1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

OriFic Helel Ascensus (Diablo Falling 2nd Book)

Discussion in 'Fiction' started by Heilel_Realz012, Oct 19, 2011.

Thread Status:
Not open for further replies.
  1. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    Genre : Supernatural / Drama / Tragedy / Occult / Action / Psychological
    Tag Age :
    21+

    Ok, ini adalah sekuel / buku kedua dari Orifict Diablo Falling. more Tragedy, Conspiracy, Truth, etc.
    link Diablo Falling http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=148840

    Bertemakan suasana Post-Apocalypse, fict ini menceritakan mengenai para survivor yg bertahan hidup di ganasnya dunia dan juga orang - orang yg mengetahui benar apa yg menjadi alasan/ sebab mengapa dunia bergerak menuju kearah kehancuran.

    Fict yg berlabel Revelation ini, akan menceritakan kisah perjalanan manusia yang menuju ambang Hari Penghakiman.
    silahkan dibaca dan klo berkenan tinggalkan komen, kritik, atau saran. :beer:


    [​IMG]

    The Second Book – Primo cecidit Excitandis “HELEL Ascensus”

    By Heilel_Realz012

    Another title name : The First Fall Awaken “Lucifer Rising”

    Status : OnGoing


    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]
    [​IMG]


    Salibkanlah hatiku…

    Bunga cantik yg mekar diantara ilalang liar. Katakanlah sesuatu.

    Ketika kau menutup matamu, tidak akan ada lagi kesedihan yg akan kau rasakan..

    Ketika kau kehilangan perasaan hangat.. kau tidak akan merasakan lagi rasa sakit.

    Salibkanlah cintaku..

    Kau pergi meninggalkan luka terdalam. Tidak ada lagi suara lembut. Tidak ada lagi senyuman indah.

    Meninggalkanku dengan ingatan masa lalu. Memerangkapku dalam dunia fana.

    Tidak ada lagi masa depan untuk kita berdua, tidak ada lagi kesempatan untuk saling menyapa.

    Angin dingin menangis melatari dan membuatku bebas melepaskan kesedihan.

    Salibkanlah jiwaku

    Melihat dirimu begitu sunyi tanpa kata, tak kuasa mengucapkan kata selamat tinggal

    Sekarang aku kehilanganmu..​


    Said Ibrahim heart words for Sannael inside the Porta Dogma ~


    Seorang gadis katolik yg begitu taat yang memiliki tragedy buruk mengenai umat manusia, tiba - tiba saja harus berselisih pandang cukup pelik dengan pemuda yang menyangkal Tuhan mengenai masalah Keberadaan akan Tuhan. Di tengah perdebatannya atas apa yang ia percayai, ia akhirnya menyadari banyak hal yang harus dilihat. gadis itu mulai menyadari perlahan, bahwa dunia ini bukan hanya mengenai soal Religion saja, tapi juga mengenai humanity dan God itu sendiri.

    Di lain pihak, seorang pemuda yang beriman yg ditinggalkan Tuhan sejak masa kecilnya, akhirnya memilih membuang nama aslinya dan memilih untuk menjadi seorang penyangkal akibat dari gugatan dia pada Tuhan atas keadaan dunia yang terjadi tepat didepan matanya. bagi sang pemuda, ada atau tidak adanya Tuhan itu tidaklah merubah apapun pada dunia.

    Cerita fiksi ini akan berkutat seputar bagaimana sisa - sisa yang ada dari ketiga agama samawi (yang diwakili oleh 3 tokoh utama) bersatu bukan atas nama agama, tapi atas nilai - nilai agama yang mereka imani masing - masing untuk me-rebuild dunia kembali yang sekarang telah rusak. Disini Agama bukanlah menjadi pembeda ataupun menjadi pemicu perselisihan di era masa akhir dunia.

    Ketika manusia yang selamat benar - benar kehilangan harapan, ternyata akhirnya mereka menyadari bahwa Pilihan masa depan dunia sekarang ada ditangan mereka sendiri. Apakah mereka akan memilih untuk melaksanakan judgement day demi menghapuskan segala penderitaan yang ada? atau akan tetap memilih terus berusaha menunda waktu "penghakiman" dengan berbagai cara?

    semua pertanyaan itu akan terjawab di dalam Trilogy Diablo Falling ini [​IMG]

    Prologue​


    Hidup adalah sesuatu yg sangat berharga, suatu bentuk hal yg tidak dapat ditukar atau dinilai dengan harga sebesar apapun. Sebuah bentuk ungkapan yg sering kudengar di buku – buku juga dari mulut para cendikiawan. Tapi kenyataannya, Aku tidaklah benar – benar mengetahui dengan baik harga dari sebuah nyawa manusia. Tidak setelah apa yg telah aku alami semasa hidupku ini.

    Hidup dalam pengejaran, ketakutan akan diburu dan kematian yg selalu mengincarmu dari berbagai arah adalah hal yg kualami di masa lalu. Aku tidak mengerti kenapa mereka mengejarku dan ingin membunuhku. Aku tidak benar – benar mengetahui apa bentuk kesalahan yg pernah aku lakukan pada mereka. Masa kecilku hanya meninggalkan memori kesedihan, ketakutan, pertanyaan. “kenapa aku harus mengalami ini?”

    Aku tumbuh semakin dewasa dan dapat melihat dunia yg lebih luas yg dahulu tidak bisa aku lihat. Aku mempelajari banyak hal, belajar memahami keindahan dari apa yg telah Tuhan ciptakan untuk manusia. Aku tersadar, seburuk apapun masa lalu yg pernah aku jalani aku tahu Tuhan masih ada bersamaku. Dia melindungiku dan memberikan kasihnya padaku, manusia yg dahulu sering sekali meminta kematian untuk datang.

    Tuhan mengajariku arti mengenai kehidupan…

    Aku melihat kedamaian hilang menjadi debu oleh kedua mataku sendiri. Keceriaan berubah menjadi kemuraman. Suara tawa bahagia berubah menjadi tangisan kepiluan. Semuanya terbakar,kobaran api yg terlihat dimana – mana. Seperti Neraka yg nyata, aku hanya bisa tertegun melihatnya.

    Aku menangis terisak, mengapa nyawa milikku sendiri yg kuanggap tidak berharga malah terselamatkan dari segala bencana besar yg sedang terjadi. Untuk hidupku, nyawa banyak orang dan juga nyawa orang – orang yg kucintai harus menjadi korban. Pengorbanan yg tidak sepadan dengan satu nyawa yaitu hidupku. Semuanya adalah kesalahan.. Aku menyalahkan diriku sendiri untuk semuanya. Aku hidup dalam beban kematian mereka.

    Kenapa hidupku begitu berharga?

    Aku bertemu dengannya, seorang lelaki misterius dengan mantel hitam panjang berhoody dilatari kelamnya malam. Aku tidak tahu siapa dia, aku tidak tahu apa aku bisa mempercayai dirinya atau tidak. Yang aku tahu, dia hidup diluar dunia tempat aku hidup. Bergerak dibalik bayangan, melawan mereka sosok yg kuanggap tidak pernah nyata.

    Aku mencoba mengerti tentangnya, kesedihannya, penderitaanya, juga tanggung jawab yg dia pegang kuat. Setiap kali dia melangkah bergerak, dia mengajarkanku mengenai sesuatu. Aku belajar memahami sesuatu yg sebelumnya tidak pernah sempat kupikirkan. Mengenai Agama, Kehidupan Manusia, dan Tuhan itu sendiri.

    Aku tidak tahu telah berapa kali aku menangis untuknya, dan telah berapa kali aku bertengkar hebat dengannya. Aku tidak pernah berpikir mengenai cinta, dan bagaimana aku mulai menjadi begitu dekat dengannya. Aku tidak tahu apa yg dia pikirkan dan apa yg dia inginkan. Tapi untukku dia adalah sosok yg berarti.

    Dan segalanya akhirnya terjadi.. dia memilih mengorbankan jiwanya demi menyelamatkan hidupku…

    Aku kehilangannya, menangis menyesali apa yg telah terjadi. Kenapa hal itu terulang kembali? kenapa hidupku menjadi lebih berharga daripada hidup orang lain? kenapa aku harus melihat kembali orang – orang yg berarti bagiku mengorbankan jiwa mereka untukku? Kenapa Tuhan? Kenapa harus aku yg mengalami ini?

    Kenapa kau pergi Shade? Kenapa kau tega meninggalkanku?

    Rasa dingin itu, merasakan kesendirian lagi. Kesepian bersama sebuah tanggung jawab yg ada dalam badanku.. Anak dalam rahimku.



    *****​

    Dibawah ini merupakan keseluruhan ruang lingkup SAGA Diablo Falling. Dari cerita utama trilogy, sidestory, hingga alternative world.

    * Diablo Falling SAGA

    Servus Dei Gabriel "prequel Diablo Falling" (ongoing) Timeline 4108 B.C - before 2278 B.C http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=147688

    Diablo Falling Trilogy :

    - After inctum 1st Book (end) Timeline 2015 A.D after impact http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=148840

    - Helel Ascensus 2nd book (ongoing) Timeline 2015 - 2023 A.D http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=190065

    - Deus Adversarium Symbol 3rd Book (in concept) Timeline 2023 - 2025 A.D


    * Diablo Falling side story

    The Three Code (end) timeline 1999 A.D http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=148805

    Coup De Grace (ongoing) timeline 2012 A.D http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=256605

    Zeitgeist Anthologie :

    - Beyond the Promised land (in concept) Timeline 1016 - 1936 A.D

    - Witchcraft (in concept) timeline 1998 A.D

    - Harvest Blood (in concept) timeline 2006 A.D

    - Origin of The Sect (in concept) timeline 2000 - 2014 A.D

    - Le Noire Saint Croix (in concept) timeline 2012 - 2013 A.D

    - Operation Subject Zero (in concept) timeline 2014 A.D

    * Diablo Falling Alternative World

    Diablo Rising (ongoing) Timeline unknown http://www.indowebster.web.id/showthread.php?t=190047
     
    Last edited: Mar 14, 2012
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    ****INDEX STORY****

    ACT 0 - PROLOGUE page 1

    ACT I - VIATOR REBELLION page 1
    Act 1.1 Prelude Rebellion part 1
    Act 1.2 Prelude Rebellion part 2
    Act 1.3 Prelude Rebellion part 3
    Act 1.4 Longing and Distance
    Act 1.5 Hear Our Prayer
    Act 1.6 The Traitor Path
    Act 1.7 Rebel Against The order
    Act 1.8 Man who are called Armilus, Anti Christos, or Al masih Ad Dajjal
    Act 1.9 The battle of lost love, irony of chaste
    Act 1.10 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 1
    Act 1.11 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 2
    Act 1.12 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 3

    ACT II - LA HORDE page 2
    Act 2.1 The world We are Know
    Act 2.2 Nightmare in the Past, Alaska Tragedy
    Act 2.3 Life in the Grieve
    Act 2.4 Forgotten Headquarter
    Act 2.5 What Have I Done
    Act 2.6 Running In The Storm
    Act 2.7 The Mysterious Man Appear in the Darkness
    Act 2.8 Remember and Reunion
    Act 2.9 Lair of Destiny

    ACT III - TRINITY PROJECT page 4
    Act 3.1 Twelve Cross of Saint Croix
    Act 3.2 Last Cross and The Hidden Area
    Act 3.3 Remember The Saint Croix Tragedy
    Act 3.4 The Secret Beneath The Shadow Revealed
    Act 3.5 Rebuild The New Hope
    Act 3.6 The Heaven You Wanted
    Act 3.7 Soil Will Return To The Ground
    Act 3.8 Faith for Justice and Rightness
    Act 3.9 The Value Of Life
    Act 3.10 I am Alone
    Act 3.11 Man Who had been Considered Die
    Act 3.12 Brotherhood And Betrayal
    Act 3.13 Silver Bullet And The Black Sword
    Act 3.14 Standing At The Storm
    Act 3.15 La Lune Blanche Pleurs
    Act 3.16 Requiem pour le Saint Graal

    ACT IV - Operation Jerussalem
    Act 4.1 Prologue to Promise
    Act 4.2 Overture the Promised Land

     
    Last edited: Mar 17, 2012
  4. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    index 2 tq go to the fortuna
     
  5. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    book 2 ch1 :sailor:

    ACT 1 – Viator Rebellion​



    [​IMG]

    Act - 1.1 Prelude Rebellion part 1

    Aku melihat langit yg berwarna merah kelam berawan gelap bergerak dan merasakan hembusan angin yg berputar pelan memeluk rasa dingin yg begitu kuat. Dilatari dengan kehancuran besar yg terlihat disekelilingku, Aku tidak menyangka sekarang ini aku masih dapat berdiri tegak dan bernafas.

    Ingatan pergi meninggalkanku begitu saja. Amarah dan kebencian membakar jiwaku menyadarkanku mengenai kenyataan yg terpampang jelas dihadapanku. Aku membuang imanku, dan sekarang aku kehilangan kepercayaan yg selama ini aku percaya.

    Aku memberikan semua yg aku miliki, tenagaku, jiwaku, hanya untuk mereka kelompok yg aku naungi dan aku percayai. Order of Silver kelompok yg wanita itu kenalkan padaku, Sannael, wanita yg begitu percaya pada kelompok ini, wanita yg mencoba membawa cahaya pada dunia yg penuh dosa.

    Namun semuanya itu akhirnya berakhir dalam kesia – siaan, karena aku tahu kenyataan yg sebenarnya.. Kenyataan yg pahit…

    Aku tidak dapat mempercayai apapun lagi sekarang. Baik The Sect, maupun Order of Silver, keduanya adalah sama. Mereka menjalankan sebuah rencana dibalik semuanya, menipuku dan hanya memanfaatkanku.


    Aku tidak bisa memaafkannya. Grandmaster memberikannya misi ketempat ini, tempat dimana kepausan tertinggi berada untuk membunuhnya. Kepercayaanku melahirkan kebencian. Ungkapan perasaan dengki, membungkamku dengan keyakinan penuh bahwa tidak ada lagi yg dapat dipercaya.


    Aku terjatuh dalam kegelapan pekat sendirian. Terpaku dalam amarah yg memuncak dan kebencian yg melesak begitu dalam. Aku ingin membalas dendam untuk segalanya, melepaskan penghakiman pada mereka, para pendosa.


    ***


    2 month later

    Abandoned France, Ruined Paris


    Aku bernafas dengan pelan, mengingat segala impian yg pernah ada di masa laluku. Anak laki – laki yg hidup dalam kesepian dan kesendirian. Terduduk bersandar dalam gang yg gelap meratapi segala nasibnya. Kemanapun aku pergi, dimanapun aku mendapat kebahagiaan, pada akhirnya akan berakhir kembali dengan kesendirian.

    Aku sekarang berdiri di atap salah satu bangunan di kota ini Paris, kota mode dan kota dimana cinta dan romantisme lahir dan tumbuh. Semua ungkpan indah mengenai kota ini tidaklah dapat kulihat. Ya tidak ada apapun ditempat ini. suasana yang sunyi, beeserta bangunan – bangunan yg hampir roboh dan keadaan yg berantakanlah yg nyata kulihat.
    Buah nyata hasil dari kesalahan umat manusia, pernyataan itu tidak dapat disangkal.

    Bertahun – tahun aku berlatih menempa diri dan menjalankan misi demi umat manusia. Bergerak tanpa seorangpun yg menyadari keberadaanku hanya untuk menjaga suatu kata yg disebut dengan “kedamaian”. Jerih payah yg kulakukan berakhir dengan kesia – siaan. Pada akhirnya manusia itu sendiri yg menghancurkan dunia.

    Semuanya berubah. Keadaan indah yg dahulu mereka para manusia nikmati berubah menjadi penderitaan, dan ketakutan. Sesuatu dari balik kegelapan telah bangun membawa keinginan untuk membalaskan dendam. Mereka mengintai, dan mengambil ancang – ancang untuk melepaskan kemarahan pada mereka makhluk yg paling dimuliakan oleh-Nya.

    Pilar api yg menghancurkan Vatican tidaklah menghentikan apapun. Gerbang yg telah terbuka tidaklah tertutup. Mereka yg Tercemar mulai bermunculan dimana – mana, menebarkan terror, ketakutan, dan juga rasa perlawanan demi kehidupan didalam lubuk hati para manusia.

    Banyak darah yg bercipratan dan tergenang. Mereka para manusia yg selamat dari Bencana Besar yg melanda dunia harus menghadapi ketakutan besar mereka selanjutnya. Pertikaian demi mendapatkan makanan untuk hidup, berjuang menghadapi Kanibalisme, dan sekarang keberadaan sosok jahat yg dahulu mereka percaya dan imani dalam agama mereka masing – masing yg menginginkan jiwa mereka.

    Dapatkah manusia hidup dalam dunia seperti itu?

    Pertanyaan itu mengembalikan ingatanku mengenai iman yg dahulu kupegang. Kisah mengenai masa tanpa Tuhan, Masa dimana kebaikan telah hilang dan kekacauan menyelimuti seluruh dunia. Pertanda mengenai akhir dunia dan kedatangan Kedua baginya.

    Apakah sekarang ini adalah Masa yg dikisahkan itu? Masa dimana mereka orang – orang beriman tidak ingin merasakannya. Apakah memang sekarang telah dekat menuju hari penghakiman?

    “Brakkk!!!!”

    Suara pintu atap terbuka dengan keras disertai dengan suara banyak sekali derap langkah kaki terdengar. Segerombol orang – orang muncul dari balik pintu bergerak dengan tergesa – gesa memegang senjata api dan juga senjata tajam ditangan mereka masing – masing.

    Lelaki bermantel hitam panjang dan mengenakan hoody dikepalanya yg sedang terdiam diujung atap memandangi keadaan sekeliling kota Paris, menyadari kedatangan orang – orang yg berada dibelakangnya. Dia tidak terlihat terkejut dengan suara tiba – tiba yg sebelumnya terdengar. Dia tahu siapa mereka semua dan apa yg mereka inginkan darinya.

    Gerombolan pendatang yg mengenakan pakaian hitam dan hoody dan membawa senjata itu, berdiri berbaris menyamping dibelakang pemuda itu. Enam orang pendatang itu memandang dengan sangat serius dan gugup satu sosok berpakaian hitam yg berada tepat didepan mereka semua.

    “Shade Linecore!! Kami datang untuk menangkapmu atas kejahatan dan pengkhianatanmu pada Order!! Jatuhkan senjatamu dan ikutlah bersama kami ke Avalon untuk melaksanakan hukumanmu!!”

    Suara salah satu orang dari gerombolan hitam itu berbicara lantang. Lelaki yg berdiri diujung atap bangunan yg masih berdiri itu yg sedang memegang pedang hitam legam tidak menjawab apapun. Dia hanya tersenyum kecil tanpa sedikitpun bergerak dari posisinya.

    “Jika kau tidak kooperatif, dengan terpaksa kami harus membunuhmu ditempat ini!!”

    Pemuda berpakaian hitam yg menjadi buronan itu bergerak membalikan badannya dan memandang kearah enam orang manusia yg datang untuk menangkapnya. Wajahnya yg tertutup oleh hoody yg terpasang dikepalanya dan hanya memperlihatkan bagian hidung dan juga mulut, memberikan efek ketakutan bagi para pengejarnya. Keenam orang itu terdiam sejenak dan salah satu orang ada yg menelan ludah memandang sosok lelaki yg sebelumnya berani menyerang Avalon sendirian.

