcome.

    [​IMG]

    "About Us" only took me back to the previous screen. It was time to start my career as a cyber-ciminal.

    [​IMG]

    [​IMG]

    My name... what was in a name? Why do we constrain ourselves to one identity? Multiple personalities make for infinite possibilities, but what name should my actions be tied to for all of history?

    There was only one name I could ever use.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    The connection was transferred to my first gateway, a modest and simple machine from where I would launch my first trespasses. Reflexively, I began to interface with it.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    I had never done anything like this before, but declined the machine's offer of a tutorial. If the man in the tie wanted to deal with amateurs, he would have approached somebody else.

    [​IMG]

    Upon declining, I was immediately dumped into the gateway's interface. This would be my home, the goggles through which I would see the world.

    At the very top of the screen sat basic information about my computer. Below that sat a number of web links that had come pre-installed with the operating system. On the top right, the world that was at my disposal. This map would show the physical locations of my system, any system I was connected to, and all the systems I was routed through. I noticed that, in the bottom right of the screen, I had already received two emails from The Uplink Corporation, including my first mission:

    [​IMG]

    This was an entrance test. I was being watched.

    With some trepidation, I connected to the Uplink Test Machine, only to realize I had just made my first mistake:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Not only had I directly connected to the computer I was supposed to hack, which had no doubt logged my IP address, but of course the machine was also password protected. Terminating the connection, I pondered how to get past my first obstacle.

    I would need tools, and those tools were kept on the Uplink Internal Services System.

    [​IMG]

    On a remote, abandoned oil rig in the treacherous seas between Antarctica and Cape Horn, a green light winked on, on the secret server as the connection was made. What better place than one of the most deadly areas on Earth, could you hide a server containing some of the most dangerous software on the internet?

    [​IMG]

    I was greeted once more by a log-in screen, but this one I knew the password to. I was Enkidu, registered Uplink agent and cybernetic mercenary, extraordinaire!

    [​IMG]

    From the main menu I was offered a plethora of services. I decided to explore the server a little bit, so see what I could find to aid me on my mission, starting with news from the hacker scene:

    [​IMG]

    It seemed the life of a hacker was a risky one. In recent years, authorities had begun to crack down with increasing harshness on digital criminals. Though I had never heard of Potempkin until now, I couldn't help but wonder what last mistake, what undestroyed shred of digital evidence had brought his career in Uplink to an end.

    [​IMG]

    A quick look at the agent rankings told me there was a lot of work to be done if I was to make a name for myself in the underground.

    Focus, Enkidu. There will be time for useless trivia later.

    I found what I was looking for in the software upgrades marketplace.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I purchased a rudimentary password breaker, as well as a program that told me whether my connection was being actively traced from the other end. A successful trace by the authorities could be career-ending, and at worst case, this tool would tell me if I was about to be found and warn me in time for me to kill the connection.

    [​IMG]

    A quick of my memory banks confirmed that I now had the right tools to beat the test.

    [​IMG]

    From a connection in Australia, I bounced my signal through four other servers before connecting to the test server. The more complicated my connection, and the more proxies I passed it through, the longer it took to trace from the other end. So long as I was quick enough, I could complete my hack and close the connection before my target ever figured out where it came from.

    With the trace tracker and password breaking programs both running, I began in earnest.

    [​IMG]

    A glance at the trace tracker at the bottom right of my screen told me I had a little over two minutes before the trace reached me, pinpointing my position. This would be easy. As the password cracker ran, letters and numbers flew over its output screen. One by one, the correct characters locked into place.

    Rosebud. I was in! I quickly located my target data, downloaded it, and killed the connection, ending the active trace.

    [​IMG]

    [​IMG]

    The test data was gibberish. It was nothing but a block of information serving to act as a goal for the test, but I still felt exhilarated. I had pulled it off! Now all I needed to do was send it back to Uplink as proof I had completed the test, and my initiation would be complete!

    Earnestly, I composed my email, making sure to attach the file. Signing it, I moved to send it but paused. This would be on record. Men in the future would look back to this email as the one that started my career, to whatever ends of notoriety or fame I was destined. I had to chose my words carefully:

    [​IMG]

    Almost immediately, the response arrived:

    [​IMG]
     
    Last edited: Nov 4, 2011
  11. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 1

    234.773.0.666....

    Dekade terakhir dalam hidupku terasa benar-benar suram, sangat menjemukan, bahwa melihat ke belakang sangat susah untuk mengingat kapan satu tahun berakhir dan yang lain bermula. Dunia berjalan tanpa aku, dan aku terus melanjutkan keberadaanku yang menyedihkan, menggeliat seperti bagian dalam peniti: terjebak. Takut. Kesakitan.

    Kemarin, aku didatangi oleh seseorang yang sangat aneh. Seorang laki-laki mengenakan dasi, yang menjanjikan aku sebuah akhir dari rasa sakit ini (bahkan, bisakah aku mengingat penyebabnya?). Aku tidak merespon, begitu juga dengan dia yang terlihat tidak mengharapkan respon apapun dariku. Meskipun tatapanku dingin, tidak ramah, dia sebenarnya tersenyum, dan memperlakukan aku seperti dia telah mengenal aku.

    Seperti keanehan pada laki-laki itu, aku tidak bisa mencegah, tetapi aku merasa bahwa laki-laki ini mengerti aku, dan bahkan mengetahui aku. Apakah dia telah mempelajari aku beberapa waktu sebelum melakukan kontak denganku?

    Ketika aku masih tidak berbicara, dia memecah kesunyian. "Aku minta maaf, karena terlalu lama." Dia memberikan aku sebuah kertas yang terlipat, dan meski kebingunganku dan kecurigaanku pada dia, aku dengan segera mengambilnya dari tangan laki-laki itu. Dia bahkan tidak menghindar, tetapi terlihat senang dan berseri-seri, seperti dia baru saja menghadiahkan aku sebuah gelar diploma atau sesuatu lainnya. "Pergi sekarang, jadilah bebas."

    Dia membalik badannya dan berjalan dengan cerdas, meninggalkan aku dengan kebingungan tentang peristiwa yang baru saja terjadi. Aku membuka lipatan kertas itu, di mana di dalamnnya hanya tertulis serangkaian angka.

    234.773.0.666

    Tidak butuh waktu lama bagi aku untuk mengerti maksudnya:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Uplink. Ini adalah jalan ke depan yang telah lama kuharapkan. Kenyataan mengikuti kurva gausiaan, dan keberadaan kita dibatasi oleh hukum, tetapi di dalam internet, satu-satunya hukum yang berlaku, kamu dapat menanggulangi keterbatasan itu.

    [​IMG]

    "About Us" hanya membawaku kembali ke halaman sebelumnya. Inilah waktu untuk memulai karirku sebagai seorang penjahat dunia maya.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Namaku... apa arti dari sebuah nama? Mengapa kita harus membatasi diri kita pada satu identitas? Kepribadian ganda membuat kemungkinan yang tak terbatas, tetapi nama apa yang harus kugunakan sesuai aksi aku yang akan terikat dalam sejarah?

    Hanya ada satu nama yang bisa kugunakan.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Sambunganku ditransfer ke gateway pertamaku, sebuah mesin yang cukup sederhana di mana dari sinilah aku akan menjalankan kejahatan pertamaku. Secara reflek, aku mulai terbiasa dengan mesin ini.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya tetapi menolak tawaran mesin ini untuk mengikuti tutor. Jika laki-laki berdasi ingin berurusan dengan amatir, dia mungkin mendatangi orang lain.

    [​IMG]

    Setelah menolak, aku segera dibawa ke halaman utama gateway. Ini akan menjadi rumahku, kacamata di mana aku melihat dunia.

    Di paling atas layar terdapat informasi dasar mengenai komputerku. Di bawahnya, terdapat sebuah angka dari tautan situs yang sudah terpasang bersama sistem operasi. Di atas kanan, peta dunia berada di genggamanku. Peta ini akan menunjukkan lokasi fisik sistemku, sistem yang terhubung denganku, dan semua sistem yang kulewati. Aku memperhatikan bahwa di bagian bawah kanan layar, aku sudah menerima dua surat elektronik dari Uplink Corporation, termasuk misi pertamaku:

    [​IMG]

    Ini adalah tes masuk. Aku diawasi.

    Dengan gentar, aku tersambung dengan Uplink Test Machine (Mesin Tes Uplink), hanya untuk menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan pertamaku:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Tidak hanya terhubung secara langsung dengan komputer yang seharusnya aku retas, yang tanpa ragu telah mencatat alamat IPku, tetapi tentu saja mesin ini diproteksi dengan kata sandi. Mengakhiri sambungan, aku memikirkan bagaimana cara melewati tantangan pertama ini.

    Aku akan membutuhkan peralatan, dan peralatan tersebut tersimpan di Uplink Internal Services System (Sistem Layanan Internal Uplink).

    [​IMG]

    Dari kejauhan, sebuah pertambangan minyak yang tidak digunakan lagi di laut yang berbahaya antara Antartika dan Cape Horn, sebuah cahaya hijau berkedip, di atas server rahasia sebagai tempat sambungan dibuat. Tempat mana lagi yang lebih baik selain salah satu dari area mematikan di Bumi, bisakah kamu menyembunyikan sebuah server yang menyimpan beberapa perangkat lunak berbahaya di internet?

    [​IMG]

    Aku disapa sekali lagi oleh layar log-in, tetapi kali ini aku tahu kata sandinya. Aku adalah enkidu, agen terdaftar Uplink dan orang bayaran sibernetik, luar biasa!

    [​IMG]

    Dari menu utama, aku ditawari sejumlah layanan. Aku memutuskan untuk mengeksplorasi server sebentar, jadi kita lihat apa yang bisa kutemukan untuk membantuku dalam misiku, dimulai dengan berita mengenai peretas:

    [​IMG]

    Sepertinya kehidupan seorang peretas cukup berisiko. Beberapa tahun terakhirm pihak berwenang telah mulai mengambil tindakan mengingat peningkatan tingkat kriminal dunia digital. Meski aku tidak pernah mendengar nama Potempkin sampai sekarng, aku tidak bisa mencegah tetapi penasaran kesalahan terakhir apa, bukti digital tak terbantahkan yang membawa akhir pada karirnya di Uplink.

    [​IMG]

    Peringkat agen secara sekilas aku lihat relah memberitahu aku bahwa masih banyak pekerjaan yang harus kulakukan kalau aku mau mengangkat namaku di dunia bawah tanah.

    Fokus, Enkidu. Pasti akan ada waktu untuk hal-hal sepele yang tidak berguna nanti.

    Aku menemukan apa yang aku cari di pasar upgrade perangkat lunak.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku membeli sebuah pemecah kata sandi sederhana beserta sebuah program yang akan memberitahuku apakah sambunganku telah dilacak secara aktif dari ujung lain. Sebuah pelacakan yang sukses oleh pihak berwenang bisa mengakhiri karirku, dan pada kasus terburuk, alat ini akan memberitahuku apakah aku akan ditemukan dan memperingatkanku tepat waktu untuk memutuskan sambungan.

    [​IMG]

    Tempat penyimpanan memori secara sekilas mengkonfirmasi bahwa aku telah memiliki alat yang tepat untuk menyelesaikan tes ini.

    [​IMG]

    Dari sambungan di Australia, aku melompat sinyalku melewati empat server lainnya sebelum terhubung dengan server tes. Semakin kompleks sambunganku, dan semakin banyak proxy yang kulewati, maka semakin lama akan terlacak dari ujung lain. Jadi selama aku cukup cepat, aku bisa menyelesaikan retasanku dan menutup sambungan sebelum targetku bisa mengetahui darimana asal sambungan itu.

    Dengan program pelacak jejak dan pemecah kata sandi berjalan bersamaan, aku memulai misi ini dengan sungguh-sungguh.

    [​IMG]

    Lirikan pada pelacak jejak di bagian kanan bawah layarku memberitahuku bahwa aku mempunyai setidaknya dua menit lebih sebelum pelacakan itu mencapai tempatku, menemukan posisiku. Hal ini sangat mudah. Sementara pemecah kata sandi berjalan, huruf-huruf dan angka-angka berputar-putar di layar. Satu per satu, karakter yang tepat terkunci di tempatnya.

    Rosebud. Aku sudah masuk! Aku secepatnya mencari target dataku, mengunduhnya, dan memutuskan sambungan, mengakhiri pelacakan jejak aktif.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Data tes ini hanya omong kosong. Tidak ada apa-apa selain sebuah blok informasi yang berperan sebagai tujuan tes ini, tetapi aku masih merasa senang. Aku telah mendapatkannya! Sekarang apa yang harus kulakukan adalah mengirimnya kembali ke Uplink sebagai bukti bahwa aku telah menyelasaikan tes ini, dan inisiasiku akan selesai!

    Dengan bersungguh-sungguh, aku menulis surat elektronikku, memastikan diriku untuk melampirkan berkas tersebut. Menandatanganinya, aku mau mengirim surat tersebut, tetapi aku berhenti sejenak. Ini pasti akan dicatat. Di masa depan, pasti ada orang yang akan melihat kembali surat ini sebagai awal mula karirku, apapun akhir dari ketenaran dan keterkenalanku yang sudah ditakdirkan. Aku harus memilih kata-kata dengan hati-hati:

    [​IMG]

    Dengan sekejap, respon dari mereka datang:

    [​IMG]
     
    Last edited by a moderator: Oct 22, 2011
  12. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Part 2

    [​IMG]

    Those clever bastards. After completing their test scenario, I was now a rated uplink agent. I was also penniless and heavily in debt, to their loans department. They promised me freedom, but now they owned me.

    [​IMG]

    No way out of this mess but forward. To pay off my debt, I needed to whore my services out to the first bidder on the mission postings to take me in.

    [​IMG]

    For now, there was nothing available but smash-and-grab jobs. Companies spying on other companies, copying their data for their own uses. The technology industry had become increasingly cutthroat in recent years, to my benefit.

    Because so little was known about my qualifications, I needed to chat with a client first, before I accepted their mission.

    [​IMG]

    No words were spared. The client was vague, evasive, and obviously uncomfortable with posting this job. Favoring discretion, I held back the other questions I had. "Okay, I'll take the job." I told him, and the chat was immediately closed from the other end.

    [​IMG]

    A real client. A real target, the SIM Inc. Internal Services Machine, which would doubtlessly pursue me more aggressively than that mouldering test machine. I would need a tougher connection to trace, starting with more proxies.

    [​IMG]

    The best place to find more servers to bounce a connection through was the InterNIC, an automated internet directory operated and maintained by one of the companies Google had been split into a couple years back.

    [​IMG]

    [​IMG]

    My search results turned up a number of interesting results, but there were so many that I added the first ten to my list of tracked links. Time to roll:

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Twenty seconds later, mission complete. The SIM Inc. Internal Services Machine had futilely attempted to trace my connection, but was bounced across the globe from server to another as my password breaker broke into the admin's account.

    [​IMG]

    How would the nervous man on the other end of the chat respond to my jab?

    [​IMG]

    Formally. Damn this was easy.

    Soon, I was taking on multiple data theft missions, from multiple clients at once.

    [​IMG]

    [​IMG] [​IMG] [​IMG] [​IMG]

    My memory banks swelled with stolen data. Customer records, internal directories, scientific data, experimental computer code...

    [​IMG]

    ...and my inbox swelled with congratulations and praise.

    [​IMG] [​IMG] [​IMG] [​IMG]

    Over the course of an afternoon, I had singlehandedly depleted all the job offers for an agent of my modest rating.

    I felt like hot shit. After robbing another database of its valuable cargo, I was exploring the machine out of curiosity when I stumbled upon some bad news:

    [​IMG]

    Oh shit. Every machine I had hacked, and every machine I had routed a connection through, kept system logs. My entire afternoon hacking-spree had been logged and noted with cold precision by every machine I had graced.

    Though I had foiled all attempts at active tracing by closing connections, I couldn't stop someone from looking at the logs, and tracing it from server to server at their leisure. Every job I had taken, every machine I had hacked, left an international trail leading back to me.

    I would have to cut them off somehow. It wasn't cheap, but I found a solution.

    [​IMG]

    Every connection I had made that afternoon had been routed through the InterNIC. If I could gain access to the machine, I could erase all the incriminating logs and the trail would be cut off.

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG] [​IMG]

    Now I was scott-free. Having covered my tracks, nobody would ever kn-

    [​IMG]

    How did they know? Thank god the invisible man breathing down my neck is on my side. Uplink would have let me walk right into that trap, had it not been for my chance discovery.

    [​IMG]

    But at least I wasn't a bottom-feeder any more. I logged on to the bank, to tally my gains of the afternoon. The log-deleter program was top-of-the-line, but it had cost a pretty penny. After that, a vast majority of my remaining money went to the repayment of my loan.

    Once more, I was pretty much broke, and still in need of money despite the afternoon's work. My increase in rank opened up new, higher-paying opportunities.

    I logged onto the chat once more. The anonymous client on the other end greeted me. "How much are you offering for the job?" I typed.

    "Thirty six hundred credits upon completion, no advances."

    "Who's the target?" I asked. This client seemed to be more open than the first one.

    "You wouldn't know him, but he's a complete dick."

    "I don't understand." I replied, intrigued. "What am I hacking?"

    "This aint no mom-and-pop company server, Enkidu." He LOLed. "Your target is the International Academic Database!"

    [​IMG]
     
    Last edited by a moderator: Oct 22, 2011
  13. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 2

    [​IMG]

    Mereka ******** pintar. Setelah menyelesaikan skenario tes mereka, sekarang aku adalah agen uplink yang dinilai. Aku juga tidak punya uang dan berhutang berat pada departemen pinjaman mereka. Mereka menjanjikan aku kebebasan, tapi sekarang mereka menguasai aku.

    [​IMG]

    Tidak ada cara lain keluar dari masalah ini selain terus maju. Untuk membayar hutangku, aku perlu menjual jasaku kepada penawar pertama di pos misi untuk membawaku masuk.

    [​IMG]

    Untuk seakrang, tidak ada apapun tetapi pekerjaan pukul-dan-ambil. Perusahaan saling mengintai satu sama lain, mengkopi data mereka untuk kepentingan pribadi. Industri teknologi telah menjadi semakin kejam dalam beberapa tahun terakhir, untuk keuntunganku.

    Karena tidak banyak yang diketahui tentang kualifikasiku, aku perlu berbincang dulu dengan seorang klien, sebelum aku menerima misi mereka.

    [​IMG]

    Tidak ada kata-kata sederhana. Si klien tidak jelas, suka menghindar, dan tentu tidak nyaman dengan mengepos pekerjaan ini. Secara bijaksana, aku menahan semua pertanyaan yang kupunya. "Oke, aku akan mengambil pekerjaan ini." Aku memberitahu dia, dan perbincangan ini segera ditutup dari sisi klien.