    Buronan itu tersenyum pada mereka semua. Aku dapat merasakan perasaan hati orang itu, ketenangan tanpa ketakutan walaupun sekarang dia tengah berada pada posisi berhadapan dengan enam orang manusia yg terlatih membunuh. Kenapa aku dapat begitu mengerti mengenai perasaannya? Karena aku adalah orang itu sendiri, buronan yg sedang dalam pengejaran Order of Silver. Namaku adalah Shade Linecore.


    ***

    “Kenapa kalian tidak memulai mencoba untuk membunuhku sekarang?” Suara pelanku menjawab kata – kata anggota Order yg berdiri paling depan dibarisan.

    “Kami tidak ingin melakukan hal itu padamu Master.”

    “Kalau begitu pulanglah dan katakan pada Grandmaster bahwa misi kalian gagal.” Ujarku dengan tenang.

    Ke enam anggota Order yg dalam keadaan gugup itu dilanda kebingungan. Mereka menyadari siapa yg sekarang sedang mereka hadapi. Seorang pahlawan Order yg telah menghancurkan kelompok The Sect, dan merupakan mantan pemimpin mereka dalam misi mempertahankan Avalon dari penyerangan di masa lalu.

    “Kami tidak bisa melakukannya..” suara salah satu anggota yg berdiri gugup berbicara tegas.

    Aku melihat dengan jelas dari gerakan tubuh mereka. Bukan kepercayaan diri tapi kegugupan yg jelas – jelas memancar. Aku tahu mereka tidak ingin menangkap atau melukaiku, tapi misi telah diberikan. Apapun yg terjadi, dalam kondisi apapun dan rasa ketergoyahan diri sebagaimanapun mereka harus tetap menyelesaikannya.

    “Pertikaian tidak dapat terhindarkan….” Suara kata – kataku yg belum selesai terucap membuat keenam orang yg mengejarku menjadi bersiaga penuh.
    Dengan mataku sendiri aku sadar susana ditempat ini berubah. Mereka yg memegang pedang memegang senjatanya dalam posisi bertahan, Sedangkan mereka yg memegang rifle dan juga handgun mengarahkannya tepat kearahku sekarang ini. Merasa khawatir? Tidak. Aku telah mengetahui kondisi dan kesiapan mereka. Yang Kulakukan adalah kembali melepaskan senyum dan akhirnya kuselesaikan kata – kataku.

    “Namun aku akan belajar untuk menghindarinya..”

    Mereka tersentak kaget mendengar jawabanku, apalagi setelah melihatku berlari dari tempatku berada. Suara tembakan senjata api terdengar beserta juga derap langkah kaki mereka semua dan teriakan mereka untuk memintaku berhenti terngiang begitu jelas.

    Aku tidak memperdulikan mereka. Aku tetap berlari cepat sambil menghindari lesatan peluru yg menuju kearahku dengan juga menenteng pedang hitam yg sebenarnya bisa kugunakan untuk melumpuhkan mereka semua.

    Matamu yg indah, bibirmu yg merekah, dan raut wajah manis itu yg selalu kuingat. lumuran darah, dirimu terbaring dan pertanyaan besar “kenapa?” yg kau lontarkan yg tidak bisa kujawab. Amarah dan dendam membutakan segalanya, rasa sesal selalu muncul diakhir. Aku sadar, aku telah melukai wanita yg begitu peduli padaku dengan tanganku sendiri dan menyesali semuanya.

    Selintas ingatan itu muncul dihadapanku, memberikanku pelajaran menganai akibat dari apa yg kulakukan. Aku tahu bahwa rasa dendam, amarah, dan kebencianku pada Order masihlah ada dan begitu kuat dihatiku ini. Bukanlah dengan jalan memusnahkan mereka semua cara penyelesaiannya. Tapi mengungkap kebenaran yg terjadi pada Sannael adalah yg terpenting dari segalanya. Pengungkapan besar dari rahasia yg mereka sembunyikan rapat – rapat dibalik semua yg terjadi.

    “Teeeemgggg!!” suara lesatan peluru yg berusaha menjatuhkanku dan malah mengenai pipa besi.

    Aku tetap berlari kencang dan menyadari bahwa tujuan didepanku telah mencapai bagian lain dari ujung bangunan. Tidak ada jalan lain ke kiri maupun ke kanan lagi. Apakah harus berhenti pada Dead End yg menghalangi? Tidak, aku malah tersenyum menyadari bahwa tepat didepanku adalah jalan keluarku.


    ******​
     
    Last edited: Nov 26, 2011
  6. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    book 2 update Act 1.2 :nikmat:

    Act - 1.2 Prelude Rebellion part 2

    Lompatan tinggi dilakukan melontarkan seluruh tubuhku dari bagian tepi bangunan sebelumnya bergerak mengarah kebangunan yg lain dengan tinggi yg lebih rendah. Mereka semua yg mengejarku terpana melihat kenekatan yg kulakukan. Beberapa ada yg memaksa melompat juga mengikutiku dan ada juga satu orang yg berhenti berlari di tepian gedung.

    “Bruugh!!” suara pijakan kakiku menapak pada atap gedung yg kutuju.

    Sampai diatap gedung tujuan, aku menggerakan kaki dan melakukan rolling sebelum akhirnya kembali berdiri dan berlari lagi. Suara letusan senjata kembali terdengar bersahutan namun semua itu tidak kupedulikan. Anggota Order masih juga mengerjarku dan tidak kusangka mereka lebih baik dari yg aku kira. Dalam hati aku merasa senang, karena aku memiliki kesempatan untuk menguji kemahiran mereka semua sekarang.

    Suara derap langkah yg berat, nafas sesak, dan juga butiran keringat yg mulai keluar, tidak menyurutkan keinginan mereka semua untuk menangkap buronan yg paling dicari oleh kelompok mereka.

    Pemuda bermantel hitam yg merupakan pengkhianat itu berlari dan sampai ketepian bangunan dan memegang sisi pembatas dengan tangan kirinya seraya melompat dan menggerakan tubuhnya berputar pada poros lengannya dan melesak masuk pada lantai dibawahnya.

    Gerakan yg dilakukan itu membuat takjub para pengejar yg mengejarnya. Mereka kemudian melakukan hal yg sama dan tidak berhenti mengejar target yg mereka telah temukan dengan susah payah.

    “Prank!! Prank!! Prank!!” suara barisan kaca yg terpasang memanjang di dinding – dinding pecah terkena rentetan tembakan yg dilepaskan. Shade Linecore berlari dibagian sisi yg lain dari pengejarnya agak menunduk berusaha menghindari semua serangan yg ada.

    Memandang dengan cermat rangkaian tangga yg menuju kelantai bawah, dia dengan segera melangkahkan kakinya kesana dan langsung melompat ditengah – tengah tangga yg membentuk putaran dan melesat dengan cepat jatuh kearah bawah.

    Dengan posisi kepala dibawah yg jatuh turun dengan cepat, Sang buronan menggerakan tubuhnya melakukan rolling dan kemudian menancapkan pedang hitamnya opada salah satu bagian tangga dan kemudian bergerak berputar berayun dan menarik pedang hitamnya yg tertancap melesat cepat memasuki ruangan yg merupakan areal parkir dalam bangunan.

    Baru saja dapat bernafas lega dari segala aksi yg telah dia lakukan, pemuda itu melihat asap hitam muncul dari balik mobil – mobil yg rusak dengan areal pelataran parkir kendaraan yg semerawut berantakan dan juga kotor.

    Dua bola mata merah muncul di wujud asap hitam itu. sang pemuda terdiam sejenak memandangi sosok mereka dan tersenyum menyadari apa yg sekarang ada dihadapan dirinya.

    “Kalian Yang Tercemar muncul untuk menghalangi jalanku juga? Tidak kusangka hari ini menjadi hari yg begitu menarik.”

    Shade Linecore memegang pedang hitam ditangannya kedepan dalam posisi menyerang. Memegang dengan kedua tangannya, dia mengambil ancang – ancang dan berencana untuk melakukan serangan.

    Suara langkah kaki yg bergerak turun dari tangga terdengar begitu keras. Mereka keenam anggota Order yg sebelumnya terpencar dalam pengerjaran, kini kembali berkumpul dan tiba di tempat dimana targetnya berada.

    “Berhenti Shade Linecore!! Jangan paksa kami melakukan hal buruk padamu!!” Teriakan keras dari salah satu anggota Order menggema keras diuruangan yg cukup luas dengan pemandangan bangkai – bangkai mobil yg tidak beraturan.

    Ke enam anggota order itu terkejut melihat apa yg sedang mereka lihat jelas oleh mata mereka masing – masing. Buronan yg sedang mereka kejar, Shade Linecore kini tengah bertikai dengan Horde Setan dengan kulit hitam legam bertanduk runcing, berbola mata merah, dan memiliki tubuh yg unik.

    Sabetan keras dilakukan memotong tubuh terkutuk yg tepat menghalangi jalannya. Shade yg menyadari dirinya mulai terkepung tidak berhenti bergerak begitu saja. Selesai melepaskan banyak sabetan, dia kemudian melepaskan tendangan keras kearah belakang dan mendorong jatuh setan hitam yg berusaha menerkamnya.

    Kericuhan menjadi suatu pemdangan nyg terlihat ditempat itu dan memberikan kebingungan bagi ke enam anggota Order yg sedang terikat dalam misi. “Apa yg harus kita lakukan?” suara salah satu anggota Order berbicara.

    “Tangkap Shade Linecore dan habisi semua setan yg terlihat!!” Jawab sang pemimpin kelompok dengan tegas disertai dengan gerakannya yg berlari maju dan mencoba ikut masuk kedalam pertikaian.

    ***

    Mereka semua anggota Order dan juga mantan anggota Order, sejenak mengesampingkan masalah yg ada dan bergerak pada satu tujuan yaitu bertikai dan menghabisi mereka para Setan yg muncul dan menjadi ancaman bagi manusia. Melepaskan teknik pedang yg mereka miliki masing – masing juga ketepatan menembak yg mereka tempa dan latih, mereka semua membuat gerombolan Horde yg muncul diruangan itu berjatuhan terbaring berlumuran darah.

    Shade Linecore yg menjadi target dalam misi, bertempur membantai semua makhluk terkutuk yg dia benci dengan pedang hitam yg dia pegang. Bertempur dengan gaya akrobatik dirinya yg stylish, putaran backflip, juga kelihaian permainan pedangnya diudara membuat para anggota Order yg berada disana mengerti, mengapa target yg sedang mereka kejar mendapatkan gelar Order Master.

    Gelombang pertama berhasil dilewati, tapi semua itu belum selesai begitu saja. Gelombang kedua datang secara tiba – tiba dari berbagai arah. Berdatangan berlarian para Setan berwarna hitam mengerikan mencoba melukai mereka para manusia yg berada disana dengan menginginkan melahap jiwa mereka.

    Pertikaian yg lebih hebat terjadi. Darah tergenang dimana – mana disertai luka – luka sayatan yg muncul pada tubuh anggota Order yg sedang bertempur. Tujuh orang bertempur ditempat itu dengan keahlian senjata yg berbeda – beda yg belum cukup ahli. Berjatuhanlah dua orang dari keenam orang anggota Order yg bertempur itu. Terluka berat dengan darah yg merembes keluar terlihat dari luka mereka, membuat kepanikan melanda anggota yg lain dan melepaskan fokus mereka.

    Shade yg merasakan cukup kewalahan dengan jumlah yg muncul, mengiris lengan kirinya dengan senjatanya sendiri dan kemudian meminum darah yg keluar dari luka yg dia buat sendiri.

    Ritual yg dahulu dia benci. Ritual yg dahulu coba dihentikan agar tidak terjadi oleh Elenna, sekarang pemuda itu lakukan tanpa berpikir panjang.

    Dia sadar dengan jelas apa yg dia lakukan akan menghilangkan rasa kemanusiaannya sedikit demi sedikit. Tapi dia sekarang sudah tidak peduli dengan apapun. Hal buruk yg mungkin akan terjadi pada dunia ini, terbukanya seluruh Veil yg tersisa sudah bukan menjadi urusannya. Hanya Sannael yg dia pikirkan. Kebenaran atas kematiannya dan jawaban mengapa Kepausan tertinggi membunuhnya adalah yg dia cari. Tidak ada lagi tujuan lain selain rasa sesak itu.


    ******​
     
  7. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update Act 1.3 :peace:

    Act - 1.3 Prelude Rebellion part 3

    Semua kericuhan berakhir. Para anggota Order yg sebelumnya bertempur begitu keras, kini terdiam penuh luka dan beberapa ada yg memapah tubuh anggota mereka yg terluka parah. Terdiam memandang tepat kearah target yg sedang mereka kejar. Mereka semua melihat sosok yg berbeda yg membuat mereka menelan ludah.

    Tubuh hitam legam mengerikan, bertanduk empat dengan dua tanduk panjang menjulang kelangit dan dua lagi melengkung kebawah dekat dengan leher. Sosok itu memiliki dua bola mata. Mata kanannya menyala begitu terang berwarna merah mengalirkan air mata darah dan mata kirinya hitam legam tidak terlihat bola matanya.

    Sosok setan yg begitu jelas dengan sayap patah berwarna hitam yg terpasang pada punggungnya itu, memegang pedang hitam legam miliknya yg berlumuran darah dengan begitu kuat. Mereka semua Anggota Order menyadari siapa sebenarnya sosok itu dan bagaimana mereka sebelumnya melihat dia membantai Horde Setan yg datang bergerombol ditempat ini sendirian.

    Bola mata merahnya yg mengalirkan air mata darah memandang mereka semua. Dapat melihat jelas rasa ketakutan yg disembunyikan dari gerakan tubuh mereka dan dari detak jantung mereka yg dapat terdengar jelas oleh sosok setan hitam itu.

    Kepulan asap hitam tiba – tiba muncul keluar dari kulitnya. Mengepul bergerak menutupi sosok mengerikan setan yg nyata yg anggota Order sekarang sedang lihat dengan tidak bergeming. Tubuh mengerikan itu kini telah berubah kembali, memperlihatkan sosok lelaki yang mengenakan mantel hitam panjang dengan hoody yg menutupi wajahnya dan memegang pedang hitam.

    Para Anggota order itu sadar, target yg sedang mereka coba tangkap bukanlah manusia biasa atau lebih tepatnya mungkin dia bisa disebut bukan manusia. Mereka yg sedang menahan rasa sakit dari luka yg ada ditubuh mereka dilanda kebingungan juga dengan apa yg harus mereka lakukan selanjutnya. Mereka semua takut dengan apa yg akan selanjutnya dilakukan oleh Targetnya pada diri mereka semua.

    Shade Linecore tidak mengucapkan kata – kata apapun. Dia menghela nafas lalu kemudian bergerak membalikan badannya dan berjalan perlahan menjauhi para anggota Order yg terluka itu.

    “Berhenti Shade Linecore!! Kami tidak akan membiarkanmu pergi!! Kamu harus membayar semua hal yg telah kau lakukan di Avalon!!” suara sang pemimpin kelompok yg sedang terluka berteriak keras sembari berlari dan menyeret pedang yg dia pegang menuju kearah Shade yg sedang berjalan pelan.

    “Trankk!!!!!” suara dentangan pedang terdengar keras dan memperlihatkan tubuh pemimpin anggota Order itu jatuh terbaring di lantai dengan pedang yg berputar – putar diudara dan akhirnya jatuh menancap jauh dari tempatnya.

    Pemimpin regu Order yg kaget dengan serangan itu kembali berusaha berdiri namun dia melihat sebuah pedang hitam sedang terhunus tepat dilehernya. Keringat dingin membasahi pundaknya dan dia menelan ludah merasakan ketakutan apa yg mungkin akan dilakukan oleh Shade Linecore selanjutnya.

    Pemimpin Kelompok yg sedang dalam kondisi genting itu melihat bola mata kanan pemuda dihadapannya menyala berwarna merah terang dan membuatnya menjadi kesulitan bernafas.

    “Jika aku benar – benar ingin membunuh kalian semua, aku akan melakukan itu tepat di atap dimana kalian menemukanku.”
    Keadaan ditempat itu menjadi hening dan tidak ada satupun dari Anggota Order yg berani berbicara atau menjawab.

    “Dengarlah kalian para Anggota Order, pikirkanlah apa yg sebaiknya kalian lakukan sekarang. Tetap bertarung melawanku dengan kondisi terluka seperti itu dan berharap dapat menyeretku kembali ke Avalon, atau memikirkan dan berusaha mengobati anggota Tim kalian yg terluka parah dan mencoba menangkapku di lain hari?”

    Keheningan kembali terjadi cukup lama. Tidak ada jawaban apapun yg muncul dari mulut salah satu anggota Order. Shade yg melihat semuanya kemudian menurunkan arahan pedangnya pada sosok yg sedang terbaring ketakutan., lalu memandangi mereka semua dan kemudian membalikan badannya berjalan bergerak pergi.

    “Aku akan menunggu kalian semua untuk kembali menangkapku.” Suaraku terucap dalam langkah pelanku menuju ujung tepian bangunan parkiran itu yg memperlihatkan dunia luar.

    “Kenapa Master Shade? kenapa anda mengkhianati Order?” suara pelan wanita yg merupakan salah satu anggota order yg terlihat sedang memapah tubuh temannya yg terluka parah.

    Aku menjawab singkat dengan dilatari momen berhembusnya angin yg begitu kuat yg mengibarkan mantel hitam panjang yg kukenakan. “Kalian tidak akan mengerti alasannya.”

    Mereka semua diam setelah mendengar jawabanku dan melihat aku bergerak melompat jatuh dari tempat itu. Tubuhku terasa begitu ringan, menyadari gravitasi yg ada melepaskan angin dingin yg menyejukan.

    “Braaakk!!” Suara hantaman keras terdengar, mereka para anggota order yg tidak terluka cukup parah, berlari kencang kearah tepian parkiran tempat sebelumnya aku barada dan melihat apa yg terjadi dibawah sana.

    Aku terdiam dalam posisi berlutut dengan pedang yg menancap kuat pada jalanan yg menimbulkan retakan cukup besar. Secara perlahan aku bergerak kembali berdiri tegap dan kemudian mencabut pedang itu dari jalanan.

    Suasana yang indah dahulu, kini hanya menyisakan pemadangan kehancuran. Aku memandangi daerah sekelilingku yg dahulu merupakan blok kota Paris yg begitu indah dan bersinar yg sekarang hanya memperlihatkan kesemerawutan kota dengan puing – puing dimana – mana.

    Aku melangkah bergerak dari tempatku berada, berjalan pelan dibagian jalan kecil kota Paris. Selintas ingatan itu kembali muncul, pelataran suasana yg sama yg dahulu kulihat di London. Aku mengingat kembali mengenai kenangan itu.

    Tidak ada tempat bagiku kembali sekarang. Hanya menjadi seorang pengkhianat dan dikejar – kejar oleh orang – orang yg dahulu merupakan teman seperjuanganku sendiri. Itu semua tidak menjadi masalah. Sebanyak apapun genangan darah harus diberikan untuk mengungkap kebenaran yg ada, aku bersedia untuk melakukannya.

    Tapi kamu Elenna.. Kau menahanku..