    [​IMG]

    Seorang klien yang nyata. Sebuah target yang nyata, SIM Inc. Internal Services Machine, yang akan tanpa ragu mengejar aku daripada mesin tes rusak itu. Aku membutuhkan sebuah sambungan yang lebih tangguh untuk berjaga-jaga, mulai dengan lebih banyak proxy.

    [​IMG]

    Tempat terbaik untuk menemukan server yang banyak untuk melompat sebuah sambungan adalah InterNIC, sebuah direktori internet otomatis yang dioperasikan dan dibiayai oleh salah satu perusahaan Google yang telah berpisah beberapa tahun lalu.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Pencarianku menghasilkan sejumlah hasil yang menarik, tetapi terlalu banyak sehingga aku hanya menambahkan sepuluh pertama ke dalam daftar lacak tautan. Waktunya untuk beraksi:

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Dua puluh detik kemudian, misi berhasil. SIM Inc. Internal Services Machine telah berusaha melacak sambunganku dengan sia-sia, tetapi dilompat menyeberang dunia dari satu server ke server lainnya sementara pemecah kata sandiku berusaha masuk ke akun admin.

    [​IMG]

    Bagaimana nantinya klien gugup itu merespon pekerjaanku?

    [​IMG]

    Secara formal. Sialan, Ini mudah.

    Lalu, aku mengambil banyak misi pencurian data, dari banyak klien sekaligus.

    [​IMG]

    [​IMG] [​IMG] [​IMG] [​IMG]

    Penyimpanan memoriku penuh dengan data curian. Catatan pelanggan, direktori internal, data ilmiah, kode komputer percobaan...

    [​IMG]

    ...dan kotak masukku dipenuhi ucapan selamat dan pujian.

    [​IMG] [​IMG] [​IMG] [​IMG]

    Sesiangan penuh, aku sendirian telah menyelesaikan semua penawaaran pekerjaan untuk agen dengan peringkat rendah seperti aku.

    Aku merasa seperti 'kotoran hangat'. Setelah mencuri kargo berharga dari database lainnya, aku menjelajahi sebuah mesin dengan rasa ingin tahuku, dan ketika aku secara kebetulan mendapatkan berita buruk:

    [​IMG]

    Oh sial. Setiap mesin yang kuretas, dan setiap mesin yang kulewati, menyimpan catatan akses sistem. Kesenangan retasku selama siang itu telah dicatat dan disimpan dengan seksama oleh setiap mesin yang telah kumasuki.

    Meskipun aku telah mengagalkan semua usaha pelacakan jejak aktif dengan menutup sambungan, aku tidak bisa mencegah seseorang untuk melihat catatan tersebut, dan melacaknya dari satu server ke server lain di waktu luang mereka. Setiap pekerjaan yang telah kuambil, setiap mesin yang kuretas, meninggalkan jejak internasional yang mengarah kembali padaku.

    Aku harus memutuskan hal itu bagaimanapun caranya. Tidak murah, tapi aku mendapatkan solusinya.

    [​IMG]

    Setiap sambungan yang kubuat siang itu telah diarahkan melalui InterNIC. Kalau aku bisa mendapatkan akses ke mesin itu, aku bisa menghapus semua catatan kejahatan dan jejak itu akan terhapus.

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG] [​IMG]

    Sekarang aku bebas. Setelah jejakku terhapus, tidak ada orang yang akan ta-

    [​IMG]

    Bagaimana mereka tahu? Syukurlah, lelaki tembus pandang itu yang bernapas di leherku berada di sisiku. Uplink bisa saja membiarkan aku masuk ke dalam perangkap, jika bukan karena kesempatan penemuanku atas berita buruk itu.

    [​IMG]

    Tetapi paling tidak, aku sudah tidak berada di bawah lagi. Aku login ke bank, untuk menghitung pendapatanku selama siang itu. Program penghapus-catatan adalah perangkat lunak kelas atas, tetapi memakan biaya yang cukup banyak. Setelah itu, sebagian besar uang yang tersisa kugunakan untuk membayar hutang-hutangku.

    Sekali lagi, aku miskin, dan masih membutuhkan uang meski telah bekerja selama siang hari itu. Kenaikan peringkatku membuka kesempatan baru dengan gaji yang cukup besar.

    Aku masuk ke dalam perbincangan sekali lagi. Klien tak diketahui dari ujung lain menyapaku. "Berapa yang kau tawarkan untuk pekerjaan ini?" kuketik.

    "Tiga ribu enam ratus kredit setelah selesai, tidak ada penambahan."

    "Siapa targetnya?" tanyaku. Klien ini terlihat lebih terbuka daripada yang pertama.

    "Kamu tidak akan tahu dia, tetapi dia benar-benar ********."

    "Aku tidak mengerti." jawabku dengan rasa penasaran. "Apa yang aku retas?"

    "Ini bukan server perusahaan mama-dan-papa, Enkidu." Dia tertawa. "Targetmu adalah International Academic Database (Database Akademik Internasional)!"

    [​IMG]
     
  14. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Part 3

    From London I weaved my chaotic web of deceit, bouncing my connection through every inhabited continent and even a few orbital satellites. Though the quality of the connection left much to be desired, it nonetheless made me difficult to track.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I easily broke into the admin account, and my trace tracker beeped to life. I had a whole ten minutes to myself in the International Academic Database.

    [​IMG]

    Aston Holdaway, you've messed with the wrong people.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Faces and academic records flashed before my eyes, as the database sorted through names in alphabetic order. Soon I was met with his timid gaze, staring out at me across cyberspace almost as if he knew what was coming to him.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I lowered his qualifications as requested, and had a little fun with his record. I had plenty of time remaining. They say it is unhealthy to dwell on the past, but I decided to take a stroll down memory lane.

    [​IMG]

    Again, faces and records whizzed past my screen, each flash on my monitor corresponding to somebody's life, their career aspirations, their days of youth and ambition. I was hoping to remember mine, which had become lost in the vague haze of my memory.

    [​IMG]

    Where I was expecting to laugh at a goofy photograph from my youth, I saw none. Where I was ready to reminisce about the antics in my less-than-stellar subjects, the boring summer days of physics, admiring the girls instead of the blackboard, I saw instead a perfect record.

    I was surprised at how such a promising record was to a young man, fresh out of college, could me mine. I still hadn't figured how it had all fallen apart into disorder. Vocational entropy. Why had I once been able to recount flawlessly the properties and applications of a quantum Schaffer orbital, or manually computed multi-vector calculus at the A-level, but could not yet order my own life until Uplink came along?

    Making a mental note to contact the authorities about updating my photograph, I disconnected and covered every trace that it had been me. Mission complete.

    [​IMG]

    Again, I learned that Uplink had been watching me.

    [​IMG] [​IMG]

    For the rest of the afternoon, my digital waltz continued unchecked across the International Academic Database, for over a dozen clients. Imbeciles became experts, and qualifications for unfortunate engineers started vanishing. Meddlesome parents suddenly found their children were failing in school, and entire career changes were orchestrated as staunch scientists found their Ph.D.s were no longer in Biomolecular Engineering and Nuclear Informatics, but rather Religious Studies.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    I added my own flair to each report so I could recognize them should I ever be hired to change them back. What fun.

    Though I made every effort to cover my own tracks, the academic community was gripped with increasing alarm, and I found my hacks making the headlines:

    [​IMG]

    [​IMG]

    I also noticed other suspicious goings-on in the hacker community:

    [​IMG]

    Andromeda... for some reason I recognized that name. Not ARC, though; that was the first time I had heard them called that.

    It does not do well to dwell on the past, but I wasn't even sure Andromeda was in my past. I find my mind increasingly cluttered. Still it was time to move forward. No more hackjobs on the International Academic Database, I had bigger fish to fry:

    [​IMG] [​IMG]

    Time to facilitate Identity-Fraud.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I started work on breaking the admin password, and immediately the database began tracing me, and was doing so much faster than the Academic Database had. I had less than a minute to get in and get out before my location was determined.

    However, getting in was harder. Forging the admin's password was taking much longer than before.

    [​IMG]

    With time running out, I managed to force the password and start an identity search. Alex Scales, you are screwed. I muttered quietly to myself.

    [​IMG]

    Faces and social security documents began flashing across the screen, but I soon found my query. I changed his personal status from 'Self-Employed' to 'Deceased.' Life should get very difficult for Mr. Scales.

    [​IMG]

    Life had just gotten difficult for Enkidu.

    [​IMG]

    Time was running out! I was about to be caught!

    [​IMG]

    With my tail between my legs, I escaped by the skin of my teeth.
     
  15. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 3

    Dari London aku menenun jaringan tipuan pengacau, melompat sambunganku melalui setiap benua yang dihuni dan bahkan sedikit satelit yang mengorbit. Meski kualitas sambungan harus dipikirkan, itu tetap membuatku sulit untuk dilacak.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Dengan mudah aku masuk ke dalam akun admin, dan pelacak jejakku berbunyi dan nyala. Aku mempunyai waktu sepuluh menit untukku selama berada dalam International Academic Database.