    Aku begitu benci untuk mengingat kejadian itu, saat aku masih diliputi oleh rasa sakit di tubuhku juga hatiku dan dimana rasa dendam, amarah, dan kebencian memuncak yg menguasaiku penuh. Aku benci untuk mengingat semuanya, tapi aku akan menceritakan semuanya dengan jelas sekarang.

    Kisah hari dimana aku mengobarkan perang pada mereka dan hari dimana pemberontakan berdarah yg kulakukan telah menyakiti hatinya.

    Inilah kisahku…


    *******​
     
  8. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update Act 1.4 :nikmat:

    Act - 1.4 Longing and Distance


    Two Week Ago, Florence

    Monumen of Faith, Avalon Hills


    Seorang wanita yg mengenakan pakaian dress putih panjang dan mengenakan kain hitam cukup panjang yg dipasang menutupi kepalanya hingga tergerai panjang menutupi dada, berdiri terdiam tidak berkata apapun dengan menatap dengan penuh kesedihan kearah suasana pelataran dalam kota Avalon.

    Berdiri sendirian dipuncak bukit ditempat dimana Monumen Peringatan akan Bencana Besar berada, dia menikmati rasa kesendiriannya dari suasana hening yg tercipta. Sang wanita tidak bergerak dari tempatnya dan tetap diam membisu mendengarkan suara kicauan burung dan juga suara hembusan angin pagi hari.

    Dia melepaskan nafasnya perlahan yg sebelumnya dia tahan dalam – dalam, lalu kemudian melepaskan semua kata dan suara kegundahan hatinya didalam hati yg merupakan satu – satunya tempat pelariannya.

    Pandanganku terpaku pada indahnya dunia. Tertuju dengan pasti, mataku tidak sedikitpun berkedip memandangi suasana yg ada disekeliling diriku. Butiran salju yg jatuh telah berhenti. Menutupi hamparan pelataran kota yg hancur berantakan dengan salju putih yg indah dan menyejukan.

    Melodi rendah mengalun menyuarakan suara hati yg telah habis untuk terucap. Dilatari suasana sepi dan suasana cerah mentari pagi, aku terkesima memandang indahnya dunia dibalik kesedihan yg masih kurasakan.


    Lacrimosa Dies illa, (The day of tears and mourning,)

    Qua resurget ex favilla, (when from the ashes shall arise,)

    Judicandus homo reus. (All humanity to be judge)

    Huic ergi parce, Deus (Spare us by your mercy, Lord)

    Pie Jesu Domine, (Gentle Lord Jesus)

    Dona eis requiem. Amen (grant them eternal rest, Amen)


    ~ Mozart lacrimosa lyrics​


    Lantunan irama symphony itu terdengar jelas dalam pikiranku, merupakan bentuk wajahnya mengembalikan kenangan yg ada. Kenangan yg tak terlupakan, keindahan yg tersembunyi dari pertikaian dan amarah yg menyembunyikan rasa cinta.

    Kehangatan sinar mentari pagi yg semakin bergerak naik tidaklah dapat menghangatkan hati ini. Aku tersesat dalam diriku sendiri, terperdaya dan tersiksa oleh perasaanku yg tersembunyi.

    Berminggu – minggu telah terlewati sejak misi terakhir itu. Tapi sampai detik ini aku tetap tidak bisa menerima semua yg telah terjadi. Mereka bilang bentuk pengorbanan adalah hal yg suci dan kematiannya menjadi symbol kepahlawanan dan kebangkitan dunia yg lebih baik.

    Tapi, apakah mereka pernah merasakan rasa yg sekarang sedang kurasakan? Mereka tidak akan mengerti. Setiap ingatan itu kembali, air mataku jatuh berlinang. Berharap bahwa semua itu adalah mimpi dan berharap bahwa aku akan cepat terbangun dan melihatmu ada disampingku.

    Tapi tidak… semua hal itu bukanlah mimpi..



    “Kamu menangis lagi?”

    Sebuah suara pelan terdengar jelas olehku dari arah samping kananku. Perlahan aku seka air mataku yg jatuh menetes dengan tangan kananku lalu kemudian bergerak menyampingkan tubuhku melihat sosok yg sebelumnya bersuara membuyarkan lamunanku.

    Aku melihat dirinya, sosok yg begitu kukenal. Pria yg mengenakan pakaian mantel hitam panjang dengan holster rumit yg dia pakai dikeseluruhan tubuhnya, berperawakan rambut kuning panjang yg ia ikat dibelakang dan mengenakan kacamata bening, dia menatapku dengan penuh kekhawatiran.

    Pierre Fabvre Yehezkiel, orang yg telah kuanggap sebagai kakakku sendiri dan merupakan rekan terdekat Shade di kelompok Order, ada tepat dihadapanku sekarang ini.

    “Bisakah kita berdua bicara sebentar saja.. Elenna?”


    ***


    Terdiam tanpa berkata apa – apa. Aku duduk bersama dengan pria yg memendam rasa bersalah begitu kuat pada diriku, tepat dikursi panjang berwarna hijau yg ada di tempat ini. Aku melirik wajahnya dan terlihat Pierre duduk menundukan kepalanya melamun seperti sedang memikirkan sesuatu.

    “Apa yg mau kau bicarakan denganku Pierre? Tidak seperti dirimu biasanya yg selalu berbicara dan bersanda gurau.” Ucapku memecah keheningan dan memulai pembicaraan.

    “Ahh, Entah kenapa begitu berbicara dengan wanita semuanya jadi lebih sulit. Hahaha”

    Aku tersenyum memandangnya, melihat Pierre yg mencoba tertawa walaupun aku dapat melihat dari raut wajahnya, dia menyimpan beban yg berat. Dia kemudian melepaskan candaannya padaku, kembali membuatku tertawa dan membiarkanku melepaskan semua keceriaan yg tersimpan dalam – dalam.

    Namun ditengah semua canda tawa yg ada, sesuatu terjadi padaku. Perutku terasa mual dan berkali – kali aku hendak mencoba muntah namun terus tertahan tepat dihadapan Pierre.

    Dia berdiri dari tempatnya berjongkok dihadapanku dan merasakan khawatir melihat kondisiku yg seperti itu.

    “Tolong jangan lihat aku.. Aku tidak ingin kau melihatku dalam kondisi seperti ini.” ucap pelanku padanya dengan menepis bantuannya dan segala rasa pedulinya padaku.

    “Kenapa kau berbicara seperti itu Elenna?”

    “Aku tidak ingin kau memandangku sebagai wanita hina yg tidak bisa menjaga kesuciannya. Aku tidak ingin kau melihatku dengan buruk Pierre.” Jawabku yg merasa malu dengan kondisiku sekarang.

    “Aku tidak pernah memandangmu seperti itu sekalipun sekarang kau sedang mengandung anak Shade dalam rahimmu.”

    Aku tidak berani memandang wajahnya walaupun Pierre telah mengeluarkan kata – kata yg membuatku tenang. Aku tetap dalam kondisi menundukan kepala dan terus menutup mulutku menahan rasa mual yg terus datang.

    “Sebenarnya hal yg ingin aku bicarakan sekarang juga mengenai hal itu. Tapi berat sekali rasanya Haah..

    Aku telah berbicara dengan Grandmaster.. Elenna, dan telah mencoba menguak semua perkataan Selvandor dari script – script kuno yg ada mengenai bayi dalam kandunganmu. Aku bingung bagaimana harus memulainya, tapi aku memiliki kewajiban dan harus mengatakan padamu.”


    ***


    “Elenna tolong dengarkan aku.. Kita berusaha untuk merubah keadaan yg ada agar menjadi lebih baik. Aku harap kau mengerti apa yg telah kukatakan dan apa yg seharusnya kau lakukan.”

    “Tidak!! Aku tidak mau melakukannya!!” suara kerasku mencoba membantah apa yg telah aku dengar.

    “Apa yg pemimpin The Sect itu katakan adalah semua hal yg tertera dalam ramalan kuno, dan segalanya merujuk pada garis darah viator, cawan suci, dan kelahiran. Aku benci untuk mempercayainya, tapi semuanya memang terjadi.

    Dengarkan aku Elenna.. Kita harus mencegah apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti yg kamu tahu sendiri, semua yg telah dia korbankan tidak menghentikan apapun. Gerbang itu tetap terbuka dan memuntahkan para setan kedunia ini. Kekacauan masih berada dimana – mana dan kedamaian yg diharapkan belum dapat tercipta. Kita Order of Silver harus berupaya mengubah kondisi yg ada dan mencegah sesuatu yg lebih buruk yg mungkin akan terjadi.”

    Aku tidak menjawab apapun dan terdiam mencoba menenangkan diriku dari semua yg telah kudengar. Pierre yg terlihat gelisah terus memandangiku, dan terlihat berharap agar aku mengerti dengan semua yg dia jelaskan. Aku mengerti mengenai kondisi dunia ini, aku mngerti jelas. Tapi walau begitu aku tetap tidak bisa mengorbankan hal itu. tidak. Tidak bisa.

    “Tidak, Aku tidak mau mengugurkannya. Aku akan melahirkannya dan merawatnya. Bagaimanapun juga dia tetaplah anakku.. darah dagingku.” Ucap pelan lirihku yg tetap tidak bisa melakukan apa yg Pierre minta.

    Pierre memandangku cukup lama dan kemudian dia berdiri dari posisi jongkoknya seraya memandang kearah yg lain. Aku tetap diam dalam posisi dudukku dengan permintaan itu yg masih terus terngiang – ngiang dikepalaku.

    “Anak itu memang tidak tahu apa -apa, tapi garis takdir yg menantinyalah yg kemungkinan membawa masalah..” Pierre kembali berbicara padaku.

    “Jika itu terjadi, biarkanlah aku melawan kehendak Tuhan dan menanggung semuanya sendirian.” Aku kembali menjawab dengan tegas semua perkatannya.

    Walaupun sebelumnya aku tidak pernah berharap akan memiliki anak dari insiden itu, tapi ketika sekarang aku mengetahui benih itu tumbuh dalam rahimku, aku bahagia. Aku tidak bisa membenci anak ini, bagaimanapun juga dia tidak memiliki kesalahan apapun. Kamilah yg telah memberikan jalan padanya untuk lahir, kamilah yg seharusnya bertanggung jawab bukan anak ini.

    “Aku mengerti Elenna. Aku tidak akan memintamu melakukan hal itu lagi. Aku tidak mau memberikan beban pada dirimu yg masih merasa kehilangan atas kepergiannya.”

    “Pierre..”

    “Aku akan menjelaskan semuanya pada Order dan percayalah aku akan membuat mereka mengerti dengan keputusan yg kau ambil.”

    Aku memandang lurus pada belakang punggungnya, melihat pemuda ini sedang melepaskan semua beban pikirannya dengan tidak ingin memperlihatkan wajahnya padaku.

    Aku ingin mengucapkan terima kasih tapi tidak kulakukan. Entah kenapa suaraku hilang dan aku hanya bisa terdiam tanpa kata – kata. Aku merasakan dia marah dengan pilihan yg kulakukan. Tapi aku benar – benar tidak bisa melakukannya. Aku tidak mau melakukan sesuatu yg Tuhan benci.


    ******​
     
  9. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update lagi :peace:

    Act - 1.5 Hear Our Prayer

    Pierre tersenyum padaku dan berpamitan untuk hendak meninggalkanku ditempat ini sendirian. Namun, ternyata dia masih tertahan disini dan menceritakan padaku mengenai kondisi mencekam yg terjadi di luar Avalon dan menceritakan pula misi penting yg harus dia selesaikan ditengah momen rapat besar Order yg akan dilakukan hari ini.

    “Sejak kejadian itu terjadi, muncul suatu jarak diantara kita bertiga. Entah ini adalah kata maafku yg keberapa, tapi aku ingin meminta maaf padamu sekali lagi Elenna..”

    “Aku tidak membencimu Pierre.. Kau tidak perlu meminta maaf padaku lagi.”

    “Walaupun kau berkata seperti itu, rasa bersalah yg terus menekanku karena membiarkannya disana sedirian tidak bisa disangkal tetap membebani hatiku. Hal yg sama yg mungkin terjadi juga pada Million dan menjadi jawaban mengapa dia kembali pergi ke Timur Tengah.”

    Aku tertegun melihatnya, mendengar semua kejujuran yg pemuda ini katakan membuatku harus mencoba mengerti keputusan berat yg dia pilih bersama Million dahulu.

    “Ketika kita mengerti segalanya telah terjadi dimana dunia juga terus berputar bergerak maju, kita semestinya belajar merelakannya. Tapi pada kenyataannya, kita tidak bisa membohongi diri bahwa itu semua tidaklah bisa dilakukan.

    Aku mungkin tidak mengetahui pasti bagaimana perasaanmu sekarang ini, tapi untukku juga dia adalah sosok yg penting. Dia adalah rekan terbaik yg pernah kudapatkan. Rekan terbaik yg tidak pernah berisik dan lebih banyak melakukan aksi ketimbang berbicara.”

    Tersenyum dan akhirnya aku tertawa kecil mendengar perkataan terakhir Pierre. Pemuda berkacamata dihadapanku adalah pemuda yg baik. Dia dapat mencairkan dan merubah suasana yg ada dan kembali membuatku tersenyum dengan keahliannya dalam bergurau. Aku tersenyum padanya dan dia juga tersenyum padaku. Rasa persahabatan yg dahulu tertinggal kembali terpencar sekarang.

    Semua momen itu akhirnya berakhir. Pierre telah benar – benar berpamitan padaku pergi melangkah menjauh dari tempat aku duduk. Aku melihat tubuh belakangnya yg semakin menjauh, menyadari bahwa pundaknya yg gagah itu menahan beban yg dahulu juga Shade tahan dipundaknya.

    Aku sadar, aku memang belum lama berada di tempat ini dan belum mengerti begitu dalam tentang Order. Tapi mereka orang – orang yg kukenal ditempat ini telah mengajarkanku mengenai tanggung jawab yg tidak semua manusia bisa pegang dan lakukan. Bentuk tanggung jawab dengan mengorbankan kehidupan mereka sendiri sebagai pengorbanan untuk kehidupan yg lebih baik bagi umat manusia. Bentuk sikap yg mulia namun disisi lain begitu menyedihkan ketika kita melihat semua pengorbanan yg harus dilakukan itu harus bermandikan darah.


    ***


    Hall of Justice, Avalon Headquarter

    Aku duduk ditempat ini pada bangku panjang yg tersusun rapih bersama dengan para anggota Order lain yg semuanya mengenakan pakaian serba hitam. Menunggu dengan sabar acara yg akan dilangsungkan ditempat ini, yaitu di hall utama Order yg begitu megah berarsitektur indah dengan berciri khas gaya gothic eropa dan pahatan – pahatan patung romawi yg berjajar dibagian pinggir ruangan.

    Ruangan besar dan megah ini juga memperlihatkan koleksi barang – barang antik dan indah cerminan percampuran seni gereja abad pertengahan, ukiran kaligrafi indah yg biasa ditemukan di mesjid, dan juga gaya arsitektur sinagog.

    Semuanya telah disiapkan sistematis. Tempat duduk para audiens terbagi menjadi barisan kanan dan juga barisan kiri, dimana ditengahnya tergelar karpet berwarna merah yg memanjang dari pintu keluar utama hingga tepat kedepan mimbar bertingkat tepat dimana para anggota kepustakaan, peneliti science, Grandmaster Order, dan juga Cecillia duduk.

    Tempat ini memang bukanlah tempat ibadah, tapi tempat ini telah mencerminkan Order of Silver itu sendiri. Kelompok besar yg bergerak dalam kabut yg didirikan oleh ketiga pemuka besar agama samawi dimasa lalu.

    Tidak ada perselisihan tentang agama yg biasanya terlihat didunia luar sana, tidak ada peninggian agama tertentu ataupun penistaan agama tertentu. Ketiga agama itu bersatu ditempat ini bukan untuk mendirikan suatu agama baru, tapi bersatu untuk mencegah susuatu yg telah terkubur di masa lalu agar tidak kembali bangkit.

    Mereka orang yg bersedia untuk masuk haruslah dapat melepaskan ke egoisan dalam keimanan yg dipegangnya dan saling merangkul untuk mengembalikan keadaan dunia yg telah hancur berantakan agar kembali indah seperti dahulu kala. Mereka haruslah orang – orang yg mengerti arti perbedaan dan bukanlah orang – orang yg memaksakan kehendak.

    Rapat besar di hall utama ini akhirnya dimulai ketika Grandmaster Order dan Cecillia tiba dan duduk pada kursinya didepan kami semua. Tidak ada ketegangan apapun yg aku alami, sebab rapat ini telah aku ketahui wacananya dari Pierre, dimana akan membahas semua hal yg kini tengah terjadi diluar sana, apa yg harus dilakukan oleh seluruh anggota Order, dan permasalahan pelik lainnya.

    Aku melihat Grandmaster Order memandang kearah kami semua dan kemudian bersiap memulai rapat yg ada.

    “Kita semua berkumpul ditempat ini dengan melepaskan perbedaan yg ada dan menjadi satu satuan utuh yg kokoh dan kuat. Berbeda agama, berbeda keimanan, berbeda ras, berbeda golongan darah, tapi semuanya satu dalam tujuan besar yg mulia.

    Kita melihat dunia dari mata yg bukan orang – orang biasa lihat. Melihat perkembangan sejarah, peradaban, dan akhirnya kehancuran yg terjadi yg tidak dapat di elakkan. Kita percaya bahwa kondisi yg sekarang terjadi pada dunia adalah kehendak-Nya. Percaya bahwa ini adalah bentuk teguran langsung agar manusia tersadar akan kesalahannya yg selama ini mereka lakukan dan kembali kejalan yg diridhoi-Nya.

    Tidak bisa lagi disembunyikan, keadaan telah bertambah buruk sekarang. Mereka yg tercemar yg telah terkubur ribuan tahun yg lalu, kini bangkit berjalan bebas dengan tubuh fisik yg mereka miliki dan menebarkan terror bagi seluruh manusia yg tersisa yg mencoba bertahan hidup.

    Kehormatan disandang mereka orang yg telah gugur sebelum kita. Pengorbanan terbesar dan pembaktian yg telah mengukir nama mereka sebagai pahlawan akan terus terkenang juga untuknya, Sang pemilik gelar Master Order yg telah berupaya untuk menghentikan nubuat yg direncanakan oleh mereka kelompok pemuja setan yg kini telah musnah.

    Tujuan, tanggung jawab, pengorbanan, dan kedamaian telah mereka coba lakukan dan capai bukan demi kelompok ini. Tapi semuanya telah dilakukan demi umat manusia.

    Kita semua ditempat ini bertempur bermandikan darah demi manusia dan bergerak dijalan Tuhan yg kita imani masing – masing. Segalanya belum berakhir, pengorbanan orang – orang terdahulu masih belum dapat mengembalikan cahaya kembali kedunia ini. Manusia adalah makhluk yg lemah, kita tahu itu. Tapi kita semua disini memiliki Tuhan yg menguatkan diri dan hati kita, kita harus tetap bertahan dan bertempur melawan mereka. Kita harus bertempur melawan para Setan!!”

    Kalimat panjang pidato pembuka yg diucapkan Grandmastor Order, diakhiri dengan kalimat yg lantang. Dia sosok paruh baya yg aku hormati sedang membuka hati mereka para anggotanya yg aku ketahui pasti gemetar dengan kondisi yg sedang terjadi diluar sana.

    Aku telah melihat setan dengan mata kepalaku sendiri. Bagaimana sebenarnya bentuk nyata kekejaman yg mereka lakukan dan pertikaian berat yg harus aku lakukan untuk mempertahankan hidupku ketika itu di Vatican.

    “Baiklah ini saatnya kita berdoa pada-Nya dan memohon perlindungan serta kekuatan-Nya untuk bisa bertahan dengan kondisi dunia yg ada saat ini. Berdoalah menurut kepercayaan kalian masing – masing didalam hati. Berdoa dimulai.”

    Aku menggenggam rapat – rapat kedua tanganku sendiri tepat di dadaku. Menunduk dan kemudian berdoa didalam hati memohon Perlindungan dari-Nya Tuhan Yesus yg aku percaya. Aku memohon agar mendapatkan perlindungan dari-Nya, memohon agar Dia tidak meninggalkanku dan tetap menjagaku juga menjaga para manusia yg masih selamat yg mencoba bertahan hidup.

    Aku merasakan rasa kehilangan muncul dalam doaku. Mencoba mengerti dia telah hilang dan telah kembali kepada-Nya. Walaupun coba menyangkal, walaupun rasa hati tidak kuasa untuk menerima, aku tidak bisa merubah apa yg telah terjadi.

    Sekalipun Aku inginkan dia kembali dalam hidupku, seperti keajaiban yg dahulu Tuhan perlihatkan padaku dengan mendatangan pelayannya, aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengharapkan hal yg benar – benar mustahil. Siapa aku? Bukanlah orang yg benar – benar suci dan juga bukan perawan Maria. Aku hanya manusia biasa yg hanya bisa berharap pada-Nya.

    Tapi walau begitu, aku benar - benar berharap agar Engkau memberikan kembali dia nafas kehidupan ya Tuhan. Aku ingin bertemu kembali dengannya. Aku ingin melihat wajah dinginnya dan juga senyumannya, bukan wajah khawatir yg berlumuran darah yg terakhir aku lihat sebelum aku menutupkan mata ketika itu.


    ******​
     
  10. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    ok update lagi :suling:

    Act – 1.6 The Traitor Path

    Keheningan dalam doa, suatu bentuk momen sakral yg kerap dilakukan oleh mereka orang – orang yg memiliki iman. Berlutut berada dalam kesendirian dengan menyadari kekhilafan, dan juga menyadari ketidak berdayaan mereka sendiri, manusia benar - benar membutuhkan suatu pegangan dalam hatinya.

    Dia sosok yg Maha tinggi, sosok yg tidak pernah mereka lihat, tidak pernah mereka temui langsung dan hanya mendengarnya dari kisah masa lalu, telah terdiam dalam hati manusia dalam bentuk iman.

    Kepercayaan akan Kekuasaan tanpa celah, Kasih sayang tanpa batas, Kemurahan hati, dan Pengampunan yg selalu terbuka bagi mereka orang – orang yg mau bertobat, telah mewakili sosok Agungnya Tuhan yang Maha Esa.

    Tuhan adalah misteri dan Manusia akan terus bertanya disepanjang hidupnya. Mereka akan berusaha untuk menggapainya untuk mengerti tapi pada akhirnya mereka akan jatuh dalam bentuk persepsinya masing – masing. Manusia akan memahami Tuhannya berbeda – beda didalam hati walaupun memiliki kesamaan Agama, karena manusia memiliki cara yg berbeda – beda untuk menyadari bentuk kebesaran-Nya yg sebenarnya terpampang jelas disekeliling mereka.

    Walaupun mereka berbeda Agama dan berbeda konsep Tuhan itu sendiri, mereka yg beriman memiliki suatu kesamaan dalam hati yaitu percaya untuk berserah diri pada-Nya dan juga percaya bahwa Tuhan menyayangi seluruh umat manusia.

    Apapun bentuk hal yg telah terjadi di dunia ini, bencana alam, kematian, ataupun kehancuran besar yg menyayat hati, mereka orang – orang yg memegang imannya pada Agama, akan mengatakan bahwa segalanya adalah ujian yg diberikan Tuhan sebagai suatu teguran. Tidak ada penggugatan dalam hati mereka yg percaya, terkecuali dari mereka orang – orang yg menyangkal dan juga orang yg memilih berpaling.

    Jika dilihat sekilas, mereka manusia terlihat begitu lemah dan tak berdaya ketika berada dalam doa. Tapi jika mau melihat, disisi lain mereka begitu kuat akan keteguhan hati mereka sendiri.

    Tuhan menjadi hal penting dalam kehidupan, ketika manusia benar – benar menyadari inti dari penciptaan dan arti mengapa mereka hidup. Bersyukurlah mereka yg mengenal Tuhan dan tidak tersesat dalam langkahnya sendiri…

    Semua pemandangan sakral itu sekarang terlihat jelas ditempat ini. Diruangan besar megah dan indah yaitu di Hall utama Order, mereka para hamba Tuhan sedang berdoa dalam ketidak berdayaannya. Meluapkan bentuk Pengharapan yg besar, memohon meminta bentuk kasih-Nya demi keadaan yg lebih baik.

    Ketika komunitas itu sedang berada dalam bentuk baktinya pada Tuhan yg menjadi satu – satunya tempat mengadu, diluar lingkup keadaan itu seorang pemuda sedang melangkah pelan dalam kehampaan. Tersesat dalam amarah, dan jatuh dalam kebingungan, dia menumpahkan banyak darah yg tidak berdosa dengan tangannya sendiri.

    Bola mata merah kebencian memandang dengan begitu tajam…

    Suara seretan Pedang hitam berlumuran darah melepaskan alunan pelan irama kematian..






    “BRAAAKKKKKKKK!!!!!!!”

    Aku membuka kedua mataku, terkejut mendengar suara pintu utama terbuka dengan keras secara tiba – tiba. Kekhikmatan suasana dalam doa terusik, hamba – hamba Tuhan yg berada disekelilingku membuka mata mereka pula serentak dan mengalihkan perhatian mereka pada arah asal suara.

    Aku membalikan kepalaku juga dan aku melihat tubuh Anggota Order yg mengenakan pakaian serba hitam, melayang terdorong jatuh terseret masuk hingga cukup dekat mendekati mimbar tempat Grandmaster Order berada.

    Rasa kaget dan rasa heran yg begitu besar menyeruak meluas di tempat ini. Grandmaster Order yg berada dia kursinya bersama dengan Cecillia disampingnya terkejut hebat hingga pria paruh baya itu dengan refleksnya berdiri.

    Pemandangan yg menyedihkan, tubuh yg penuh luka dan berlumuran darah itu bergerak pelan dalam kesakitan mencoba untuk kembali bangkit.

    Semuanya masih terdiam tanpa kata.

    Ketika belum ada seorangpun yg mencoba mengucapkan kalimat pertanyaan “Ada apa?”, tepatlah di momen itu terdengar suara derap langkah kaki semakin mendekat.

    Aku terpaku memandangnya, bergetar hatiku tidak kuasa percaya dengan apa yg kulihat sekarang. Pengharapan semu dalam impian, aku benar – benar sadar aku sedang tidak bermimpi sekarang ini.

    Aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Lelaki yg mengenakan mantel hitam panjang dengan hoody yg menutupi wajahnya, berjalan pelan dengan memegang pedang hitam berlumuran darah ditangan kanannya.

    Mantel hitam yg begitu kukenal yg dahulu aku peluk dengan erat dan pedang hitam kuno yg yg telah menyelamatkan hidupku, telah menarik tubuhku dan jiwaku kembali pada ingatan masa lalu.

    Dia lelaki yg menyangkal Tuhan begitu keras namun memandang dengan sedih dan keharuan ketika melihat Al - Quran, ada disini ditempat dimana aku berharap pada Tuhan agar diperkenankan bertemu kembali dengannya.

    Dia hidup.. Shade masih hidup.




    Anggota Order yg terluka berat dan berlumuran darah memegang pedang ditangannya dengan begitu ketakutan. Lelaki yg memegang pedang hitam legam yg sebelumnya dia lawan begitu berat, menghentikan langkahnya lalu kemudian mengambil sesuatu dari belakang pinggangnya dengan lengan kirinya.

    Dengan cepat secepat aliran udara yg kencang, pria bermantel hitam dengan hoody yg menutupi kepalanya itu, menggerakan lengan kirinya dan mengarahkan senjata api kuno lurus pada Anggota Order.

    Semua audiens yg berada dalam ruangan menahan nafas melihat pemandangan itu. Untuk beberapa detik waktu seakan berhenti bagi Anggota order yg terluka. Matanya terbelalak melihat bola mata merah menyala bersinar dibalik celah hoody yg menutupi wajah musuh didepannya.




    “DORR!!”

    Ingatan menghilang secara perlahan, nafas kehidupan terenggut akibat luka yg memuncratkan darah tepat didahinya. Tubuh yg sebelumnya tegap akhirnya terbaring di lantai dengan berlumuran darah, terdiam memperlihatkan pada semua orang suatu bentuk kematian yg menyesakkan.

    Pembunuhan terjadi tepat didalam forum besar itu. Para peserta yg sebelumnya duduk kemudian berdiri dan tempat yg sbelumnya hening tergantikan dengan suasana yg mulai ramai.

    Wanita yg baru saja merasakan kebahagiaan didalam hatinya, tidak percaya dengan apa yg dia lihat. Lelaki yg dia kenal, telah melakukan tindakan yg begitu kejam dan bengis pada anggota kelompoknya sendiri.

    “Apa yg telah kau lakukan!!!!” suara keras Grandmaster Order bergema keras dengan pula menggebrak keras meja didepannya dengan kedua tangannya.

    Pemuda dengan hoody itu tersenyum kecil, dan kemudian dia menurunkan lengan kirinya yg memegang senjata seraya berbicara. “Telah lama sekali kita tidak bertemu.. Grandmaster Artaban.”

    Grandmaster Order yg mengenakan pakaian jubah putih dengan selendang emas yg memanjang di dadanya menggeram memandangi sosok pembunuh itu. “Tidak dapat dipercaya, Kamu masih hidup..”

    Pria bertudung hitam itu mengangkat kepalanya sedikit untuk melihat sosok paruh baya itu lebih jelas menggunakan mata merahnya. “Aku tetap hidup untuk membalaskan dendam Sannael.”

    “Sannael? Aku tidak mengerti dengan apa yg kau bicarakan..”

    “Pendusta.. Kenapa kau tidak membuka saja topeng ketidak tahuanmu itu dan sekarang menjelaskan semuanya padaku. Aku tahu apa yg terjadi pada Sannael dan juga apa yg terjadi dengan kota Roma dalam tragedy 5 tahun yg lalu. Apa sebenarnya yg kalian rencanakan?!! Kenapa kau tega menjual hidupnya!!!”

    “Shade jaga sikap dan ucapanmu didepan grandmaster Order!!” Suara Cecillia tiba – tiba menyela pembicaraan yg terjadi.

    Pria dengan bola mata merah semerah darah yg mengenakan hoody yg menutupi wajahnya, menggerakan kembali lengan kirinya yg memegang senjata api dan sekarang mengarahkannya pada sosok Pria paruh baya yg merupakan pemimpin kelompok besar ini.

    “Jelaskan padaku mengenai kebenaran yg kau sembunyikan… Katakan padaku mengenai Project Nephilim dan Last Fallen!!!”

    Suara Shade terdengar jelas lantang bergema. Mereka berdua yg dalam pembicaraan serius saling memandang dengan penuh amarah pada satu sama lain. Dengan keyakinan penuh dalam hatinya, Grandmaster Order menyadari bahwa pria didepannya ini tidak segan – segan untuk menarik pelatuk senjatanya.

    “RINGKUS PEMBUNUH ITU SEKARANG JUGA!!!” Perintah keras Grandmaster Order terucap.

    Keadaan yg telah ramai menjadi lebih ricuh sekarang ini. Mereka para audiens meninggalkan bangku tempat duduk mereka masing – masing dan berlarian mengambil dan melepaskan senjata yg mereka pegang dari tempatnya.

    Tidak terasa, dengan begitu cepat puluhan anggota Order kini telah berkumpul dengan senjata mereka masing – masing mengelilingi Shade dan telah bersiap untuk segera meringkusnya.

    Kedamaian rapat besar yg sebelumnya ada kini berubah menjadi ketegangan dan juga kebingungan. Terlebih hal itu semua sangat dirasakan oleh Elenna yg masih diam dan tidak bergeming dari tempatnya.

    Elenna yg tidak mengerti dengan segala pembicaraan, konflik, dan kejadian yg tengah terjadi sekarang ini, tidak menyadari bahwa pembantaian berdarah akan segera dimulai tepat didepan matanya sendiri.



    ******​
     
  11. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update :ehem:

    Act – 1.7 Rebel Against The Order

    Shade yg masih dalam posisi menodongkan senjatanya pada Grandmaster Order, tidak memperdulikan kerumunan Anggota Order yg semakin banyak disekeliling dirinya.

    “Setelah semua hal yg telah dia lakukan demi kelompok ini.. Setelah semua pengorbanan yg telah kuberikan demi Order pula.. Kau hanya menggunakanku dan juga Sannael sebagai alat yg dapat kau bungkam semaumu ketika tak lagi berguna.”

    “Ini bukan mengenai Sannael ataupun apa yg telah kau katakan Shade. Sesuatu dalam dirimu telah berubah. Kau telah diluar batas.. kau membelot dan membunuh anggota kelompokmu sendiri. Setan apa yg sebenarnya mempengaruhi dan merasuki pikiranmu?!!”

    “Dipengaruhi? Setan? Kaulah setan yg bersembunyi dibalik jubah kebaikan itu dan memanipulasi mereka dengan tujuan mulia dibalik kebusukan yg kau sembunyikan!!”

    Grandmaster Order diam lalu mengeleng – gelengkan kepalanya dan kemudian menarik nafas panjang dan membuangnya lepas. “Benar – benar tidak kusangka, aku tahu semua ini akan terjadi dan seharusnya tidak mempercayai semua ucapan Sannael.”

    Shade sedikit terperangah mendengar pria tua didepannya menyebut nama Sannael. Grandmaster Order yg memeprlihatkan wajahnya yg mengalami kekecewaan itu kemudian kembali berbicara.

    “Darah terkutuk yg mengalir dalam nadimu itu membawa sifat perlawanan dan pemberontak. Sifat yg dibawa dari leluhurmu Sammael yg memilih menentang Tuhan dan telah menyebabkan kejatuhkan Adam dan Hawa ke jurang dunia.

    Aku tahu dapat mempercayaimu dan aku tahu juga bahwa suatu saat kau akan memberontak melawan kelompok ini. Aku telah berupaya mencegahmu untuk jatuh kedalam kegelapan, dan itulah alasan aku tidak pernah mengijinkanmu pergi ke Roma. Tapi sekarang aku mengerti, aku tidak bisa mencegah takdir yg menantimu.

    Kau harus tahu Shade, aku tahu apa yg terjadi di Roma jauh sebelum seluruh dunia menyadari telah terjadi tragedy misterius.”

    “Kau tahu segalanya sejak awal?!” Shade kaget dengan apa yg dia dengar.

    “Demi mencegah segala nubuat yg diberikan pada mereka para pemilik darah Viator juga demi kedamaian seluruh umat manusia, aku memilih untuk menyembunyikannya.”

    “Dan itu menjadi alasan juga bagimu untuk membunuh Sannael!!!”

    “Ini semua tidak seperti apa yg kau pikirkan Shade Linecore!!! Aku tidak tahu apa yg kau bicarakan dan pertanyaan yg kau inginkan jawabannya!!! Kenyataan yg sekarang semestinya kau dengar adalah, para Viator adalah pembawa bencana, dan mereka adalah trigger dari Kiamat itu sendiri!!! Kau mengerti!!!”

    “Dan kenapa kau tidak membunuhku ketika Sannael membawaku menghadapmu dahulu kala? Kau adalah pendusta Grandmaster.. Aku tidak percaya dengan apa yg kau katakan.. Kau harus membayar apa yg telah kau perbuat padanya!!”

    “LUMPUHKAN PENGKHIANAT BERDOSA INI DAN BAWA DIA PERGI DARI HADAPANKU!!!”


    “Srinnk!! Srinnk!! Srinnk!! Srinnk!! Srinnk!!” suara senjata diayunkan, dan dalam hitungan detik anggota Order berlari serentak dari tempatnya dan memulai penyerangan untuk melumpuhkan lelaki yg telah melakukan pembunuhan ditempat ini.

    Terdiam pada tempatnya tidak berusaha menghindar, Shade tidak mengalihkan pandangannya pada Grandmaster Order dan mulai menetapkan hatinya untuk membunuh semua orang yg berusaha menghalangi jalannya.

    Dan segala pertikaian akhirnya dimulai…

    Shade menggerakan pelan lengan kirinya kesamping dan tanpa memperlihatkan emosinya, dia kemudian melepaskan tembakan dan membunuh salah satu anggota yg berlari.

    Bagaikan gelas kaca yg jatuh dari tempat tinggi dan pecah berhamburan, Elenna yg melihat itu dari kejauhan kembali kaget dengan apa yg dia lihat.

    “Teeengggg!!!” suara tebasan yg muncul dari arah belakang tertahan. Shade yg tidak bergeming mengangkat pedangnya di atas pundaknya dan menangkis serangan yg tiba – tiba datang dari belakang itu.

    Mendengar suara yg begitu dekat dari arah kanannya, dia melihat anggota Order bertubuh besar hendak mengayunkan kampak besar yg dipegang kedua tangannya mengarah langsung pada tubuhnya.

    Mengangkat pedang yg dia tahan, Shade kemudian bergerak berputar kearah kiri menghindari tebasan kuat itu. Bersamaan dengan putarannya yg mengibaskan mantel hitam panjangnya, dia mengarahkan lengan kirinya lurus pada kepala orang yg memegang kampak besar.

    Tembakan keras dilepaskan tepat pada dahi orang bertubuh besar, memberikan lubang yg cukup besar dengan memperlihatkan darah yg bercipratan keluar dari lukanya.

    Rangkaian waktu yg memanifestasikan kehidupan dan kematian berada berputar disekelilingnya. Warna merah dari darah yg dominan, mengembalikan ingatannya kepada sosoknya yg berdosa dan misinya ketika mencari Subject Zero.

    Orang – orang yg dahulu mengejarnya atas apa yg tidak dia lakukan, para penegak hukum yg hanya menjalankan tugasnya untuk menangkap subjek yg diduga membunuh orang – orang penting dipemerintahan, harus dia bunuh dengan begitu kejam dengan menyingkirkan rasa kemanusiaannya sendiri.

    Tindakan mencerminkan diri seorang manusia. Shade sadar ketika melakukan hal itu, dia telah jauh berbeda dan perlahan keluar dari Order of Silver. Walaupun dalam keadaan tertentu pengorbanan nyawa orang lain adalah diperkenankan demi kehidupan khalayak banyak seperti apa yg dia pahami ketika berada di Saint Croix, tapi dalam hatinya dia tidak bisa menyangkal bahwa dia adalah seorang pendosa.