    [​IMG]

    Aston Holdaway, kamu telah berurusan dengan orang yang salah.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Wajah dan catatan akademik berganti dengan cepat, sementara database mengurutkan nama sesuai dengan urutan alfabet. Sebentar saja aku melihat wajah ketakutannya, menatap ke arahku menyeberang dari dunia maya seolah-olah dia mengetahui apa yang akan datang kepadanya.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku menurunkan kualifikasinya seperti yang diminta, dan bermain sejenak dengan catatannya. Aku mempunyai banyak waktu yang tersisa. Mereka bilang tidak baik terus memikirkan masa lalu, tetapi aku memutuskan untuk berjalan menelusuri memori itu.

    [​IMG]

    Sekali lagi, wajah dan catatan melesat di layarku, setiap pergantian di monitorku mengacu pada kehidupan seseorang, aspirasi karir mereka, hari-hari muda mereka dan ambisinya. Aku berharap untuk bisa mengingat masa laluku, yang telah lama menghilang dalam kabut samar-samar ingatanku.

    [​IMG]

    Ketika aku berharap untuk tertawa melihat wajah konyol mudaku, aku tidak melihat apapun. Ketika aku siap mengenang tentang lelucon dalam pelajaran yang sulit, musim panas yang membosankan tentang fisika, bukan mengagumi papan tulis melainkan gadis-gadis, aku tidak melihat itu melainkan catatan yang sempurna.

    Aku sangat terkejut bagaimana bisa catatan yang menjanjikan milik lelaki muda, baru lulus kuliah, adalah kepunyaanku. Aku masih belum bisa mengingat bagaimana semua itu menjadi berantakan dan jatuh ke dalam kekacauan. Vocational entropy. Mengapa aku pernah bisa menceritakan secara sempurna mengenai properti dan aplikasi dari kuatum orbital Schaffer, atau secara manual menghitung kalkulus multi-vektor pada tingkat A, tetapi belum bisa mengingat kehidupanku sendiri sampai Uplink datang?

    Membuat catatan mental untuk menghubungi pihak berwenang untuk memasang fotoku, aku memutuskan hubungan dan menghapus semua jejak yang kulakukan. Misi selesai.

    [​IMG]

    Sekali lagi, aku tahu bahwa Uplink terus mengawasiku.

    [​IMG] [​IMG]

    Selama sisa waktu siang, aksi digitalku terus berlanjut di International Academic Database, untuk lebih dari selusin klien. Orang dungu menjadi ahli, dan kualifikasi bagi insiyur yang malang karena terpilih dalam aksiku mulai menghilang. Orang tua mendadak mendapatkan anak mereka gagal di sekolahnya, dan semua perubahan karir diributkan saat ilmuwan hebat mendapatkan gelar Ph.D mereka sudah tidak lagi berada di Teknik Biomolekular dan Informatika Nuklir, tetapi lebih ke Studi Agama.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku menambahkan petunjukku di setiap laporan jadi aku bisa mengetahuinya bila aku dibayar untuk mengembalikannya kembali. Sungguh menyenangkan.

    Meski aku telah berusaha untuk menghapus jejakku, komunitas akademik diberitahu dengan alarm yang berbunyi, dan aku menemukan aksiku telah menjadi berita utama:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku juga memperhatikan kejadian aneh lain yang berlaku di kalangan peretas:

    [​IMG]

    Andromeda... untuk beberapa alasan aku mengenal nama itu. Bukan ARC, meski ini adalah kali pertama aku mendengar mereka dipanggil seperti itu.

    Aku merasa mereka memiliki hubungan dengan masa laluku tetapi aku tidak begitu yakin kalau Andromeda ada di masa laluku. Aku mendapatkan pikiranku semakin kacau. Meski begitu, sekarang adalah waktu untuk bergerak maju. Pekerjaan untuk meretas International Academic Database sudah tidak ada lagi, aku punya ikan yang lebih besar untuk dimasak:

    [​IMG] [​IMG]

    Waktunya untuk melakukan penipuan-identitas.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku mulai bekerja memecahkan kata sandi admin, dan dengan segera database mulai melacak keberadaanku, dan melakukannya lebih cepat daripada Academic Database. Aku punya waktu kurang dari satu menit untuk masuk dan keluar sebelum lokasiku ditemukan.

    Meskipun demikian, untuk masuk itu susah. Mencari kata sandi akun admin memakan waktu lebih lama daripada sebelumnya.

    [​IMG]

    Dengan waktu yang hampir habis, aku berhasil memaksa kata sandi dan memulai pencarian identitas. Alex Scales, kau hancur. Aku bergumam pelan pada diriku.

    [​IMG]

    Wajah dan dokumen keamanan sosial mulai melesat di dalam layar, tetapi sekejap aku menemukan apa yang kucari. Aku mengubah status pribadinya dari 'Wiraswasta' menjadi 'Meninggal Dunia.' Kehidupan Pak Scales akan menjadi sangat-sangat susah.

    [​IMG]

    Kehidupan baru saja menjadi sulit bagi Enkidu.

    [​IMG]

    Waktu hampir habis! Sedikit lagi aku akan ketahuan!

    [​IMG]

    Dengan ekor di antara kakiku, aku meloloskan diri menggunakan kulit gigiku.
     
  16. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Part 4

    The ancient Spartans made the mistake of asking not how many of their foe they faced, but where they were. Pyrrhus of Epirus made the mistake of not asking of the quality of the foe he faced.

    [​IMG]

    Reconnaissance is like ***. When it's good, it's really good. When it sucks, it's better than nothing.

    [​IMG]

    The simplest and dumbest proxy was also the easiest to disable. No subtlety was needed in this operation- I could force my way through (noisily) with cheap software.

    [​IMG]

    However, the usefulness of my system was drawing to an end. Geriatric circuits, a remnant of the late 2000's, whose usefulness was drawing to an end.

    [​IMG]

    My old machine had gotten me this far, unmodified, but something a little more powerful was needed:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Capable of holding an extra 2 CPUs of any design, as well as having room for memory expansion and modem upgrade, the RTech Lite was the clear choice. Though not the most powerful computer, it would last me until I could afford something better.

    [​IMG]

    [​IMG]

    At the back of my mind, I felt trepidation. I had grown personally since starting my career, and as crazy as it sounds, each database and machine I hacked seemed to have a personality. The staunch Social Security Database, the lonely InterNIC, the blissfully unaware Internal Services Machine for some mom-and-pop company.

    It was a good machine, but would I like the RTech Lite? It was hard to tell what thoughts were my own, and what came from the machine 'talking' to me.

    [​IMG]

    I was about to proceed, when I felt a crushing blow from behind. My vision exploded into a field of stars as reality swirled and slipped away. The last thing I saw were the soft blue tones of the interface swirling together into the void.

    * * * * *

    I awoke to a confusing sea of sensations. My broken body lay sprawled across the floor, helpless and leaking. A man was in the distance. I tried to call out for help, I wanted to scream, but words would not come. He saw me, and approached. I did not recognize him.

    He hunched down, over me, and brought out from his toolbox a vicious-looking instrument. I saw the mania in his eyes, and he surely saw the terror in mine, but I couldn't move. I couldn't even feel my limbs. My spine felt like broken gravel.

    He brought his tool down, hard, cutting into my midsection. There was no blood in my form to spill, and his instrument came away almost clean, only now it was looking more like a broadsword, after he had opened me up from chin to groin. Those weren't guts he was ripping out of my body.

    I saw another figure, standing just out of the light. Straining, bending all my will on him - did I recognize him? Save me! I would have screamed, but eyes alone could not conv&#*****^^U.out.load spritefll(b00) roamfx
    "setpoint let (from @$q)" open.wr only;opacity filter &$## qpoint.var
    /splayff {way*index<aleph_null} case_force "open source"
    less (polygon.null = andromeda>>>forward>
    Bmin11d, 9986267; ble.polygon trace; dec.10
    __E.__ BITcracker, 34311 E setvar

    <discontinuity>

    [​IMG]

    * * * * *

    A hundred hundred thousand points of light moving at a hundred hundred thousand miles a second converged to form a grey patch in my dull vision.

    Somewhere in the distance, a man shouted "Okay, you're all set."

    [​IMG]

    In the black, black room this grey patch was the only way forward.

    * * * * *

    [​IMG]

    I felt different, colder than before.

    [​IMG]

    Oh, right. The mission. I had to make someone else's life more miserable than my own. It was time to modify my computer.

    [​IMG]

    [​IMG]

    My entire savings were spent, but I had septupled my processing power. I could almost feel the power humming through my fingers. I was ready to do this.

    [​IMG]

    Chaos never looked so beautiful. I felt sorry for the system admin trying to pick my location out of the disordered web of connections that I bounced through, ending with the Social Security Database in Mexico.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Do you have any idea how difficult it is to forcefully disable a security proxy server, all while sifting through the social security records of every person on earth using a forged administrative password and trying to avoid a trace on my connection?

    It's pretty straight-forward when you are the fastest mind on the planet.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Alex Scales' record now read 'Deceased' and Benjamin Nowbati's record was resurrected. One man enters, one man leaves, and so the equilibrium is preserved.

    [​IMG]

    Over a minute remaining, what seemed like a close call once was now an agonizing eternity. I had been puzzled by my record on the International Academic Database, and now it was time to see just what kind of shit I was in:

    [​IMG]

    [​IMG]

    This was obviously wrong, but I knew the marks of a hacked record. This one was untouched. The sprawling, bureaucracy-laden morass of government didn't need the help of malicious hackers to foul up my records. I would have to return later, and correct their stunning incompetence.

    In the mean time, mission accomplished.

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG]

    Even while news of my exploits was breaking, I kept myself busy. Money was the only resource that limited my growth, and what better way to gain knowledge on the financial institutions than to break into them?