    Lumpur hitam penyesalan menghisapnya, lumuran darah yg berada ditangannya menariknya semakin jauh dari cahaya. Ketika Shade menyadari semua dosa - dosanya, dia telah jatuh dan berubah menjadi sosok yg paling dia benci.


    Dia menjadi setan itu sendiri…


    Shade berlari dari tempatnya, menerjang dan menebas barisan anggota Order yg berusaha menyerangnya secara bersamaan. Tidak memandang bahwa mereka adalah orang – orang yg dahulu berlatih bersamanya ataupun orang – orang yg dahulu pernah dia latih, tanpa belas kasih dia renggut satu persatu nyawa mereka.


    ‘Jika memang aku adalah seorang pendosa.. biarkanlah aku tetap menjadi seorang pendosa..’​


    Tusukan keras menembus jantung dilanjutkan dengan tebasan berputar, membelah tubuh orang – orang itu dan membuat para penyerang lain terdorong jatuh dengan luka sayatan yg cukup dalam.

    Seorang wanita dengan rambut panjang yg diikat dengan mengenakan pakaian jubah serba hitam, mengayunkan pedang perak berkilau miliknya mencoba menghentikan kebrutalan Pemimpinnya yg begitu dia kagumi.

    Namun hasilnya ditentukan oleh pengalaman dan teknik yg dimiliki masing – masing.

    Wanita itu terjatuh terbaring di lantai dengan bagian perut kiri yg terluka. Meringis dalam kesakitan, dia memandang kearah Shade Linecore yg sedang diam memandangnya.

    “Master Shade..”

    Tanpa mempelihatkan emosi apapun dan tanpa melihat wajah sayu wanita yg sedang terbaring itu, Shade menggerakan lengan kanannya membalikan posisi pegangan pedangnya lalu kemudian menghujamkan dengan keras pedang hitam itu dan menusuk tubuh sang wanita. “Zleeeebssss!!!!”

    Satu lagi nafas kehidupan dia renggut dengan tangannya…

    Mata wanita itu terbelalak memandang kearahnya. Air matanya mengalir jatuh bersamaan dengan nafas terakhirnya yg menghilang.

    Anggota Order yg masih dapat berdiri, berhenti bergerak dan tidak berani mendekat kearah sosok pengkhianat yg telah membunuh banyak orang ditempat ini. Beberapa orang anggota ada yg menelan ludah, menyadari keberuntungan mereka masih dapat hidup setelah bertikai melawannya.

    “Sriinnkkk!!” suara pedang hitam bersuara tercabut dari tubuh yg tak berdaya.

    Shade kembali memegang pedang hitam miliknya dalam posisi siap, dan memandang kearah para anggota Order yg terlihat ketakutan. Dia tahu ketika melihat kondisi mereka semua, bahwa dirinya telah berhasil menekan dan menjatuhkan moral mereka. Tidak ada lagi yg dia khawatirkan. Ketika seorang prajurit telah kehilangan moral mereka dalam pertempuran, yg menanti mereka diakhir hanyalah tinggal kematian.

    “LUMPUHKAN DIA!!!!”

    Suara Grandmaster Order berteriak memerintahkan dengan keras. Cecillia yg berada disampingnya membalikan badannya dan kemudian tak kuasa akhirnya muntah akibat melihat hasil dari pertikaiaan yg hanya berlangsung beberapa menit itu.

    Anggota Order yg berada jaraknya cukup jauh mengelilingi Shade, tidak berani bergerak dari tempatnya walaupun perintah langsung dari Grandmaster Order terdengar jelas ditelinga mereka.

    Shade yg berposisi membelakangi Grandmaster, menghela nafas dan kemudian membuangnya. Ketika dia bergerak perlahan memutar tubuhnya untuk memandang target yg menjadi sasaran besar kemarahan dan kebenciannya, tiba – tiba saja sesuatu bergerak cepat menuju kearahnya.


    “BLLLEEEEDAAAAARRR!!!!”


    Ledakan cukup besar cahaya kebiruan mengenai tubuh sang Viator. Angin yg ditimbulkan dari luapan energi itu, menghempaskan rasa kekagetan pada semua orang yg berada dalam ruangan.

    Rasa kaget akibat serangan tiba – tiba pada lawan mereka semua, melepaskan sedikit beban ketakutan sejenak didalam hati. Walaupun hanya sejenak, mereka bisa merasakan ketenangan dalam ketakutan pembunuhan yg berada didepan mereka.

    Dibalik kabut asap yg tersisa dari ledakan sebelumnya, terlihatlah tubuh Shade Linecore dengan posisi memegang pedang hitamnya menyamping disamping kanan, dengan tubuh agak membungkuk dan wajah yg menunduk.

    Hoody hitam yg sebelumnya menutupi wajahnya kini tersibak kebelakang. Memperlihatkan rambut hitam miliknya yg agak ikal yg kontras dengan warna kulitnya yg berwarna begitu putih pucat .

    Pria berbola mata merah itu menyadari benar apa yg telah menyerangnya. Suatu benda yaitu satu bilah pedang Kristal yg berhasil dia tangkis namun tetap meluapkan ledakan dan melukai tubuhnya.


    Dia tahu apa itu sebenarnya.. Dia tahu perasaan itu.. Dia tahu wangi tubuh itu…



    “Elenna…”



    *******​
     
  12. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update Act yg (mungkin) mindfuck.

    silahkan dibaca. :nikmat:

    Act – 1.8 Man who are called Armilus, Anti Christos, or Al masih Ad Dajjal.

    Wajah ayu yg berparas cantik memandang tubuh terluka dari pria yg begitu dicintainya. Senandung indah dalam hati yg memeluk erat kebahagiaan dalam momen pertemuan kembali, hancur luluh lantah dengan semua kejadian nyata yg terpampang jelas.

    Wanita yg menyimpan tiga kata dalam hatinya yg begitu dia simpan dalam - dalam, memandang dengan begitu tak percaya.

    Raut wajah manisnya yg memperlihatkan rasa kekecewaan, mata indah yg berkaca – kaca, dan juga bibir bawah merekah yg digigitnya, memperlihatkan curahan hati yg tak tersampaikan.

    “Hentikan semuanya.. hentikan semua pembunuhan ini Shade…”


    Momen itu menghentikan waktu..

    Suara pelan itu terdengar dan menggetarkan hatinya yg keras…

    Luka yg membebani tubuhnya, rasa sakit yg perlahan menjalar, kebencian, dan amarahnya yg terpendam, tidak membuatnya lupa dengan sosok itu dan menyadari benar apa yg sekarang sedang menghalanginya.

    Pemuda berbola mata merah yg menahan sakit, perlahan menggerakan tubuhnya untuk kembali berdiri tegap, dan mengangkat kepalanya yg sebelumnya tertunduk untuk melihat sosok yg sekarang ada didepan dirinya.

    Terkejutlah wanita yg tidak berharap melukai siapapun ditempat ini, bersama dengan seluruh orang yg hadir karena melihat jelas wajah dari pengkhianat Order itu.

    Pria dengan rambut hitam agak ikal dengan kulit putih pucat, memperlihatkan rupa wajahnya yg tidak sempurna. Mata kanannya memperlihatkan bola mata merah Viator semerah darah yg begitu mengerikan, sedangkan mata kirinya terlihat buta berwarna putih keabuan dengan selaput tipis yg menutupi kornea matanya.

    Elenna benar – benar terkejut hingga menutup mulutnya refleks begitu saja dengan tangan kanannya. Luka terbakar yg terlihat disamping mata kiri Shade yg menjalar meluas mengenai telinga kiri hingga bergerak kebawah lehernya, mengingatkan gadis itu pada peledakan terakhir tahta suci oleh misil yg dikirimkan Order.

    Luka yg dideritanya.. rasa sakit yg ditanggungnya… membuat hati wanita itu teriris. Pengorbanan berat dan juga beban besar yg dia tanggung sendirian telah membuat tubuh Shade menjadi sangat memprihatinkan.

    Shade yg telah bisa bernafas kembali lancar, memandang lurus pada wajah Elenna yg terlihat sedih. Matanya yg dituju yg terlihat begitu bening dan murni, membuat hatinya haru dan merasakan tamparan keras kekecewaan yg diperlihatkan gadis itu.

    Hati wanita bagaikan kristal kaca yg begitu tipis. Ketika kristal itu dapat dijaga baik – baik, keindahannya akan dapat terjaga dan menentramkan hati. Namun ketika Kristal itu jatuh hancur bertebaran, sebagaimanapun berusaha untuk menyatukannya kembali, keindahannya tidak akan pernah sama.

    Bayangan gadis yg memberikannya kebahagiaan itu perlahan menghilang tergantikan dengan sosok wanita yg terantai kaku tersalib pada salib tua hitam besar. Suasana itu, Aliran darahnya yg tidak berhenti, tombak suci yg menembus lambungnya, dan wajah tenangnya yg memejamkan mata, kembali membuat pikirannya melupakan perasaan cinta.


    “Lelaki bermata satu.. “

    Suara Grandmaster terucap dan merubah suasana keheningan sejenak yg tercipta diantara kedua insan yg saling berharap bertemu itu. Pria paruh baya itu melihat dengan begitu serius kearah Shade Linecore dan memulai kalimat yg akan mengguncang semua audiens yg berada diruangan ini.

    “Nubuat yg tidak bisa dihentikan… Aku telah benar – benar salah membiarkanmu hidup.

    Sosok yg telah diperingatkan oleh orang – orang terdahulu, sosok manusia yg menahan kuasa gelap ditangannya, sang penyebar benih kesesatan, pembawa surga dan neraka didalam genggamannya, dan menjadi tanda dari akhir jaman itu sendiri, tak dapat dipercaya akhirnya muncul ditempat ini.

    Pendosa terbesar sepanjang zaman yg dikenal sebagai Armilus, Anti Christos, atau Al masih Ad Dajjal adalah kau Shade Linecore!!! Kaulah sang pembawa bencana bagi dunia!!!”

    Shade terhenyak dari lamunannya dibarengi dengan kekagetan yg dialami pula oleh semua orang ditempat itu tidak terkecuali Elenna. Kata – kata lantang yg begitu percaya diri yg terlontarkan dari mulut Grandmaster Order, membuat semua orang di dalam ruangan sekarang tertuju pikirannya pada sosok Shade yg sedang berdiri.

    Lelaki yg memiliki darah terkutuk Viator dalam tubuhnya, sosok laki – laki penyangkal Tuhan yg dapat bertransformasi menjadi Setan hitam yg nyata, dan semua prilaku pembantaiannya yg terlihat jelas ditempat ini, membuat tidak ada seorangpun yg meyangsikan kata – kata itu.

    Bahkan gadis yg begitu mencintainya pun ragu dengan perasaannya dan kepercayaan hatinya sendiri..

    Shade memalingkan pandangannya kearah grandmaster Order dan kemudian tersenyum. “Jadi kau sekarang menyebutku sebagai wakil dari ketiga sosok besar yg menjadi musuh besar orang – orang yg beriman?

    Sekalipun apa yg kau katakan itu benar Grandmaster!! Kau tidak akan bisa menghentikanku karena kau bukanlah Putera dari Perawan Maria!!”

    Shade menjawab tuduhan itu dan menantang langsung Grandmaster Order yg sekarang dipenuhi emosi. Tidak ada seorangpun yg mau menyela, beberapa detik terlewati dengan pemandangan saling menatap antara Shade dan pemimpin mereka semua.

    Suasana berubah menjadi lebih tegang. Tidak ada seorangpun yg mengetahui siapa yg benar dan salah, juga tidak ada yg mengetahui pula siapa yg sebenarnya berdusta.


    “Menyingkir dari jalanku Elenna…” suara pelan Shade berbicara dibarengi dengan langkah pelannya yg bergerak maju.

    Wanita yg mengenakan dress putih dan juga kain hitam panjang yg munutupi kepalanya hingga tergerai menutupi sebagian tubuhnya itu, tidak ragu dan menjawab dengan cepat dan berani. “Tidak!!! Hentikan semua ini Shade!! Kau menjadi gila… Apa yg terjadi pada pikiranmu!!! Kenapa kau menyerang kelompok yg kau naungi sendiri!!!”

    Shade Linecore berhenti melangkah dan mengerutkan dahinya memandang Elenna. Wajah emosi bercampur dengan kekecewaan juga kesedihan terpancar dari rupa cantiknya.

    Begitu cepatnya dengan kecepatan sepersekian detik, Shade tiba – tiba telah menodongkan senjata api ditangan kirinya mengarah lurus pada tubuh cantik itu. Elenna kaget dengan apa yg dia lihat. Dia sekarang masuk persis dalam posisi yg sama seperti di masa lalu.


    [​IMG]


    Kondisi yg serupa ketika berada di museum London yg gelap dan mengingatkannya pada pertemuan pertama dirinya dengan pemuda ini yg harus ditandai dengan darah yg mengalir dan tergenang.

    Shade yg terlihat tidak main – main dan menodongkan pistolnya itu tepat kearah jantung Elenna, kembali berbicara dan berupaya untuk membuat wanita yg dikenalnya minggir.

    “Aku bukan lagi bagian dari Order of Silver. Sosok Shade Linecore yg kau kenal, telah tewas dalam misi terakhir di Vatican. Aku menginginkan kebenaran juga pembalasan dendam. Menyingkir kau dari hadapanku Elenna.”


    Elenna memejamkan matanya. Tidak ada pilihan lain, itu adalah kata yg terucap dalam hati wanita yg merasakan perasaan yg campur aduk sekarang ini. Dia tidak ingin bertempur lagi, apalagi menumpahkan darah orang yg begitu berarti baginya.

    Sebuah pilihan sulit mulai saling bertikai dalam sanubarinya. Pilihan untuk diam tanpa melakukan apapun dan tidak melukai orang yg dia cintai, atau bertarung demi hidup khalayak banyak dan menyakiti seseorang yg sebelumnya sangat dia harapkan untuk kembali.


    “Aku tidak akan membiarkanmu membunuh orang lagi Shade…”


    Bola mata biru mengkilau yg indah bersinar terang. Elenna yg telah membuka matanya telah memilih apa yg selanjutnya harus dia lakukan.

    Walaupun bertentangan dengan keinginan hatinya yg begitu dalam, dia meneguhkan hati sembari memegang rosary di dadanya dan bersumpah untuk menghentikan Shade dan menyadarkannya.

    Shade yg melihat perubahan diri itu, membuang nafas dan mengerutkan dahinya. Susana yg begitu tegang yg mengeluarkan keringat dingin bagi orang – orang yg tidak bergerak dari tempatnya, tiba – tiba saja dilatari dengan dentangan lonceng yg bergema berulang – ulang yg menandakan telah masuknya tengah hari.


    TEEENGGG!!! TEEENGG!!!! TEEENGGG!!! TEEENGGGG!!!


    Pertempuran antara orang yg saling mengenal akan terjadi di Hall ini. Mereka yg dahulu saling berbicara, bercanda tawa, memeluk, menangis, dan meluapkan perasaan hati mereka masing – masing, harus bertikai atas ego dan ketetapan hati yg mereka yakini.


    “Menyingkir atau kau akan tewas ditempat ini Elenna…”


    “Bunuhlah aku jika itu bisa meredam semua kebencian dan memuaskan hasratmu…”



    ********​
     
  13. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update lagi :matabelo:


    Act - 1.9 The battle of lost love, irony of chaste

    Aku melihat kedalam matanya…

    Melihat surga yg dahulu diucapkan menjadi abu kematian yg tertiup angin.

    Cermin merah kelabu yg memantulkan visi, mengikat erat tubuhku pada dirinya.

    Setan berteriak, para malaikat menyanyi lirih…

    Senyum itu harus hilang, kerinduan itu harus tertahan.


    “Dorr!!”

    Letusan dilepaskan. Peluru yg terbuat dari timah panas yg berputar pada porosnya itu terlepas dari laras senjata tua dan bergerak lurus kearah Elenna.

    Ketika peluru itu semakin dekat dan dekat, munculah medan energy sihir yg memantulkan peluru itu jauh melenceng dari arah yg sebelumnya dituju.

    Kain hitam panjang yg dikenakan menutupi kepala sang gadis terlepas pelan dan rambut hitam miliknya yg indah itu menjadi tergerai melambai – lambai tertiup angin.

    Jantung itu berdegup, nafas hangat itu dilepaskan…

    Lelaki yg tidak pernah mencapai cahaya dan jatuh terkubur dalam kubangan kegelapan memulai segalanya. Senjata api yg dia tahu tidak berguna, dia simpan kembali pada tempatnya dibarengi dengan langkahnya memulai berlari dengan menyeret pedang hitamnya di lantai.

    Suara decitan mengganggu telinga itu menjadi simfoni yg menyelaraskan suara lonceng yg berdentang – dentang. Orkestra kematian berkumandang menjadi latar dengan genangan darah yg menjadi saksi.

    Elenna menggigit bibir bawahnya dan memunculkan dua buah pedang Kristal sihir yg dia genggam erat di kedua tangannya.

    Anima Noir..

    Wangi tubuh itu semakin tercium di udara. Elenna membungkukan badannya perlahan dan kemudian bergerak berlari juga dari posisi tempat dia berdiri.

    Pertikaian diantara kedua insan manusia yg saling memendam perasaannya masing – masing itu tidak dapat dihindarkan. Tebasan penuh kebencian dan tebasan penuh pengharapan diayunkan menyuarakan dentangan pedang yg begitu keras.

    Bertahan pada posisi mereka masing – masing, pedang hitam berlumuran darah dan juga pedang transparan bagaikan kaca yg indah itu saling mendorong bergesekan satu sama lain.

    Wanita yg tidak ingin lagi bertempur itu yg menahan kedua pedang Kristal yg dia dorong sekuat tenaga hingga membentuk huruf X, memandang wajah lawannya dan mencoba menghentikan semua pertempuran yg seharusnya tidak terjadi.

    “Untuk apa yg pernah kita lalui bersama dahulu, aku minta hentikanlah semua pembantaian ini Shade..”

    “Menyingkir dari jalanku..”

    Shade melepaskan dorongannya dan mengubah arah tebasan pedangnya melesat dari arah bawah keatas dan memecahkan pertahanan Elenna “Traaaaannnnkkkk!!!!”

    Tubuh sang gadis terdorong kebelakang akibat dorongan yg kuat. Berusaha tetap berpijak berdiri pada lantai, Elenna melihat Shade kembali hendak melancarkan tebasan kearah dirinya yg masih dalam keadaan sempoyongan.

    Serangan berantai dilepaskan. Pedang hitam yg menjadi manifestasi dosa putra adam cain, mengayun dengan penuh kemarahan dan kebencian.
    Pelan dan juga teratur, sang gadis yg memegang dua bilah pedang pada kedua tangannya, bergerak mundur langkah demi langkah sembari menangkis semua serangan yg tertuju padanya.

    Mengamati dan terus mengamati, sang gadis terus memandangi wajah Shade yg dingin namun memancarkan amarah itu dengan tetap dalam irama pertahanan dirinya. ayunan pedang di tangan kanan yg menangkis dan ayunan pedang di tangan kiri yg berusaha menebas, memberikan dorongan pada hatinya agar lawannya ini berhenti. Namun setiap kali Irama gerakan itu dilakukan, Shade membalas dengan lebih kuat dan lebih berbahaya.

    Elenna sadar, dia tidak bisa menghentikan Shade hanya dengan cara seperti ini saja. Tidak ada pilihan lain, dia harus ‘mendorong’ pemuda ini lebih keras.

    “Traaankkkk!!!” dorongan keras tebasan dua pedang Kristal disertai dengan cahaya bias berwarna kebiruan yg bersinar sekejap, menghentikan rangkaian tebasan yg dilepaskan sang viator dan membuat tubuhnya terpelanting cukup jauh.

    “Cukup Shade.. jangan biarkan aku melakukan ini semua!!” Ucap Elenna dengan tubuh yg diliputi sphere – sphere biru mengkilau begitu indah.
    Shade yg sedang berusaha kembali berdiri dengan tubuhnya yg setengah membungkuk kemudian bertanya.

    “Kenapa Elenna? kenapa kau bersikeras memihak pada Order?”

    “Aku tidak memihak pada sisi manapun. Aku hanya melindungi nyawa manusia. Itu saja..”

    Shade tersenyum dalam ketertundukannya mendengar jawaban dari gadis yg dikenalnya. “Hatimu begitu murni Elenna.. tapi dunia ini tidak sesimpel seperti apa yg kau pikirkan.”

    Shade bergerak kembali tegap dan kemudian memadang lurus kearah Elenna dengan memperlihatkan wajah itu, wajah dari sosok yg dia kenal yg rela menggendongnya dan mengobati lukanya. “Shade…”

    Pria berbola mata merah dengan mata kiri yg buta mengerutkan keningnya. “Shade Linecore telah mati…”

    Pengkhianat itu berlari dari tempatnya dengan cepat. Elenna yg melihat semua itu, bersiap dengan posisi bertahan dan memegang kedua pedangnya dengan kuat.

    Lompatan dilakukan. Shade melepaskan teknik tebasan bawah yg dibarengi dengan rangkaian teknik akrobatik yg dikuasainya. Elenna yg menjadi lawannya cukup kewalahan dengan ritme kecepatan serangan yg dilakukan Shade. Namun walau begitu dengan perlahan tapi pasti, sang gadis berusaha belajar melakukan deflect dan juga melakukan charge di saat yg tepat.


    [​IMG]


    Mengalir bagaikan suatu pemandangan pertunjukan dansa yg indah terlihat di mata orang – orang yg melihat pertikaian. Anggota Order yg berkumpul disana dan juga Grandmaster Order yg sedang berdiri tidak ada satupun yg masuk dan ikut campur dalam pertempuran itu.

    Tempat yg luas yg dihuni oleh banyak sekali orang ini, serasa tidak berarti ketika pemandangan yg ramai itu terkesampingkan dan dunia hanya berada diantara mereka berdua.

    Elenna yg belum lama belajar menggunakan pedang, sadar bahwa dia tidak memiliki cukup kemampuan untuk melukai Shade. Tidak, ternyata dalam hatinya dia tidak mau sedikitpun melukai lawannya ini walaupun bisa.

    “Craassshh!!!” Sayatan berhasil dilakukan dan melukai bagian lengan kanan Elenna. Darah segar mulai merembes keluar. Rasa sakit yg tiba – tiba muncul menghancurkan fokus yg telah dibangun dan membuat gadis itu semakin terpojok.

    Irama pertahanan hancur seketika. Elenna terdorong kuat dengan pedang yg terlepas dari tangannya dan terpelanting kearah samping membentur deretan kursi panjang yg berantakan. “Braakkk!!”

    Elenna terbaring menyamping dilantai. Meringis menahan rasa sakit ditubuhnya akibat benturan dan juga rasa nyeri yg muncul dari luka ditangannya.

    Perlahan dia mencoba bangun dengan posisi setengah duduk dengan memegang luka itu dengan tangan kirinya. Sang gadis yg menundukan kepalanya dan mengigit bibir bawahnya itu berusaha tetap sadar walaupun kepalanya sedikit pusing akibat benturan yg terjadi.

    Di penglihatan yg lain, Shade yg berhasil mengenyahkan penghalangnya, hanya memberikan ekspresi dingin dengan memandang kearahnya.

    “Sakit…” Suara Elenna terdengar pelan.

    “Sekarang kau mulai mengerti mengenai rasa sakit..” dengan nada dinginnya sang pemuda ikut berkata.

    “Tidak.. bukan mengenai luka ini. tapi hatiku.”

    Shade terdiam setelah mendengarkan suara perih dari Elenna. Sang gadis yg sedang terluka itu tidak bergerak dari posisinya, dia hanya menggenggam lebih erat luka ditangan kanannya, menyesali dengan apa yg sekarang telah terjadi.

    “Kau tahu? ketika kau menyadari bahwa kau berada dipersimpangan jalan dan melakukan apa yg sebenarnya kau tidak mau, itu sangatlah menyakitkan. Aku tidak mengerti apa yg membuatmu seperti ini Shade. Tapi kenapa kau harus mengakhirinya dengan kebencian dan kemarahan? Kenapa kau tidak mengakhiri semuanya dengan cinta kasih?”

    “Ketika sesuatu yg paling berharga dalam hidupmu direnggut begitu saja, apakah kau masih akan tetap mengenggam rasa cinta kasih itu? Ketika kita berjalan pada jalan kebaikan namun dibohongi dengan kebohongan besar dan pengkhianatan, cinta kasih itu tidak berarti apa – apa. Aku telah hidup selama ini dalam luka kematian dirinya.“

    “Untuk apapun alasan yg kau pegang, membunuh hanya akan memunculkan dendam dan kebencian yg lain. Hal itu akan terus berulang dan tidak akan ada akhirnya. Kenapa kau tidak berpikir kearah itu? Kau akan menjadi sosok yg dibenci Shade.”

    “Dan mulailah sekarang untuk membenciku Elenna…”

    Elenna kehabisan kata – kata mendengar jawaban dari Shade. Dia ingin mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukannya, tapi segala kata - katanya tertahan dalam hatinya.

    Perubahan yg terjadi ini terlalu besar untuknya. Sekalipun dia menginginkan pemuda dihadapannya ini untuk kembali, tapi tidak seperti ini yg dia inginkan. Ini sama menyakitkannya dengan kematian itu sendiri, ketika melihat seseorang yg dahulu kita kenal telah berubah menjadi sosok lain yg tidak pernah kita bayangkan.



    *******​
     
  14. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update :panik:

    Act - 1.10 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 1

    “Lelaki dengan mata satu yg menyimpan kuasa gelap didalam tubuhnya, tidaklah memiliki hati. Jika dia memang masih memiliki perasaan seorang manusia, dia tidak akan melakukan semua kegilaan ini.” pria paruh baya itu bersuara didalam suasana pertikaian.

    Shade yg memandang lemah tubuh Elenna yg berposisi duduk, mengalihkan pandangannya pada Grandmaster yg terlihat sedang berdiri dengan memegang kuat mimbar eksotik berkaligrafi dengan ukiran gothic didepannya.

    “Kau berjalan membelakangi dan menjauh dari Tuhan Shade Linecore!! Kau menyangkal semuanya!! Jika kau menyimpan dalam – dalam imanmu itu, kau tidak akan tertipu dengan bisikan setan!! Tapi kau adalah seorang penyangkal dan pendosa.. Kau melawan bentuk ketaatan pada Tuhan!! Kau menyepelekan nyawa manusia, berjalan pada jalan tanpa cahaya yg tidak memberikanmu arah!!

    Kau tersesat dalam kenistaan yg mereka para Cahaya Redup itu lakukan pula dahulu kala!! Hentikan semua kelakuanmu ini!! memohon ampunlah engkau pada Tuhan!! Memohonlah agar Dia memberikan kembali cahaya padamu dan melepaskanmu dari kekangan erat takdir The Imposter!!”

    Tersenyum mendengar pembicaraan panjang yg dilontarkan Grandmaster Order. Shade tidak berkedip memandang pria tua yg terlihat dibasahi keringat dingin yg mengucur itu.

    “Teruslah.. lakukanlah prejudice itu, aku tidak peduli. Mau kau mengatakan aku adalah pembawa bencana, penyangkal, inti dari iblis itu sendiri maupun Dajjal, itu tidak berarti apa – apa bagiku.

    Manusia tidak berhak menjudge orang lain seburuk apa yg dia kira. Apakah aku lebih pantas terbakar kekal dalam api neraka, ataukah akan menikmati indahnya surga, atau pula tidak akan masuk diantara keduanya dan dilempar dalam kubangan kehampaan. Hanya Tuhan sendiri yg berhak menjudge-ku.

    Aku bosan mengulang kembali pertanyaan ini. Katakan padaku Grandmaster Order.. Apa yg sebenarnya Order telah lakukan? Apa itu Project Nephilim dan juga Last Fallen? Dan apa hubungan ini semua dengan Sannael? Katakan padaku!!”

    Pertanyaan keras dan lantang kembali dikeluarkan. Semua orang yg berada didalam ruangan memiliki pertanyaan yg sama pula dalam hati mereka. Shade Linecore yg pernah menjadi bagian dari kelompok ini dan mengambil tingkatan posisi yg tinggi, tidak mungkin melakukan semua kekisruhan tanpa sebab dan alasan yg tidak masuk akal.

    Semuanya hanya diam, menunggu Grandmaster Order untuk menjawab.

    Tetesan peluh keringat dingin itu akhirnya jatuh pada mimbar dikala keterdiamannya dengan raut wajahnya yg menggeram lurus pada sang pengkhianat. “Aku telah menjawabnya.. aku tidak tahu apapun…”

    “Kau lebih memilih menyembunyikan itu semua walaupun ajal telah mendekat padamu? Baiklah jika itu memang pilihanmu..”

    “KALIAN SEMUA, HENTIKAN PENGKHIANAT ITU!!!!”


    Serangan serentak kembali dilakukan. 15 orang anggota Order yg sebelumnya hanya diam melihat semuanya, akhirnya bergerak berlari kembali berniat meringkus pembunuh berbola mata merah itu.

    Shade yg mendengar derap langkah mereka yg semakin dekat, menggerakan lengan kanannya dengan perlahan dan menunjuk lurus dari kejauhan kearah wajah Grandmaster Order menggunakan Pembunuhan pertama yg dia pegang.

    “Aku akan mengambil nyawamu dengan pedang ini..”

    Lima orang anggota Order yg berpakaian hitam telah sampai pada lokasi yg dituju. Dengan timing yg sama, mereka mengayunkan senjata yg mereka pegang masing – masing dengan kuat kearah lawannya. Mengerakan pergelangan tangannya, Shade Linecore melepaskan tebasan kanan kearah kanan dengan tubuh yg memutar, dibarengi dengan tendangan belakang yg keras yg mendorong tubuh anggota Order yg muncul dari arah kiri.

    Darah merah terhempas ke udara, tubuh yg terluka itu kehilangan keseimbangannya dan melangkah mundur dengan sempoyongan. Shade yg telah bergerak secara tiba – tiba itu tidak menghentikan gerakannya. Dia memutar tubuhnya kembali dan menahan sabetan pedang yg muncul dari arah belakang dirinya. “Teenngggg!!!”

    Mantel hitam yg Shade kenakan masih terhempas di udara dan berkibar – kibar pelan. Bola mata kebenciannya memandang lurus pada anggota Order yg terlihat ketakutan memandang dirinya.

    Dorongan kuat dilakukan memecahkan pertahanan lawannya dan dalam sekejap saja, sang pemuda berbola mata merah membalikan pegangan pedangnya dan menggerakan pedang hitam itu menusuk keras kearah belakang.

    Tanpa melihat lawannya dan hanya merasakan keberadaan mereka dari feeling dan suara yg muncul, Shade berhasil melumpuhkan penyerang yg berusaha melukainya dari belakang itu.

    Terdengarlah setelahnya, suara cepat yg melepaskan percikan darah. Tercabutlah pedang hitam berlumuran darah itu dari tubuh lemah manusia yg telah kehilangan nafas.

    Memegang pedangnya kembali pada posisinya, Shade menyeret pedang hitam yg dia pegang dengan lantai hingga berbunyi dan memukulkan senjatanya itu dengan kedua tangannya dan melemparkan lawan terakhirnya yg memiliki sosok cukup besar itu ke udara.

    Melontarkan tubuhnya bagaikan pegas, Shade melompat ke udara dan memulai rangkaian serangan bertubi – tubi pada lawannya.

    Anggota Order yg memegang dua bilah pedang dikedua tangannya itu untuk bertahan, tidak sanggup menahan serangan cepat yg dilancarkan.Tubuhnya sedikit demi sedikit teriris dimana – mana dan mengeluarkan darah merah segar yg melayang - layang.

    Shade yg melakukan rangkaian serangan itu akhirnya melepaskan serangan terakhir dan menusuk tepat ketubuh lawannya dan mematahkan kedua pedang yg sebelumnya digunakan sebagai tameng itu.

    Darah harus kembali menjadi bayaran dalam sebuah pertempuran. Tubuh anggota Order itu bergerak jatuh dengan posisi Shade yg masih menusukan pedangnya pada tubuhnya. “Gedebrughh!!”

    Menginjak dan bertumpu pada tubuh lawannya, Shade kemudian mencabut pedangnya dan memandang kearah sekelilingnya menunggu serangan selanjutnya. Anggota Order yg sebelumnya tercengang memandang kejadian itu, kemudian kembali lari secara serentak dan tiba – tiba saja terpental secara bersamaan kearah belakang.

    Sesuatu seperti telah menghalangi mereka. Sesuatu bagaikan tembok tak terlihat telah memantulkan tubuh mereka semua hingga tidak dapat mencapai kearah Shade.

    Perlahan secara samar – samar mereka semua para anggota Order yg terjatuh, melihat salib transparan yg menderet memanjang membentuk persegi panjang yg mengelilingi Shade Linecore beserta tubuh lawannya yg tidak lagi bernafas.

    Setelah melihat dengan cermat ternyata benda itu bukanlah salib, melainkan pedang kristal yg tersusun berderet melayang – layang.

    Shade yg melihat itu semua mengetahui itu adalah kekuatan yg dimiliki oleh sang penyihir. Manifestasi lain dari bentuk sihir yg berwujud pedang yg memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan juga melindungi yg dulu begitu berperan besar dalam menentukan hasil peperangan melawan Setan Legion.

    Berkah yg sebelumnya begitu disangkal sang pewaris darah penyihir, menyimpan kekuatan besar yg berdiam dalam tubuh yg mungkin dianggap tidak berdaya.



    “Aku mengatakan padamu untuk berhenti.. tapi kenapa kau tidak juga berhenti..?”



    *******​
     
  15. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update lagi... hampir mencapai end ACT 1 :malu:

    Act - 1.11 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 2

    Wanita muda yg mengenakan dress putih indah, berjalan pelan masuk kedalam area terlarang yg dikelilingi oleh ratusan pedang yg melayang. Tanpa terpental dan terhalangi, wanita itu berjalan dan sampailah dia di dalam wilayah pertikaian yg berlumuran banyak darah.

    Darah menetes pelan pada lengan kanannya, Mata sayunya yg berkaca – kaca mempelihatkan kecemasan dan kegelisahan. Shade yg melihat pemandangan itu dengan begitu jelas, menyimpan semua kata makiannya juga kebenciannya.

    Elenna yg berjalan pelan akhirnya berhenti beberapa meter jaraknya dari sosok Shade. Dia selanjutnya melihat ke kiri dan ke kanan memandangi korban – korban tak berdosa yg terbujur kaku dilantai. Gadis itu menggeram menggerutkan dahinya dan serta mereta kembali mengarahkan pandangannya pada Shade Linecore.

    “Jika kau melakukan semua ini untuk mengetahui kebenaran, aku akan membantumu Shade. Tapi semua itu tidak harus dengan melenyapkan nyawa orang – orang ini.

    Walaupun kau membunuh Grandmaster Order dengan tanganmu itu, itu tidak akan mengubah apa yg telah terjadi pada Sannael. Cobalah berpikir apakah dia ingin melihatmu seperti ini? membunuh dan membantai orang – orang tak berdosa atas nama dirinya. Sadarkah? dia akan sedih jika memang di bisa melihat semua yg telah kau lakukan ini.”

    “Kau tidak akan mengerti Elenna.. kau tidak akan pernah bisa mengerti. Tidak ada seorangpun yg bisa mengerti kondisi yg telah menimpaku selama ini. Rasa sakit.. terbuang.. satu – satunya alasan yg membuatku masih bertahan untuk tetap hidup adalah dirinya. Aku hidup dalam pengharapan dirinya pada Dunia yg kacau ini.

    Untuk air mata yg telah dijatuhkan, untuk ucapan sesal dari hatinya yg belum bisa memberikan dunia bagaikan fortuna, Aku berjalan pada langkah penderitaan untuk memberikan kebahagiaan bagi umat manusia. Namun apa yg kutahu sekarang?! Order Of Silver telah melakukan sesuatu pada dirinya, wanita yg memiliki cinta kasih yg begitu besar dan berhati mulia!”

    Ucapan itu terdengar oleh semua orang yg berada didalam hall besar Order. Shade adalah seorang lelaki yg menutup diri. Memberikan jarak dirinya pada komunitas telah membuatnya melahirkan sikap indivualisme dan tidak peduli pada orang lain. Namun walau begitu hati yg bercahaya tidaklah dapat disembunyikan. Sannael adalah satu – satunya orang yg berhasil menariknya dan membawanya pada dunia luar.

    Tidak ada seorangpun manusia yg peduli padanya apalagi dengan penyakit yg terus menggerogoti tubuhnya. Hanya pada Sannael, Shade memeluk erat semua kepercayaan hatinya dan belajar untuk memahami satu sama lain.

    Kesedihan yg ditutupi oleh keceriaan dan senyuman yg diberikan padanya, membuka mata pemilik bola mata merah itu mengenai Kekuatan yg besar, tanggung jawab dan juga pengorbanan.

    Untuk sosoknya yg bagaikan perlambangan dewi yg sempurna, Shade kehilangannya dan segalanya berakhir dengan kesedihan yg terpencar berantakan.

    “Kamu tidak akan mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yg berarti dalam hidupmu seperti apa yg telah kurasakan…

    Untukku, Sannael adalah Segalanya. Bagaimanapun juga, aku akan tetap membalaskan dendam kematiannya. ”

    Kata – kata pelan yg begitu menusuk. Sebuah ungkapan hati yg tidak biasanya terucap dari pemuda dengan sikap dingin dan dan tidak peduli ini membuat Elenna tertunduk.

    Ketika manusia melewati arah dikarenakan perasaannya.. ketika manusia mengugat keadaan dikarenakan hatinya.. manusia tidka menyadari dia telah terbuai dan jatuh pada kesalahan.

    Walaupun disisi lain sikap hati itu adalah salah, namun perasaan adalah hal yg diciptakan oleh Tuhan dalam sanubari manusia. Elenna tidak sepenuhnya menyalahkan dendam yg muncul itu. Elenna hanya kecewa mengapa Shade tidak bisa mengendalikan hatinya sendiri, dan membiarkannya semakin rapuh terdorong oleh sifat – sifat buruk manusia.

    “Kau mengatakan padaku bahwa aku tidak mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang yg berarti? Dan apa yg kau mengerti tentang perasaanku ketika aku tahu kau mengorbankan diri dalam misi terakhir itu Shade?! Apa yg kau mengerti!!”