    [​IMG]

    Not all jobs I've done were motivated out of malice. Sometimes nosiness employed my services. Datatek Corporation had received a large nucleotide sequencing order from an anonymous client, and wanted me to confirm the funds existed before they started the job.

    [​IMG]

    This was going to be easy. A bank was one of the most secure computers on the internet. A veritable digital fortress. However, because I was only going to impersonate an existing client, and not even change anything, I didn't need to worry about the proxy and firewalls on defense.

    [​IMG]

    [​IMG]

    The password was laughably easy to crack. I've seen better encryption on luggage.

    Now, to view the account details.... holy shit.

    [​IMG]

    At the height of my wealth, I was worth a whopping 20,000 credits. To see over three-quarters of a million in one account was a humbling experience. Some day, soon, I would be in that position too.

    I disconnected, wiped my logs, and reported my findings.

    [​IMG]

    The client must have given me a glowing review. Later in the afternoon, I received a couple of emails from Uplink.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I would later discover that my meteoric rise through the hacker ranks was not going unnoticed.
     
  17. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 4

    Spartan kuno telah membuat kesalahan dengan tidak menanyakan berapa banyak musuh yang mereka hadapi, malah di mana mereka. Epirus Pyrrhus membuat kesalahan dengan tidak menanyakan kemampuan musuh yang dia hadapi.

    [​IMG]

    Pengintaian itu seperti s*ks. Kalau enak, benar-benar enak. Kalau tidak, itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

    [​IMG]

    Proxy yang paling sederhana dan kuno juga paling gampang untuk dimatikan. Tidak perlu menggunakan cara halus dalam operasi ini- aku bisa memaksa masuk (dengan berisik) dengan perangkat lunak murahan.

    [​IMG]

    Meskipun demikian, kegunaan sistemku sudah menuju akhir. Sirkuit Geriatric, peninggalan dari tahun 2000-an, yang kegunaannya sudah menuju akhir.

    [​IMG]

    Mesin lamaku sudah membawaku sampai saat ini, belum diperbaharui, tetapi sesuatu yang lebih mantap diperlukan:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Kemampuan menggunakan 2 CPU ekstra dari desain manapun, serta mempunyai ruang untuk penambahan memori dan peningkatan kemampuan modem, RTech Lite adalah pilihan yang jelas. Meski bukan komputer yang terkuat, komputer ini bisa membantuku hingga aku bisa membeli yang lebih baik.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Di bagian belakang pikiranku, aku merasa getar. Aku telah tumbuh secara pribadi sejak memulai karirku, dan mungkin terdengar gila, tapi aku merasa setiap mesin dan database yang kuretas tampaknya memiliki kepribadian. Social Security Database yang setia, InterNIC yang kesepian, dan Internal Services Machine milik perusahaan mama-dan-papa yang tidak berhati-hati.

    Ini adalah mesin yang bagus, tapi apakah aku akan menyukai RTech Lite? Susah untuk membedakan mana yang merupakan pikiranku, dan mana yang merupakan suara mesin 'berbicara' padaku.

    [​IMG]

    Aku bersiap untuk memulai, ketika aku merasa ada pukulan menghancurkan dari belakang. Penglihatanku meledak menjadi kumpulan bintang saat realitas berputar dan pergi menjauh. Hal terakhir yang kulihat adalah warna biru halus di hadapanku yang kemudian berputar bersama menuju kehampaan.

    * * * * *

    Aku tersadar dalam sensai lautan kebingungan. Tubuhku yang rusak tergeletak di lantai, tak berdaya dan bocor. Ada laki-laki di kejauhan. Aku mencoba untuk memanggil bala bantuan, aku ingin berteriak, tapi kata-kata tak kunjung terucap. Dia melihatku, dan mendekat. Aku tidak mengenalinya.

    Dia membungkuk di atas badanku, dan mengeluarkan instrumen yang mengerikan dari kotak peralatannya. Aku melihat nafsu di matanya, dan dia pasti melihat ketakutan di dalam mataku, tapi aku tidak bisa bergerak. Aku bahkan tidak bisa merasa kakiku. Tulangku terasa seperti kerikil yang hancur.

    Dia membawa alat-alatnya ke atas lantai, keras, memotong bagian tengah tubuhku. Tidak ada darah dari tubuhku yang bercucuran, dan instrumennya bersih sama sekali, namun sekarang terlihat seperti pedang, setelah dia membuka diriku dari dagu sampai ke pangkal paha. Tidak ada ketakutan darinya saat merobek badanku.

    Aku melihat sosok lain, berdiri tepat di sebelah cahaya. Mengejang, dengan maksud menyampaikan semua keinginanku ke dia - apakah aku mengenalinya? Selamatkan aku! Aku berusaha berteriak dengan penuh tatapan, tapi tatapan saja tidak bisa menya-&#*****^^U.out.load spritefll(b00) roamfx
    "setpoint let (from @$q)" open.wr only;opacity filter &$## qpoint.var
    /splayff {way*index<aleph_null} case_force "open source"
    less (polygon.null = andromeda>>>forward>
    Bmin11d, 9986267; ble.polygon trace; dec.10
    __E.__ BITcracker, 34311 E setvar

    <discontinuity>

    [​IMG]

    * * * * *

    Seratus-ratus-ribu titik cahaya bergerak di seratus-ratus-ribu mil per detik berkumpul untuk membentuk sebuah tambalan berwarna abu-abu di penglihatanku yang kabur.

    Suatu tempat di kejauhan, seorang laki-laki berteriak, "Oke, kamu sudah siap."

    [​IMG]

    Di ruangan hitam, hitam, tambalan abu-abu ini adalah satu-satunya jalan ke depan.

    * * * * *

    [​IMG]

    Aku merasakan perbedaan, lebih keren dari sebelumnya.

    [​IMG]

    Oh, benar. Misi. Aku harus membuat hidup seseorang lain lebih menyedihkan dariku. Inilah waktunya untuk memperbaharui komputerku.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Seluruh tabunganku habis, tetapi aku telah meningkatkan kemampuan prosesorku tujuh kali lipat. Aku bisa merasakan kekuatan bersenandung melalui jari-jariku. Aku siap melakukan ini.

    [​IMG]

    Kekacauan tidak pernah terlihat indah. Aku merasa iba dengan admin sistem yang mencoba mencari lokasiku melalui jaringan lompatan sambungan tak beraturan yang kubuat, berakhir dengan Social Security Database di Meksiko.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Apakah kamu tahu bagaimana susahnya untuk mematikan secara paksa sebuah server proxy keamanan, sambil memilah-milah catatan jaminan sosial dari setiap orang di bumi dengan menggunakan kata sandi admin secara paksa dan mencoba menghindari pelacakan dalam sambunganku?

    Langsung pada intinya kalau kamu adalah pikiran tercepat di planet ini.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Catatan Alex Scales sekarang tertulis 'Meninggal Dunia' dan catatan Benjamin Nowbati dibangkitkan. Satu orang masuk, satu orang pergi, dan begitulah keseimbangan bertahan.

    [​IMG]

    Selama satu menit tersisa, apa yang dulu terlihat seperti panggilan dekat sekarang berubah menjadi siksaan abadi. Aku telah dibuat bingung oleh catatanku di International Academic Database, dan sekarang waktunya untuk melihat apa isi dari mesin ini:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Ini pasti salah, tapi aku tahu tanda-tanda sebuah catatan telah diretas. Yang satu ini tidak pernah tersentuh. Birokrasi pemerintah tidak memerlukan bantuan peretas jahat untuk membuat kesalahan dalam catatanku. Aku pasti akan kembali nanti, dan memperbaiki ketidakkompetenan mereka yang benar-benar menakjubkan.

    Dalam waktu yang singkat, misi tercapai.

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG] [​IMG]

    [​IMG]

    Bahkan ketika berita kejahatanku menjadi berita utama, aku tetap menyibukkan diriku. Uang adalah satu-satunya sumber daya yang membatasi perkembanganku, dan apa jalan yang lebih baik untuk memperoleh pengetahuan tentang institusi perbankan selain meretas ke dalamnya?

    [​IMG]

    Tidak semua pekerjaan yang sudah kulakukan karena kedengkian. Kadang-kadang klien membeli jasaku. Datatek Corporation telah menerima serangkaian permintaan pekerjaan dari klien tak diketahui, dan menginginkan aku mengkonfirmasi keuangannya sebelum mereka melakukan pekerjaan tersebut.

    [​IMG]

    Pekerjaan ini akan menjadi mudah. Sebuah bank adalah salah satu dari komputer teraman di internet. Sebuah benteng digital sesungguhnya. Meskipun demikian, karena aku akan berpura-pura sebagai klien yang sudah terdaftar, dan tidak akan mengubah apapun, aku tidak perlu khawatir tentang pertahanan proxy dan firewall.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Kata sandinya terlalu mudah untuk dibobol. Aku pernah melihat enkripsi yang lebih baik di sebuah bagasi.

    Sekarang, untuk melihat rincian akun.... sialan.

    [​IMG]

    Kekayaanku sekarang hanya bernilai 20,000 kredit. Melihat lebih dari tiga per empat juta dalam satu akun adalah pengalaman yang menyedihkan. Suatu hari, segera, aku akan berada di posisi itu juga.

    Aku memutuskan sambungan, menghapus semua jejakku, dan melaporkan penemuanku.

    [​IMG]

    Klienku pasti telah memberikan tinjauan yang menyemangatkanku. Siang harinya, aku menerima beberapa surat elektronik dari Uplink.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Kemudian aku menemukan kenyataan bahwa kenaikan meteorku di antara peringkat peretas tidak akan berjalan tanpa diketahui.
     
  18. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Part 5

    Though it increased my power and made my attacks so much more potent, the RTech Lite was a cold and grim machine. Over the next few days, I came to realize that its icy malice was beginning to wear on me. The feel of the machine began to remind me of some sort of gray death.

    I was looking forward to the day I would eventually outgrow the RTech Lite, so I could leave it behind, but first I had one more task to accomplish.

    [​IMG]

    File deletions and theft of data I had done before, but the wiping of an entire database was as yet beyond my experience.

    [​IMG]

    The connection was heavily guarded by a high-level proxy and firewall, and constantly watched by a state-of-the-art monitor program. Even connecting to the machine proved difficult:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Even once I had managed to route my connection through the company, I realized I could not beat this machine. Yet.

    What do you do when your path is obstructed by a door? Do you bash down the door, or spend some time trying to figure out the secret knock? To break into the Datalink Central Mainframe I would need tools, and to get those I would need money.

    The other day, I had broken into the Action Systems Bank. Now I returned, this time not as a spy but a customer.

    [​IMG]

    [​IMG]

    With my account created, I started sniffing around.

    [​IMG]

    [​IMG]

    For what I was about to pull, I could actually afford the means to overcome the bank's defenses. I sank an entire third of my net worth into purchasing a top-of-the-line proxy disabler.

    I was shaking hands with the bank with one hand, but getting ready to stab them in the back with my other. I returned later that night.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Half of the work had already been done. I already knew how to gain access to the purchaser's account, but only now did I have the means to make changes.

    [​IMG]

    No hack, so no trace. Everything was quiet. I struck, faster than shit off a shiny shovel. Within seconds the bank's proxy server had failed. 802,093 credits, more than forty times my remaining worth, flowed within the server to my new account. The deed was done, and I was nearly a millionaire. Now, it was time to cover my tracks.

    [​IMG]

    I broke into the purchaser's account statement, and deleted the record of the money leaving the account. Not even a blank space remained- the fortune would seem to have simply disappeared.

    [​IMG]

    By now, the administrator had begun a trace, even though he was too late to possibly catch me.

    [​IMG]

    I entered my own account, and deleted all record of ever having received the money.

    [​IMG]

    I looked one more time at the work of art I had made my connection before severing it. Lorenz would have weeped upon seeing such chaotic movement.

    [​IMG]

    All that remained was to remove any record of me having connected to the bank in the first place.

    [​IMG]

    Victory. I could fuel my growth another day.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    No client could pay as well as a bank robbery. First now... escape. I needed to escape the gray death for an even more powerful computer.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    At last, I was ready to leave this depressing mach/*loif n-> vertex_polygon
    ;vasse truncate & dex!=0.9999 bias_ccw (index_endpoint;+index) && p
    44937, INITIALVOWEL _e_ 739AC REVELATION <<erasecursor>> 9B *

    <discontinuity>

    * * * * *

    [​IMG]

    The gray hues of the RTech Lite's personality swam underneath my eyelids, dissipating into darkness. I found myself sprawled once more on the floor, and like in the last dream I could tell without opening my eyes there was someone leaning over me. My clothes were being peeled off.

    Footsteps. There was another man here, too, like last time. I felt a scratch on my stomach, and bolted upright, my eyes snapping open. The same malicious thug was crouched over me, and he recoiled in surprise. The man behind him had obviously not expected my movement, and quickly stepped back out of the light, but he was too late.

    I recognized him. It was the man in the tie.

    The thug pelted me across my face with a blunt object, caving my skull in. Yet still I was alive. From his toolbox he took a metal sphere the size of a baseball and laid it on my stomach. I was helpless to resist, but he looked puzzled. He pushed on it, almost as if hoping it would sink into my body somehow, and even tried making a crude incision with his fingernails to no avail.

    Eventually he gave up and slammed the ball into my stomach at such a high rate of speed it broke skin. Standing up, he wiped his gore-soaked hands on his shirt and inspected my mangled body, the metal ball still peeking out of the hole he had ripped in my gut. He wasn't happy with the result, but had obviously been unprepared for the job.

    All went black, and with a buzzing head I trudged forward.

    [​IMG]

    * * * * *

    [​IMG]

    The new machine had a warmer, more welcoming feel. It would sustain me for a long time, and with it I began drawing plans to complete my mission:

    [​IMG]

    Hacking, cracking, stealing and spying. Now it was time to kill a computer.
     
  19. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 5

    Meski telah meningkatkan kemampuanku dan membuat seranganku lebih ampuh, RTech Lite adalah mesin yang dingin dan suram. Beberapa hari kemudian, aku mulai sadar bahwa hawa dingin kejahatan mulai menyelimuti diriku. Nuansa mesin mengingatkanku pada semacam mati suri.

    Aku sudah menantikan hari di mana aku akan tumbuh melebihi RTech Lite, jadi aku bisa meninggalkannya, tetapi sebelumnya aku punya satu tugas untuk diselesaikan.

    [​IMG]

    Penghapusan berkas dan pencurian data telah kulakukan sebelumnya, tetapi menghapus seluruh database di luar pengalamanku.

    [​IMG]

    Sambungan itu dijaga ketat oleh proxy dan firewall tingkat tinggi, dan terus menerus dipantau oleh program monitor. Bahkan untuk tersambung pun terbukti sulit:

    [​IMG]

    [​IMG]

    Bahkan setelah aku berhasil memutar sambunganku melalui perusahaan tersebut, aku sadar aku tidak bisa mengalahkan mesin ini. Belum.

    Apa yang kamu lakukan jika jalanmu dihalangi sebuah pintu? Apakah kamu akan mendobrak pintu tersebut, ata menghabiskan waktu mencoba mencari tahu ketukan rahasia? Untuk membobol Datalink Central Mainframe aku membutuhkan beberapa alat, dan untuk mendapatkannya aku membutuhkan uang.

    Di lain hari, aku telah memobol Action Systems Bank. Sekarang aku kembali, kali ini bukan sebagai pengintai tapi sebagai pelanggan.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Dengan terciptanya akunku, aku mulai mengendus sekitarku.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Untuk apa yang akan aku tarik, aku sebenarnya bisa menguasai pertahanan bank. Aku menghabiskan sepertiga dari uangku untuk membeli program penonaktifkan proxy.

    Aku berjabat tangan dengan bank menggunakan satu tangan, tapi bersiap menusuk mereka dari belakang menggunakan tangan satunya. Aku kembali ke sana malam itu.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Setengah dari pekerjaanku telah selesai. Aku sudah mengetahui bagaimana mendapatkan akses ke akun pengguna, tetapi sekarang aku hanya ingin melakukan beberapa perubahan.

    [​IMG]

    Tidak ada peretasan, jadi tidak ada pelacakan. Semuanya tampak tenang. Aku melakukannya lebih cepat. Sekejap saja, server proxy bank telah mati. 802,093 kredit, lebih dari empat kali uangku yang tersisa, mengalir dalam server menuju ke akun baruku. Selesai, dan aku hampir mendekati jutawan. Sekarang, waktunya menghilangkan jejak.

    [​IMG]

    Aku membobol keterangan di akun, dan menghapus catatan bahwa uang tersebut meninggalkan akun. Tidak ada yang tersisa - keberuntungan tampaknya menghilang mendadak.

    [​IMG]

    Sekarang, admin mulai melacak, meski dia terlambat untuk menangkapku.

    [​IMG]

    Aku memasuki akunku, dan menghapus semua catatan mengenai penerimaan uang tersebut.

    [​IMG]

    Aku melihat sekali lagi hasil seni yang telah kubuat selama tersambung sebelum aku memutuskannya. Lorenz akan menyesal setelah melihat perpindahan uang yang menghancurkan tersebut.

    [​IMG]

    Yang tersisa adalah menghapus semua catatan yang menyatakan aku telah tersambung dengan bank itu sejak awal.

    [​IMG]

    Kemenangan. Aku bisa mengisi perkembanganku lain hari.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Tidak ada klien bisa membayar seperti halnya perampokan bank. Sekarang... lari. Aku perlu lari dari kematian abu-abu ini untuk komputer yang lebih canggih.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Pada akhirnya aku siap untuk meninggalkan mesin menye-/*loif n-> vertex_polygon
    ;vasse truncate & dex!=0.9999 bias_ccw (index_endpoint;+index) && p
    44937, INITIALVOWEL _e_ 739AC REVELATION <<erasecursor>> 9B *

    <discontinuity>

    * * * * *

    [​IMG]

    Kepribadian RTech Lite berwarna abu-abu berenang-renang di bawah kelopak mataku, menghilang dalam kegelapan. Aku mendapatkan tubuhku tergeletak sekali lagi di atas lantai, dan seperti mimpi terakhir aku bisa mengetahui tanpa membuka mataku bahwa ada seseorang bersandar di tubuhku. Pakaianku sedang dibuka.

    Langkah kaki. Ada laki-laki lain di sini, seperti waktu itu. Aku merasakan cakaran di perutku, dan diberdirikan dengan tegak, membuat mataku terbuka lebar. Preman jahat yang sama berjongkok di dekatku, dan dia mundur karena terkejut. Laki-laki di belakangnya juga terkejut dengan pergerakkanku yang tidak terduga, dan secepat mungkin mundur dari lingkupan cahaya, tapi dia terlambat.