    Shade mendengar apa yg Elenna katakan. Dia telah kehabisan kata – kata untuk diucapkan agar membuat gadis itu mengerti tentang perasaannya juga tindakannya ini.

    “Jika kau masih juga menghalangi jalanku, aku tidak akan segan – segan lagi untuk melukaimu Elenna.”

    Shade memberikan kata – kata terakhir untuk membuat Elenna tidak turut campur dalam pertikaian yg terjadi. Ketika kalimat itu selesai terucap, Shade melihat ratusan pedang yg berderet melayang disekelilingnya tiba - tiba saja bergerak dan mengarah lurus padanya.

    “Jika memang satu – satunya cara menghentikanmu harus dengan melukaimu.. akan kulakukan semua itu walaupun aku akan membencinya.”

    Elenna memegang Rosary di dadanya dengan tangan kirinya dan berdoa pada Tuhan berharap agar dia tidak berada pada jalan yg salah.


    ‘Aku menyayanginya ya Tuhan… tapi bentuk kasihku ini harus kuberikan dengan melukainya..’


    ***​


    Aku mengalirkan air mata didepan dirinya, melihat raut wajah seriusnya berubah ketika memandangku.


    Perlahan kulepaskan pegangan tanganku pada rosary yg menjadi symbol imanku dan memanggil kekuatan terdalam dalam jiwa dan menciptakan pedang sihir yg indah di kedua telapak tanganku.

    Aku melihatnya menggerakan tubuhnya mengangkat pelan pedangnya hitamnya kedepan.

    Tidak ada kata yg dia lontarkan, tidak ada pula suara bujukan pelanku padanya lagi.

    Aku tidak bisa membendung lagi perasaan seorang wanita yg mencoba melesak keluar dari hatiku sendiri. Sebelum benar – benar tidak kuasa lagi menahan rasa piluku untuk menangis sekencang – kencangnya, kulepaskan ratusan pedang Kristal yg melayang itu bagaikan anak panah yg telah mengunci sasarannya.

    Shade memantapkan posisi ditempat dia berdiri. Menunggu ratusan pedang yg melesat bersamaan dari segala arah itu untuk tiba serentak disekelilingnya. Aku melihat mata kanannya yg tidaklah buta berubah. Iris merah miliknya menyala dan sclera putih dimatanya menjadi berwarna hitam legam, membuat sosoknya menjadi menyeramkan layaknya setan yg telah mendapatkan tubuh fisiknya di dunia ini.

    Ratusan hujan pedang itu sampai pada sasarannya. Bergeraklah dia dari posisinya menangkis semua pedang yg berusaha melukainya dengan berputar sebisa yg dia bisa. namun jumlah yg kukerahkan tidaklah sedikit.

    Banyak pecahan pedang Kristal melayang – layang dan tidak sedikit juga pedang – pedang itu menancap kuat dilantai dan memperlihatkan pemadangan bagaikan kuburan pedang disekitar dirinya.

    Dia tidak berteriak sedikitpun walaupun darah miliknya sendiri terpencar keudara. Beberapa pedang yg kulepaskan telah menusuk tubuhnya hingga menembus, memperlihatkan kengerian yg tidak pernah ingin kulihat pada orang yg kukenal.

    Aku mengigit bibir bawahku dan bergerak dalam kisruhnya pertikaian berlari kearah dirinya.

    Diakhir hujan serangan itu yg membuat tubuhnya terluka, dia tetap berusaha berdiri dengan pedang – pedang yg masih menancap pada bagian – bagian tubuhnya.

    Air mata yg jatuh tertinggal di udara.

    Aku melihat dia memandangku dikala kesakitan diri yg sedang menyelimutinya. Ketika jarakku semakin dekat kearahnya, uap hitam mulai muncul dari dalam tubuh Shade dan menghilangkan pedang yg tertancap ditubuhnya.

    Tubuh yang sempoyongan mengeluarkan banyak darah itu mencoba tetap bertahan dan dengan segenap kekuatannya, dia melangkah satu langkah dan menahan serangan kuatku dengan pedangnya.


    “TEEENGGGGGGGGG!!!”


    Bau darah yg kubenci dan nafas pelan hangat yg berhembus dari dirinya, membuatku menyesal dengan apa yg telah kulakukan.

    Dalam posisi yg saling menahan kuat pedang yg kami pegang masing – masing, Shade berkata pelan padaku. “Kau merendahkanku.. kau tidak mengeluarkan seluruh kemampuanmu.”

    Dia mendorongku kuat kebelakang hingga tubuhku terhempas dan dengan cepat di detik berikutnya Shade mengayunkan pedangnya kearahku dan terdengarlah kembali benturan pedang berkali – kali. Aku menangkis semua serangan itu semampu yg kubisa walaupun beberapa kali pedang itu hampir menyayat lagi tubuhku.

    “Perlihatkan padaku kekuatan penyihir yg kau pendam itu Elenna!”

    Melihat dengan jelas luapan emosi yg dia lepaskan padaku, hanya dapat kubalas dengan memberikan air mata kesedihan padanya.

    Entah kenapa mulutku terkunci kuat saat ini. Bahkan untuk jujur mengatakan sesuatu yg teramat penting, aku tidak bisa.


    Aku benar - benar tidak bisa memberikan kabar gembira padanya, bahwa dia akan menjadi seorang Ayah.


    *******​
     
  16. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    yuup update. End ACT 1 :yahoo:

    Act - 1.12 Le Femmes Fatales, les Cri Sorcieres part 3

    Aku membangunkan sihir dalam tubuhku dan membuat diriku menjadi invicible terlindungi oleh berbagai macam serangan. Shade tidaklah dapat menyentuhku seujung jaripun akibat perisai magis yg kuciptakan. Tapi walaupun dia tahu itu, dia tetap melepaskan serangan berantai dan terus mencoba membuatku mundur.

    Aku menekannya. Dengan kekuatan penyihir yg kumiliki aku menyerangnya dengan melepaskan tarian pedang yg diliputi cahaya sphere menyala - nyala.


    “Traannkk!!! Traannkk!!! Traannkk!!! Traannkk!!!” benturan kedua senjata yg bergema berulang – ulang melepaskan percikan bunga api kecil.


    Rangkaian langkah demi langkah, putaran tubuh, dan lesatan bergantian dari dua pedang dikedua tanganku, telah membuat dirinya kewalahan. Aku melihat rasa perih tergambarkan dari gerakan tubuhnya yg menahan sakit akibat lukanya.

    Shade memiliki kemampuan regenerasi yg menakjubkan melebihi manusia normal, tapi dibalik kelebihan itu dia akan tetap merasakan rasa sakit yg sama seperti manusia. Sebesar apapun rasa sakit yg dia rasakan dia tidak pernah berhenti hingga tubuhnya tidak bisa bergerak lagi.

    Kapanpun aku melihat wajahnya, bukanlah seorang pahlawan yg mengukir namanya yg kulihat disana tetapi sosok lelaki yg baik pemilik hati yg kuatlah yg membuatku tersentuh.

    Aku bergerak memutar tubuhku melepaskan pukulan kuat dari arah bawah keatas dan menghancurkan pertahanannya. Ketika pijakan stance nya terbengkalai, aku memanfaatkan celah itu dan melukainya dengan beberapa tebasan.

    Darahnya terciprat hingga mengenai bajuku. Di detik – detik pertama yg terlewati, aku tidak menyadari cairan hangat yg mengenaiku itu. Tapi ketika tubuh pria bermantel hitam ini rubuh ke lantai dengan pemandangan ayunan pedangku yg menuju kearah lehernya, aku tersadar. Kedua mataku terbelalak. Aku menghentikan ayunan pedang itu tepat satu senti lagi dari lehernya.

    Rambut panjang hitam milikku yg berkibar akhirnya jatuh perlahan menyentuh punggungku. Kedua mata biruku yg indah dalam tangisan melihatnya sedang tertunduk meringis. Aku menghembuskan nafas hangat yg sebelumnya tertahan, dan mengigit bibir bawahku yg merekah.


    “Kenapa kau berhenti? kenapa kau tidak menebas kepalaku Elenna?”


    Aku mendengar suaranya berbicara. Untukku sekarang tempat ini menjadi begitu sunyi dalam kegelapan bagaikan ruang hampa dan hanya menyisakan kami berdua.

    Mulutku bergetar untuk berucap.. Lidahku membeku untuk melepaskan kata..




    “Karena aku mencintaimu..”




    Aku menitikan lagi air mata. Tak percaya akhirnya kulepaskan kalimat itu, suatu untaian kalimat kejujuran hati yg dahulu begitu kuat kutahan dalam - dalam.

    Dia tidak menjawab apapun. Aku yg mendapati suasana menjadi terdiam sunyi sesaat, akhirnya kembali berbicara.

    “Kau tahu? Aku menangis disepanjang waktu. Ketika suaramu menghilang dan ketika tubuhmu lenyap bersisa dalam ingatan, kau telah membuatku tenggelam dalam kesedihan.

    Aku menangis mengadu pada Tuhan lebih daripada yg pernah kulakukan. Aku berharap padanya agar bisa dipertemukan lagi denganmu. Walaupun hanya diberikan waktu sekejap, aku ingin melihat lagi paras wajahmu dan menamparmu dengan pilihan yg kau ambil sendiri untukku. Tapi segala pengharapanku itu bukan seperti ini.. bukan dalam pembantaian seperti ini pertemuan kembali denganmu kuinginkan!”

    Kuselesaikan kata – kataku dan kulepaskan semua beban yg kutahan begitu lama padanya. Berharap.. Aku berharap dia kembali pada dirinya dulu yg masih berperasaan.


    “Apa yg kau harapkan dari Said Ibrahim ini Elenna…? Apa yg kau harapkan dariku?”


    Aku terkejut, melihat Shade berdiri dengan sekejap mata dan melepaskan tebasan tepat kearahku. “Trankkk!!” pedang Kristal dikedua tanganku terlempar ke udara. Aku menyadari kesalahan dan tak menduga ini akan terjadi. Aku telah melepaskan kewaspadaan dan membuka pertahananku begitu lebar.

    “Graabb!!!” suara cepat lengan kiri Shade menyambar leherku disertai pekikan suaraku yg kesulitan bernafas. “Aaaakkhh!!!”

    Shade berdiri tegak. Dia mencekikku cukup kuat dan mengangkat tubuhku hingga tidak berpijak di lantai. Terus dan terus kucoba, untuk melepaskan cengkraman kuat lengan kirinya dengan kedua tanganku yg sedang menggenggamnya. Tapi tenagaku perlahan menghilang dibarengi dengan nafasku yg semakin lenyap tertekan.

    “Jika aku menjadi Messias Palsu, apa kau akan tetap mencintaiku Elenna?”

    Shade melempar tubuhku kesamping dengan kuat. Tubuhku melayang cukup lama di udara dan akhirnya jatuh terseret dilantai yg penuh darah.

    Sakit.. tubuhku terasa sakit…

    Ketika aku berusaha untuk bangun dari keterbaringanku dengan pula mencoba bernafas lancar kembali, aku melihat dia berjalan mendekat. Shade dengan mata kanannya yg menyala terang dan mata kirinya yg buta tanpa emosi berjalan mendekatiku dengan tubuhnya yg diliputi kepulan asap hitam yg menguap – nguap.

    “Ketika aku mengobarkan perang pada langit dan menghancurkan keimananmu pada Tuhan yg kau percayai, apakah kau masih akan tetap mencintaiku?!”

    Suatu medan energy muncul tiba – tiba disekitarku dan mengangkat tubuhku melayang di udara. Sihir itu memaksaku berdiri dengan tegap dengan kedua tanganku yg terlentang ke kiri dan ke kanan tanpa sedikitpun bisa bergerak.

    Aku melihat Shade yg sedang berjalan, tiba – tiba menghilang dan muncul tepat dihadapanku dengan posisi membungkuk dan tertunduk.

    “Kau memeluk erat tubuhku dan mengatakan bahwa aku adalah manusia. Tapi kau salah Elenna… Aku adalah setan itu sendiri”


    Craaaaasssssshhhh!!!​



    Aku merasakan sesuatu yg hangat muncul didadaku. Cipratan darah segar itu melayang – layang dibarengi dengan tubuhku yg menghadapi shock berat. Dia melukaiku?! Kenapa?


    kenapa Shade…? Kenapa..?​


    Bibirku mengucapkan kalimat tanpa bersuara. Dia memandangku dengan penuh amarah dan disaat yg sama, perlahan – lahan aku merasakan gravitasi menjatuhkan tubuhku pelan.



    Dadaku terasa sakit. pandanganku berubah menjadi kabur.

    Aku menyadarinya.. aku tewas ditangan orang yg kucintai sendiri…



    ********






    Elenna...?


    Apa yg telah aku lakukan?


    [​IMG]
     
  17. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update ACT 2 :suling:

    ACT 2 - La Horde


    [​IMG]

    Act - 2.1 The World We Are Know

    Paris , France year 1 A.I (After Inctum 2015 A.D)


    Langit begitu gelap oleh awan hitam yang bergumul. Warna merah yang sebelumnya membentang sangat luas pada langit, kini telah tiada dan berganti memperlihatkan gumpalan kemuraman. Aku dapat merasakannya dengan tubuhku, sebentar lagi akan terjadi badai.

    Aku duduk di salah satu atap gedung apartemen yang telah ditinggalkan. Ditemani oleh udara dingin dan suasana yang sepi mencekam, aku melihat keadaan sekeliling kota dan meringis pilu bila mengingat masa lalu juga kehidupanku. Kota New York yang padat dengan lalu lintas orang – orang yg memiliki kesibukan masing – masing, kriminalitas dan penegakan hukum yang terjadi setiap harinya, dan permasalahan kehidupan yang terjadi menimpa orang – orang tertentu telah tiada sekarang. Aku merindukannya. Aku merindukan kehidupanku yang dulu.

    Setiap manusia di dunia ini memiliki kehidupan masing – masing. Seperti sebuah scenario dengan diri sendiri sebagai protagonistnya, setiap kesempatan juga pilihan akan menentukan takdir yang meninggalkan berkas ingatan buruk maupun kebahagiaan. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk melukiskan sejarah hidupnya sendiri.

    Dunia yang luas ini hanyalah sebuah tempat. Kenyataannya kehidupan itu berada didalam diri sendiri dan juga terlihat pada keadaan sekitar yang dilalui dan dipilih. Itu adalah apa yang mereka sebut dengan Micro kehidupan, Sebuah kehidupan yang terlihat kecil yg berjalan selaras dengan Macro kehidupan yg bisa menimbulkan perubahan besar pada seluruh kehidupan manusia.

    Aku melihatnya langsung bagaimana ketika Micro kehidupan itu lenyap dan Macro kehidupan hancur berkeping – keping memberikan akibat pada semua aspek secara menyeluruh. Semuanya menghilang, dunia ini tidak seperti dunia yang dahulu pernah kujalani.

    Ketika aku mencoba pergi menjauh dari mimpi buruk yang telah kulalui, aku mendapati diriku berada pada mimpi buruk yang lebih besar. Mayat bergelimpangan dimana – mana, pembantaian tanpa belas kasihan, keegoisan, nafsu akan kekuasaan, dan juga pertikaian memperebutkan pengaruh di dunia adalah poin yang menjadikan keadaan menjadi seperti sekarang ini.

    Terlalu banyak jumlah manusia yang menjadi korban. Segalanya terlihat mengarah pada pembersihan dunia dengan pemusnahan. Teori Konspirasi? New World Order? Apapun itu, itu tidaklah lagi penting karena semuanya telah terjadi dan tidak dapat dibalikan.

    Aku adalah salah satu dari manusia yang beruntung untuk dapat bertahan dan menghindari kematian dalam bencana itu. Satu diantara mereka yang tercerai berai mencari tempat berlindung dalam keputus asaan dan terus mencoba berusaha tetap hidup di ganasnya dunia.

    Namaku adalah Diana Lumberd.. Ex - FBI.

    [​IMG]

    ***


    “Apa yang kau lakukan disana Diana? Langit sebentar lagi akan memuntahkan hujan deras. Kau tidak berniat untuk jatuh sakit bukan?”

    Aku mendengar seseorang menyapaku dari belakang. Aku membalikan badan dan memandang wajah sosok itu. Suara itu ternyata berasal dari suara Catherina Ismail, salah satu dari survivor yang juga selamat dari bencana besar dan bergabung bersama dengan komunitas bersamaku ditempat ini.

    “Menyendiri lagi?”

    Catherina kembali bertanya. Aku hanya tersenyum memandangnya, memandang sosok gadis yg memiliki rambut panjang sebahu yang indah, memiliki bola mata berwarna hitam, dan kulit coklat muda dengan wajah yang terlihat orientalis.

    Sebelumnya dia pernah menceritakan padaku dari mana dia berasal. Sebuah tempat yg cukup jauh yaitu Indonesia, Negara yang berada dikawasan asia tenggara yang dikenal di masa lampau sebagai Negara pemerakarsa gerakan non-blok.

    Dia mengatakan bahwa keinginannya untuk bisa mengelilingi Eropa benar – benar dikabulkan Tuhan. Tapi kenyataannya hal itu tidak memberikan kesenangan juga kegembiraan. Sebab, tepat disaat itu semuanya terjadi, perang besar yang menimbulkan bencana dan membuat kehidupan kami menghilang dan memaksa kami juga untuk ikut terseret arus politik orang – orang yang berkuasa.

    “Aku akan masuk kedalam sebentar lagi.” jawabku padanya.

    “Baiklah, aku hanya berusaha mengingatkanmu saja. Cepat masuk kedalam sebelum cuaca benar – benar berubah.” Catherina dengan posisi setengah membelakangi berkata padaku dan kemudian dia menuruni tangga meninggalkanku di atap ini sendirian.

    Aku menyadarinya aku tidak bertahan hidup sendirian lagi. Ya tidak untuk sekarang ini.


    “Ctaaarrr!!!”


    Suara gemuruh langit terdengar dan cukup mengagetkanku. Rintikan hujan mulai berjatuhan perlahan dan menyentuh tubuhku yg kotor dan penuh debu. Ya entah telah berapa lama sejak aku mandi terakhir kali, sudah tidak dapat kuingat lagi kapan membersihkan diri itu kulakukan.

    Tetesan air jatuh semakin banyak dan aku masih tetap terdiam pada tempatku. Rasa dingin yang sekarang kurasakan disekujur tubuhku membuatku tenang.

    Untuk sejenak aku bisa tenang dari segala kegilaan itu. Tindakan pembunuhan yang harus kulakukan untuk bertahan hidup, perkosaan yang terjadi pada diriku, orang – orang kanibal yg coba memotong – motong tubuhmu untuk santapan mereka, dan makhluk unknown yg muncul tiba – tiba dari kegelapan yang memberikan kengerian dan ketakutan luar biasa yg membuatmu berpikir tidak ada satupun tempat yg benar – benar aman.


    Kenapa dunia menjadi seperti ini…?​


    Semua yg pernah ada menghilang bagaikan debu yang tertiup oleh angin. Keluarga, rekan kerja, sahabat, bahkan musuh sekalipun telah tiada. Hanya menyisakan diri kita yang sendirian tanpa harapan dan tanpa tujuan.

    Dunia telah berubah. Sebagaimanapun mencoba menyangkalnya, manusia harus tetap berusaha menerimanya. Tidak ada lagi hari penuh kedamaian dan kebahagiaan dengan tawa.