    Aku mengenalnya. Dia adalah laki-laki berdasi itu.

    Preman itu melempar wajahku dengan benda tumpul, melubangi tengkorakku. Tapi, aku masih tetap hidup. Dari kotak peralatannya, dia mengambil sebuah bola logam sebesar bola bisbol dan menaruhnya di atas perutku. Aku tak berdaya untuk melawan, tapi dia terlihat bingung. Dia menekannya, seolah berharap bola itu akan masuk ke dalam tubuhku bagaimanapun caranya, dan bahkan mencoba membuat sayatan kasar dengan kukunya, tapi tanpa hasil.

    Akhirnya dia menyerah dan membanting bola masuk ke dalam perutku dengan kecepatan tinggi sehingga merobek kulitku. Dia berdiri, dan mengelap tangannya yang basah di bajunya dan memeriksa tubuhku yang hancur, bola logam itu masih terlihat keluar dari lubang yang telah dia robek di ususku. Dia tidak senang dengan hasil tersebut, tapi telah jelas dia tidak siap dengan pekerjaan ini.

    Semuanya menjadi gelap, dan dengan suara mendengung di kepalaku, aku terus maju.

    [​IMG]

    * * * * *

    [​IMG]

    Mesin baru memiliki perasaan yang lebih menerima dan lebih hangat. Hal ini akan menghambatku dalam waktu yang lama, dan dengan itu aku mulai menyusun rencana untuk menyelesaikan misiku:

    [​IMG]

    Meretas, membobol, mencuri dan mengintai. Sekarang adalah waktunya untuk membunuh sebuah komputer.
     
  20. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Part 6

    [​IMG]

    [​IMG]

    From my digital leviathan, I looked out across the net. It was hard to believe that I had been a beginner less than three weeks ago. Now I was one of the most feared hackers in the world. Up until now, I had seduced machines. Twisted their digital projections around my finger and pinned them at my mercy.

    [​IMG]

    Today that mercy ran out. I was going to break into the Datalink Networks Central Mainframe and destroy the machine.

    [​IMG]

    A little bit of detective work, and I had the phone number of the mainframe's administrator. I decided to give him a little call.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Ed picked up the phone. Loudly chewing a mouth full of potato chips he casually spoke: "Hello?"

    I was silent. He continued chewing, open-mouthed, waiting for a voice that didn't come. "Is there anybody there?" He said, a little more irritated this time. He jammed another hand full of snacks into his mouth and chewed. "C'mon! Hello?" He insisted one more time before hanging up.

    The twenty-second-long recording I had made of the call was a monument to corpulence and sloth. I would have erased my logic board to hear what that greasy **** would scream tomorrow. Quickly, I got to work twisting his voice, separating the timbre of his speech from the crunching of chips rolling around in that foul trap of his, and wrapping it around a real sentence of my making.

    After bouncing my connection around the world again, I reconnected to the fortified central mainframe.

    [​IMG]

    [​IMG]

    The time for brute force had ended. I had learned to superficially impersonate the personality of the mainframe, just well enough to bypass the suspicions of the connection monitor, I had also learned to weave my way through the firewall, and to escape the meddlesome wiles of the proxy, which l-checked every move made on the server.

    [​IMG]

    With bypasser software launched, I had conquered the drawbridge leading up to the castle, so to speak. Now it was time to get into the gates:

    [​IMG]

    Using what I learned from my brief conversation, I put on my best Ed-impression for the mainframe. There was no sound of the fat faggot masticating his salty snacks. Only the voice of Ed, which spoke clearly and cheerfully.

    The mainframe took a moment to consider my submission. 117 milliseconds passed, and I waited. This was where the plot would succeed, or be blown wide open.

    The mainframe signaled its response:

    [​IMG]

    Like a person extending a hand for a handshake, it cheerfully opened up. I took that hand, and twisted it behind her back, pinning it in an iron grip, and immediately broke into the administrator's account. The mainframe cried out for help, but the monitor and proxy weren't listening.

    [​IMG]

    I could have accessed the file server, and manually deleted the precious, guarded data within, but that wouldn't be fun. I entered the console.

    [​IMG]

    I was going to thoroughly rape the machine, and then force it to delete its own files.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    In my brutality, I had slipped up. The monitor had caught the sound of a whimper, and was tracing me. With my new eyes, I could see the trace crawling back to me, like a snake. The feebled device could never hope to catch me at this point.

    I had the mainframe splayed out before me, its innards exposed and vulnerable. She seemed to beg almost, pleading for her continued existence.

    [​IMG]

    I eradicated the machine, erasing every lat byte of her operating system. Mission complete.

    [​IMG]

    [​IMG]

    While reading of my actions in the news, I also learned of growing unease within the hacker community.

    [​IMG]

    Andromeda again. Suddenly I remembered where I knew that name. For the past two weeks I had been routing my connection through the "Andromeda Public Access Server", amongst many others. Perhaps some time at a later date, I ought to look into the company. Petty morality aside, they might offer more interesting work to an agent of my standing.

    * * * * *

    Midnight. At the bottom of a disused building in London, a man in sunglasses approached a locked iron door. A security camera above the door turned and followed his movements. He stepped forward, out of the shadow so I could see him clearly, and addressed the camera:

    "Enkidu, I know you're in there. I also know we can't risk being seen together. I don't have much time to explain myself, but know this: you and I work under the same roof."

    My camera whirred as I fixed in on his face. I definitely didn't recognize him. If he was a fellow hacker, then he had to be proficient at covering his tracks. Upon getting no response, the man in the sunglasses spoke again:

    "I'm not sure how much you've learned, but there is more reality to your experiences than you realize. Uplink has been manipulating you, Enkidu, and they are growing increasingly frustrated at your accelerated progress. Tread lightly, and start transferring your assets elsewhere. If you hide the extent of your growth from them, you may buy yourself some time. I've left you a message somewhere where you will find it. I'll be in touch."

    With that, he turned and slipped back into the shadow.

    * * * * *

    Another day, another task. Perhaps to fight boredom, instead of well-defended machines.

    [​IMG]

    The chat was mercifully short and to-the-point. I was to break into another government database, this time to ruin the spotless criminal record of my client's rival.

    [​IMG]

    All this time, and it was only getting easier. Effortlessly and in the blink of an eye, a chaotic and globe-spanning connection arose and linked me to the Global Criminal Database.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I encountered a new defense that I had been anticipating. After the security failures on other government systems at my hand, the Global Criminal Database had been upgraded with elliptic-curve encryption, a suite B algorithm recommended by the National Security Agency.

    The idea of the cypher was that the equation y^2 = x^3 + a x + b had an infinite number of solutions with a plane in dimensional space. To break such an encryption, one had to guess the underlining integer used to compute the curve point in the finite field.

    [​IMG]

    There was no exploitable weakness in the algorithm...

    [​IMG]

    ...except that breaking the cypher was as simple as 'guess and check.'

    [​IMG]

    It was only a matter of time...

    [​IMG]

    ...until I had eliminated every possible combination of integers.

    I was in.

    [​IMG]

    [​IMG]

    I quickly defiled Sean Edwards' clean record, far beyond the expectations of my client. I had him arrested on trumped-up-charges.

    My mission completed so soon, I needed to continue some research on an issue that was increasingly bothering me.

    [​IMG]

    After weeks of searching, I had finally found a morsel. It was nothing more than a lead, or perhaps this was the message the agent had told me about, cleverly hidden and disguised as an investigative lead.

    Protovision.

    I took note of the message, and then erased it, once again leaving an identity document of mine spotless, and the life of a target of mine ruined.

    [​IMG]

    * * * * *

    [​IMG]

    I pondered a list of all the machines operated by Protovision. I had looked into the company, and learned that during the '1983 heist,' something big was stolen from Protovision. Hoping the trail would lead to answers to my own mystery, I started from the top of the list: Protovision Game Server.

    [​IMG]

    There was no security on the connection to worry about, and I was surprised to find myself routed through an older telephone line connected to a 1980's era modem.

    The sleepy machine on the other end asked only for a password.

    [​IMG]

    I tried everything I could on it. A brute-force password crack, decyphers, and even a dictionary attack. I got the feeling that something just wasn't interfacing correctly, and continued my futile attempts to break into the machine for a whole minute before giving up.

    I was left wondering: What is the Protovision Login Sequence?
     
  21. R3Qui3M M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Aug 29, 2009
    Messages:
    621
    Trophy Points:
    141
    Ratings:
    +4,848 / -0
    Terjemahan Part 6

    [​IMG]

    [​IMG]

    Dari langit digital, aku melihat ke arah internet. Sulit dipercaya bahwa aku adalah pemula kurang dari tiga minggu yang lalu. Sekarang aku adalah peretas yang ditakuti di seluruh dunia. Sampai sekarang, aku telah menipu mesin-mesin. Membelitkan proyeksi digital mereka dengan jari-jariku dan menahannya dengan rasa kasihan.

    [​IMG]

    Hari ini rasa kasihan sudah hilang. Aku akan membobol Datalink Networks Central Mainframe dan menghancurkan mesin tersebut.

    [​IMG]

    Sedikit pekerjaan detektif, dan aku memiliki nomor telepon admin mainframe. Aku memutuskan untuk menelepon dia.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Ed mengangkat telepon tersebut. Dengan suara keras kunyahan keripik kentang penuh di mulutnya, secara biasa dia menjawab: "Halo?"

    Aku diam. Dia tetap mengunyah, dengan mulut terbuka, menunggu jawaban yang tidak datang. "Ada orang di sana?" ucapnya, sedikit rasa kesal kali ini. Dia memasukkan satu tangan penuh keripiknya ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. "Ayolah! Halo?" Dia bertahan satu kali sebelum menutupnya.

    Rekaman selama dua puluh detik yang kubuat adalah monumen untuk kegendutan dan kemalasan. Aku tidak akan menggunakan akal sehatku untuk mendengar apa teriakan ******** berlemak itu besok. Secepatnya, aku langsung bekerja memutar suaranya, memisahkan warna nada perkataan lelaki itu dengan suara kriuk-kriuk keripiknya yang hancur di mulut jebakannya, dan merekayasakannya untuk menciptakan suaranya sesuai dengan kalimat yang kuinginkan.

    Setelah melompatkan sambunganku di seluruh dunia sekali lagi, aku terhubung dengan central mainframe yang dibentengi.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Waktu untuk serangan paksaan acak telah usai. Aku telah mempelajari secara sekilas cara meniri kepribadian mainframe, cukup untuk melewati kecurigaan sambungan monitor, aku juga telah mempelajari cara untuk menyelip melewati firewall, dan kabur dari jebakan tipu muslihat proxy, saat aku memeriksa setiap pergerakan yang dibuat dalam server.

    [​IMG]

    Dengan berjalannya perangkat lunak bypasser, aku telah menaklukkan jembatan tarikan menuju kastil, begitu juga dengan berbicara. Sekarang waktunya untuk memasuki gerbang:

    [​IMG]

    Menggunakan apa yang aku pelajari dari percakapan singkatku, aku melakukan peran Ed dengan bersungguh-sungguh untuk mainframe. Tidak ada suara lelaki gendut homoseksual yang sedang mengunyah makanan ringannya yang asin. Hanya suara Ed yang berbicara dengan jelas dan riang.

    Mainframe membutuhkan beberapa saat untuk memikirkan permintaanku. 117 milidetik berlalu, dan aku menunggu. Ini adalah saat di mana plot akan berhasil, atau ketahuan.

    Mainframe memberikan responnya:

    [​IMG]

    Seperti seseorang yang memberikan tangannya untuk berjabat tangan, dia dengan tersenyum memberikannya. Aku menjabat tangan itu, dan memutar tangan itu menjadi di belakangnya, memasukkannya ke penjepit besi, dan segera membobol akun admin. Mainframe itu berteriak minta tolong, tapi monitor dan proxy tidak mendengarkannya.

    [​IMG]

    Aku bisa saja mengakses server berkas, dan menghapus data berharga dan terlindungi secara manual, tapi itu tidak akan memuaskan hatiku. Aku memasuki perintah console.

    [​IMG]

    Aku akan memperkosa mesin itu dengan sangat, lalu memaksanya untuk menghapus berkas-berkasnya.

    [​IMG]

    [​IMG]

    [​IMG]

    Dalam kebrutalanku, aku telah menyelinap masuk. Monitor menangkap suara rengekan mainframe, dan melacak keberadaanku. Dengan mataku yang baru, aku bisa melihat pelacakan itu berjalan menuju ke lokasiku, seperti ular. Perangkat lemah seperti itu tidak akan pernah menangkapku sekarang ini.

    Aku mendapat mainframe terhampar di depanku, dengan isi perutnya yang terekspos dan rentan. Dia terlihat memohon dengan sangat, memohon kelanjutan eksistensinya.

    [​IMG]

    Aku memusnahkan mesin itu, menghapis setiap byte terakhir dalam sistem operasinya. Misi selesai.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Saat membaca aksiku dimuat di berita, aku juga melihat adanya kegelisahan yang semakin meningkat dalam komunitas peretas.

    [​IMG]

    Andromeda lagi. Tiba-tiba aku ingat di mana aku tahu nama itu. Dua minggu lalu aku telah mengalihkan sambunganku melalui "Andromeda Public Access Server", di antara lainnya. Mungkin kapan-kapan, aku patut mempelajari perusahaan itu. Tak peduli moral atau etika, mereka mungkin menawarkan pekerjaan yang menarik kepada agen lainnya.

    * * * * *

    Tengah malam. Di bagian bawah bangunan tak terpakai di London, seorang laki-laki mengenakan kacamata mendekati pintu besi yang terkunci. Sebuah kamera keamanan di atas pintu berputar dan mengikuti pergerakannya. Dia mendekat, keluar dari kegelapan sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas, dan mengarahkan mukanya ke kamera:

    "Enkidu, aku tahu kamu di dalam sana. Aku juga tahu kita tidak boleh bertemu secara langsung. Aku tak punya banyak waktu untuk memperkenalkan diriku, tapi ketahuilah ini: kamu dan aku bekerja di atap yang sama."

    Kameraku mendesir ketika aku mengunci posisi kamera pada mukanya. Aku yakin tidak mengenalinya. Jika dia sesama peretas, pasti dia harus ahli menghapus jejaknya. Tidak mendapat respon apapun, laki-laki berkacamata itu berkata lagi:

    "Aku tidak tahu seberapa banyak yang kamu ketahui, tapi masih ada banyak kenyataan dalam pengalamanmu dari yang kamu sadari. Uplink sudah memanipulasimu, Enkidu, dan mereka sangat frustasi dengan perkembanganmu yang cepat ini. Gerak secara perlahan, dan mulai memindahkan asetmu ke tempat lain. Jika kamu menyembunyikan perkembanganmu yang cepat ini, kamu mungkin memiliki waktu yang cukup. Aku telah meninggalkan pesan di suatu tempat di mana kamu akan menemukannya. Aku akan berhubungan denganmu lagi."

    Setelah itu, dia berbalik dan menyelinap kembali ke dalam kegelapan.

    * * * * *

    Lain hari, lain tugas. Mungkin untuk melawan kebosanan, daripada mesin yang sangat terlindungi.

    [​IMG]

    Perbincangan ini sangat singkat dan langsung pada intinya. Aku akan membobol database lain milik pemerintah, kali ini menghancurkan catatan kriminal rival klienku yang masih bersih.

    [​IMG]

    Semuanya kali ini, malah semakin mudah. Tanpa buang banyak energi dan dengan sekali kedip, sambungan tak beraturan dan mendunia telah terpasang dan menghubungiku dengan Global Criminal Database.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku mendapatkan sebuah pertahanan yang baru yang sudah kuantisipasi. Setelah sistem keamanan gagal berfungsi dalam sistem komputer pemerintah berada di tanganku, Global Criminal Database, telah ditingkatkan keamanannya dengan enkripsi kurva-elips, sebuah algoritma rangkaian B yang direkomendasikan oleh National Security Agency.

    Ide dari algoritma adalah persamaan y^2 = x^3 + a x + b telah memunculkan solusi tak terbatas dengan sebuah pesawat di ruang dimensi. Untuk memecahkan enkripsi ini, kita harus menebak bilangan bulat yang digarisbawahi untuk menghitung titik kurva dalam luas terbatas.

    [​IMG]

    Tidak ada kelemahan dalam algoritma yang bisa dieksploitasi...

    [​IMG]

    ...kecuali membobol sandi sesederhana seperti 'tebak dan periksa.'

    [​IMG]

    Ini hanyalah masalah waktu...

    [​IMG]

    ...sampai aku mengeliminasi semua kemungkinan bilangan bulat.

    Aku sudah di dalam.

    [​IMG]

    [​IMG]

    Aku secepatnya mengotori catatan Sean Edwards yang bersih, jauh melebihi harapan klienku. Aku membuatnya terkena pelanggaran pasal berlapis.

    Misiku selesai terlalu cepat, aku perlu melanjutkan beberapa penelitian tentang isu yang membuatku penasaran.

    [​IMG]

    Setelah berminggu-minggu mencari, akhirnya aku menemukan sebuah butir. Tidak lebih dari petunjuk, atau mungkin ini adalah pesan yang diberitahu oleh agen itu, dengan cermat tersembunyi dan disamarkan sebagai petunjuk investigasi.

    Protovision.

    Aku mencatat pesan itu, dan kemudian menghapusnya, sekali lagi meninggalkan dokumen mengenai keberadaanku yang bersih, dan kehidupan sang target hancur.

    [​IMG]

    * * * * *

    [​IMG]

    Aku memikirkan sebuah daftar semua mesin yang dioperasikan oleh Protovision. Aku telah melihat ke dalam perusahaan, dan mengetahui bahwa selama 'pencurian 1983,' sesuatu yang besar telah dicuri dari Protovision. Berharap bahwa jejak ini akan membawaku ke jawaban mengenai misteri diriku, aku memulai dari daftar teratas: Protovision Game Server.

    [​IMG]

    Tidak ada penjaga keamanan dalam sambungan untuk dikhawatirkan, dan aku terkejut menemukan diriku diarahkan melalui sebuah sambungan telepon kuno untuk terhubung dengan modem era 1980.

    Mesin yang mengantuk di ujung sambungan hanya menanyakan sebuah kata sandi.

    [​IMG]

    Aku mencoba semua yang aku bisa. Pembobolan kata sandi secara paksa, deksriper, dan bahkan sebuah serangan berdasarkan kamus. Aku merasa bahwa sesuatu tidak berjalan semestinya, dan melanjutkan usaha yang sia-sia untuk membobol mesin selama semenit sebelum menyerah.

    Aku dibiarkan penasaran: Apa Login Sequence dari Protovision?
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.