    ‘Masa lalu tertinggal dibelakang bersama dengan mimpi buruk yg terekam di setiap ingatan umat manusia yang bertahan.’

    Aku berkata dalam hati dan kemudian berjalan kearah Up Floor Door dengan tubuh yg cukup basah kuyub terguyur hujan yang deras.

    Suara petir bergema bersahutan dibelakang diriku dan suasana ditengah badai ini yg terus berkecamuk, mengingatkanku pada mimpi burukku di masa lalu. Ketakutan yang coba kulupakan, mimpi buruk yang lain sebelum Perang besar itu terjadi.

    16 November 2012, Alaska.



    *******​
     
    Last edited: Nov 26, 2011
  18. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update lanjutannya [​IMG]

    Act – 2.2 Nightmare in the Past, Alaska Tragedy

    [​IMG]

    Aku mengingat kembali perasaan takut itu yang dibarengi dengan keputusasaan karena terjebak sendirian. Hari itu 16 November 2012 dikota Cordova Alaska, adalah hari dimana aku tiba dan hari dimana semuanya bermula. Aku yg mendapatkan pesan dari rekanku Antony untuk pergi ke Cordova demi tugas, mendapati diriku terjebak dalam ketakutan yg luar biasa.

    Aku berlari begitu kencang mencoba menghindari kejaran Mereka semua ditengah kegelapan. Mereka tidak berbicara dan hanya berteriak melengking dan berusaha mencabik dan mengigit tubuhku. Sekeras apapun aku muncoba menggertak mereka semua dengan senjata api yg kupegang, itu tidak menghentikan mereka. Aku hanya bisa berlari dan terus berlari untuk bersembunyi. Adrenalinku terus terpacu ketika itu, aku akan mati ditempat ini, ya akan mati ditempat ini.

    Aku mencoba menahan pintu rumah sakit, menahan pintunya dengan sapu dan kemudian mendorong kursi juga meja yang terlihat untuk membarikade pintu yang terus dicoba dibuka dari sisi lain oleh Mereka.

    Mereka yang berjumlah puluhan itu adalah manusia yang tengah mengalami kegilaan. Bola mata mereka berwarna merah darah dan dari setiap lubang di wajah mereka mengalirlah darah segar yg menetes. Sebanyak apapun aku tembak tubuh mereka, mereka tetap hidup. Bahkan ketika aku menembak kepala mereka, mereka tetap bisa bangkit dan kembali mengejarku.

    Seperti zombie yang pernah kutonton di film – film, mereka hanya memikirkan satu hal yaitu mengigit dan melahap daging manusia normal yang mereka temui. Tapi mereka lebih kuat. Tembakan kepala yang biasanya menjadi kunci utama untuk merobohkan zombie di kebanyakan film, ternyata tidak berguna.
    Ditengah keputusasaanku dengan tubuh yang bercucuran keringat peluh, aku mendengar suara berisik lain dari pintu Emergency Exit.

    ‘Sial mereka menemukan jalan lain..’ ujar kagetku mendengar langkah yg semakin dekat. Tanpa pikir panjang, dengan cepat ketika itu aku menutup pintu dan segera berlari kebagian lain ruangan mencoba mencari jalan naik ke lantai atas rumah sakit ini untuk mencari kebenaran.

    Semua ini sebenarnya diawali oleh kejadian pembunuhan berantai yang terjadi di Amerika. Suatu kasus pembunuhan yg sistematis dengan korban yg juga dibunuh dengan cara yg sama yaitu ditembak dan kemudian dibakar. Aku dan rekan kerjaku Antony akhirnya dikirim ke wilayah kedaulatan Alaska untuk menyelidiki dan mencegah terjadinya pembunuhan lagi.

    Pertama kupikir ini hanyalah pekerjaan seorang psychopath gila yang biasa terjadi dan biasa kami FBI tangani. Tapi aku salah, semua ini ternyata lebih dalam daripada mengenai pembunuhan berantai saja.

    Semua teka – teki akhirnya mengerucut pada satu titik yaitu “Thanatos”. Itu adalah nama obat yang ternyata merupakan obat terlarang uji coba yang diroduksi secara illegal. Thanatos adalah nama obat yang disamarkan sebagai morphin penenang yg diperuntukan bagi orang – orang yg mengalami phobia dengan kegelapan.

    Obat ini telah lama menyebar di Alaska dan dikonsumsi oleh orang – orang yg mengalami phobia sebagai persiapan sebelum datangnya pergantian waktu malam yg akan berlangsung sangat panjang.

    Nasi sudah menjadi bubur, ditengah kegelapan yang akan berlangsung 30 hari kedepan aku terjebak ditempat ini sendirian tanpa jalan keluar.

    Tepat ketika aku telah mengetahui kebenaran dan bingung dengan apa yang harus kulakukan selanjutnya, Aku akhirnya bertemu dengannya. Pembunuh berantai yang selama ini kukejar yang telah membunuh banyak warga Negara Amerika yg tak berdosa.


    ***

    [​IMG]

    Dia mengenakan pakaian serba hitam dengan jaket panjang selutut, mengenakan pula hoody dikepalanya dan masker gas abu – abu dengan kaca merah bundar dibagian matanya.

    Aku melakukan konfrontasi dan mencoba melumpuhkannya. Namun akhirnya aku berakhir terjerembab dengan pistol tua yg mengarah tepat dikepalaku. Pembunuh berantai yang menodongkan Mauser C96 itu mengatakan bahwa aku tahu terlalu banyak. Aku tidak mengerti apa yang dia maksud ketika itu. Tapi seiring berjalannya waktu, aku akhirnya mengetahui dan hampir mengungkap segalanya.

    Ketika aku bisa keluar dari kota Cordova hidup – hidup bersama survivor lain dan juga seorang anak kecil, ternyata kota Juneau yg kami tuju yg merupakan ibu kota Alaska ternyata mengalami kejadian yang sama. Para Nightwalker (sebutan kami pada mereka yang menjadi gila) berlarian mencari mangsa. Suara tembakan, tabrakan, dan teriakan terdengar dimana – mana dan terlihatlah suasana kekacauan disana.

    Aku tahu ini adalah kesalahan. Ditengah semua orang sangat berharap untuk keluar dari kota hidup – hidup, aku malah menyingkirkan pilihan itu. Aku dengan egoku yang besar lebih memilih untuk mengejar pembunuh berantai yang mengenakan pakaian serba hitam. Pilihan itu harus dibayar dengan kematian rekanku sendiri. Dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanku dan akhirnya dilahap oleh gerombolan Nightwalker.

    Aku merasakan rasa sakit kehilangan itu, rasa sakit yg sama ketika aku kehilangan anakku beberapa tahun yang lalu. Ditengah tangisanku yg mendalam, aku berjanji untuk menyelesaikan semua ini demi mereka semua yang telah mengorbankan dirinya untukku.

    Pengejaran yang kembali kulakukan di malam yang abadi itu, memberikan kebenaran bahwa aku berada dipersimpangan kenyataan dan juga rahasia. Selvatoore Santos adalah orang yang bertanggung jawab atas semua kekacauan. Dia adalah Drug Dealer yg menjadi dalang yang membuat dan menyebarkan Thanatos di daratan Alaska.


    “Dor!! Dor!! Dor!!”


    Pembunuh berantai berpakaian hitam dan berhoody itu tertembak puluhan peluru demi melindungiku.

    Ditengah kesekaratannya yang berlumuran darah, dia berkata padaku dengan kesulitan.

    “Kita berdua memiliki tujuan yang sama yaitu menyelamatkan umat manusia.. namun kita berbeda dalam penegakan keadilan dan juga misi. Kau bergerak diluar kegelapan menegakan hukum yang dibuat manusia, sedangkan kami bergerak dibalik kegelapan menegakan keadilan diatas kebenaran. Uhuuk..

    Dengarlah.. bagi kami semua hal harus dilakukan untuk menyimpan rapat – rapat kebenaran dari rahasia dunia. Dunia tempat kami berada yang tidak perlu kau ketahui, dunia yang lebih baik dianggap tidak ada demi kebaikanmu sendiri.

    Thanatos, penyebab kerasukan, konspirasi.. Semua ini terlalu besar untukmu. Pergilah, selamatkan hidupmu sendiri..”

    Dia menghembuskan nafas terakhir didepan mataku. Aku kembali sendirian ditengah badai. Berada dalam kebimbangan mengejar target yang sebenarnya atau pergi menyelamatkan diri dengan beban yg tidak terselesaikan.

    Semuanya akhirnya berakhir dengan pilihan yang membuatku terduduk menyender berlumuran darah dengan dua luka tembak yang bersarang dibahu dan perut sebelah kiriku.

    Aku tahu, aku adalah wanita yg keras kepala…

    Aku sadar bahwa dunia yg nyata itu bukan hanya dunia yg kulihat dengan jelas di mataku selama ini. Ada dunia lain dibalik itu semua yang terlarang dan tersimpan rapat – rapat sebagai rahasia. Dunia yg degitu dalam bagai jurang tanpa ujung, gelap, mengerikan, dan penuh kepedihan.

    Ketika semuanya telah kupasrahkan, aku melihatnya secara samar – samar dengan mataku sendiri. Selvatoore Santos yg telah berwujud mengerikan layaknya monster / mutant, berhasil dibunuh dan dibakar oleh kedua sosok berpakaian hitam.

    Begitu terkejutnya diriku ketika menyadari ternyata salah satu sosok itu adalah pembunuh berantai yang sebelumnya telah maninggal dipangkuanku.

    Dia mendekatiku dan kemudian menodongkan senjata kuno miliknya Mauser C96 kearah diriku yang sedang terluka. Pembunuh itu melepaskan masker gas yang menutupi wajahnya dan terlihatlah rupa aslinya. Wajah seorang pemuda berbola mata merah semerah darah, berkulit putih pucat, dengan rambut hitam ikal sedang menatapku diam sekarang ini.

    Dia mengatakan padaku, bahwa aku telah jauh masuk dan mengetahui sesuatu yang sangat terlarang. Jika aku hidup, suatu Sekte akan mengejar dan berusaha menutup mulutku dengan menyiksaku perlahan. Tidak ada pilihan lain yg lebih baik selain mati di tempat ini dan mengubur semua rahasia ini dari masyarakat dunia.

    Aku tahu benar bahwa kenyataan itu begitu menyakitkan. Ya aku merasakan perasaan itu ketika aku kehilangan putri tercintaku. Untukku, kehidupanku sudah tidak berarti lagi dan hanya pekerjaanlah yang tersisa untuk kujalani.
    Setidaknya walaupun harus mati, aku telah berhasil mengungkap kasus ini walaupun hanya untuk diriku sendiri…


    “Coup De Grace..” adalah jawaban pelan terakhirku untuknya.


    ******​
     
  19. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update.
    perlahan menguak konspirasi :nikmat:

    Act – 2.3 Life in the Grieve

    Itu adalah hari kematian anggota FBI Diana Lumberd. Semua mimpi buruk dibalik kegelapan, kekacauan, juga konspirasi dibelakang semua ini tetap tersimpan sebagai rahasia dalam - dalam. Tidak ada satupun masyarakat diluar Alaska yang mengetahui kejadian itu terkecuali mereka – mereka yang berhasil selamat pergi dan juga diriku yang tiba – tiba terbangun di sebuah apartemen.

    Aku terbangun dan bernafas dengan tubuh yang terluka dan ikatan perban yang mengikat sebagian besar tubuhku. Terbangun bukan sebagai Diana lumberd, terbangun sebagai wanita yang dianggap telah tewas dengan berkas identitas palsu yang tergeletak begitu saja di sebuah meja.


    Aku hidup…


    Tubuhku cukup basah kuyub karena hujan badai yang terjadi diluar sana. Aku merasakan kedinginan, ya hal lumrah yg terjadi pada tubuh manusia. Perlahan ketika aku sedang menuruni tangga dan turun menuju lantai apartemen dimana orang lain berada, aku kembali memikirkan mengenai kejadian di masa laluku itu.


    Hamburg, Germany 2012 A.D

    Ketika aku terbangun dengan penuh pertanyaan, ternyata aku berada di kota Hamburg Jerman. Aku tidak mengerti mengapa aku berada ditempat ini dan kenapa mereka yang menyelamatkan hidupku tidak ada untuk menjelaskan apapun. Yang aku dapat temukan hanyalah dokumen identitas palsu bernama Edeline Kasch dengan foto diriku yang kulihat diberkas itu dan juga secarik kertas dengan tulisan yang cukup singkat.

    Aku lalu membaca tulisan yang tertera pada secarik kertas yang ditinggalkan itu.

    Ambilah kehidupanmu yang baru. Jika sedikit saja kau mencoba berani kembali ke kehidupan lamamu.. Kami akan tiba disana sebelum kau menyadarinya dan kau akan tahu apa yang harus kau bayar.

    Setelah membaca tulisan itu, aku baru menyadari siapa sebenarnya yang telah menolongku. ‘Pembunuh berantai dengan Mauser C96 itu mencoba menekanku’ dalam hati aku menggeram.

    Sejak hari itu, aku menjalani kehidupanku yang lain. merasakan ada sesuatu atau seseorang yang terus mengawasiku. Ya, Kata – kata pada secarik kertas itu memang tidak dapat dipungkiri membuat hidupku tidak tenang. Dengan banyak tanda tanya yg terus bermunculan dikepalaku, aku kembali mencari tahu apa yang kemudian terjadi pada Alaska.

    Aku mendapati kenyataan bahwa pemerintah menutupi tragedy yang sebenarnya. tidak ada berita mengenai kejadian aneh yg terjadi di Alaska, kanibalisme, kegilaan, ataupun wabah mengerikan yg menyebar secara cepat.
    Pemerintah hanya memberitakan mengenai badai salju yang kuat yang tiba – tiba saja datang dan menimpa sebagian besar Negara bagian Alaska. Bencana alam itu mematikan fungsi listrik dan menimbun masyarakatnya hidup – hidup.

    Rekanku Antony meninggal disana beserta dengan masyarakat lain yang tidak berdosa dengan begitu mengenaskan. Ini adalah kebohongan, aku tahu benar apa yg terjadi disana. Tidak pernah ada badai, tapi yg terjadi sebenarnya adalah terlepasnya wabah mengerikan dari suatu obat terlarang yang berbahaya.

    Tidak salah lagi ini semua berhubungan dengan pemerintah. Aku sadar, Selvatoore Santos tidak mungkin bisa seleluasa itu menyebarkan Thanatos di Alaska tanpa bantuan orang dalam. Apakah itu adalah Proyek uji coba yang sengaja dilakukan oleh pemerintah USA?

    Aku membuang nafas panjang dan mencoba mengingat apa yg pernah pembunuh berantai itu katakan padaku ketika berada di Alaska dan juga mengingat mengenai secarik kertas yg dia tinggalkan untukku…

    Ada sekelompok orang yang menjalankan semuanya dibalik layar yg memberikan cerminan kepalsuan dunia yang dinikmati oleh umat manusia yang hidup di bumi. Mereka memiliki alasan dan juga tujuan, dan aku secara tidak sengaja masuk dan jatuh cukup dalam pada lingkaran yang sebenarnya tidak memiliki lubang.

    Hidupku sekarang berada dalam bahaya. Bukan hanya karena tekanan dari pembunuh berantai itu, tapi juga dari mereka orang – orang yg bergerak dibelakang layar yg juga memegang control pada pemerintahan. Mereka akan membunuhku bila aku muncul.

    Aku kemudian memilih untuk mengubur semua itu dalam – dalam sebagai masa lalu. Menutup semuanya bagaikan lembaran buku dan mencoba mengambil kesempatan yang ada untuk memulai hidup baru di jerman dan melupakan semua hal besar dan tragedy yg pernah terjadi.

    Akhirnya sekarang aku berada ditempat ini, melihat ketakutan yg kuketahui akhirnya menjadi kenyataan. Dunia politik berubah, perang terjadi, pembantaian yg lebih mengerikan dari tragedy yg jelas – jelas menimpaku di Alaska terjadi tepat didepan mataku sekarang.

    Mereka tidaklah dalam pengaruh Thanatos morphin, tapi mereka gila karena membantai semuanya tanpa belas kasihan. Suatu proyeksi perang / kejahatan perang yang benar – benar membuatku begitu shock. Darah tergenang, tindakan amoral, manusia tidak lebih bagaikan hewan yg tidak memiliki akal.

    Mengapa manusia membuang rasa belas kasihnya dan bisa membunuh warga sipil dengan kejam hanya karena perintah atasan? Dimana sebenarnya hati nurani? Dimana kedamaian itu sekarang berada?


    Dunia menjadi penuh oleh debu, bau kematian, dan juga lirihan kepedihan.​


    ***


    Present day

    Aku tiba di 3rd floor apartemen dengan tubuh yang mengigil dan juga beberapa kali bersin. Suhu tubuhku terasa sedikit naik, aku rasa aku memang terkena masuk angin. Disaat kondisi tubuh yg tidak menentu dan pasokan makanan yg sulit kami temukan, bodohnya aku yg bermain – main dengan hujan. Aku tertawa kecil karena melihat diriku sekarang bersikap layaknya seorang remaja perempuan, padahal aku adalah seorang ibu yang sebenarnya harus bersikap dewasa.

    “Kedinginan bukan…” suara Catherina bersuara tidak jauh dari tempatku berada. Dia bergerak kearahku sembari membawa potongan sprei dengan muka yg sedikit cemberut. “Sudah kuduga akan seperti ini.” dia berkata dengan juga bergerak mengelap tubuhku yang basah kuyub.

    “Aku baik – baik saja, hanya sedikit kedinginan. Kamu tidak harus repot – repot seperti ini Cath..” ujarku sembari tersenyum padanya.

    “Dalam keluarga tidak mengenal kata merepotkan. Sebaiknya sekarang lepas pakaianmu dan balut tubuhmu dengan kain ini. Akan menyulitkan bila salah satu diantara kita sakit.”

    Dia membuka pakaiaku dengan paksa dan membuatku cukup kaget. Dia tersenyum manis padaku, aku hanya diam dengan wajah yg masih agak terkejut dan tidak bergerak membiarkan dia menyelesaikan pekerjaannya.

    Catherina Ismail adalah gadis yg baik dan perhatian kepada setiap orang. Disaat setiap orang merasakan rasa ketidak percayaan pada diri orang lain dan menaruh curiga, dialah satu – satunya yg mencoba menyatukan kami semua di kelompok ini.

    Dia mengatakan mengenai keluarga, dan juga mengatakan bahwa kita semua yg berkumpul disini adalah orang – orang yg kehilangan segalanya. Memiliki persamaan rasa sepenanggungan yg sama, membenci apa yg terjadi pada dunia, dan memiliki tujuan untuk sama – sama bertahan hidup.

    Aku setuju dengan perkataannya mengenai persatuan untuk bisa bertahan hidup lebih besar di dunia yg memang berbahaya. Tapi aku tahu benar, bahwa tidak semua orang dalam kelompok berpikiran serupa denganku. Rasa kecurigaan dan ketidak percayaan itu dapat kulihat jelas dimata mereka.

    Aku tidak terlalu memperdulikannya, bagaimanapun juga kelompok ini tetap ada. Walau mungkin hanya untuk sementara ini…


    ******​
     
  20. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    update lagi [​IMG]

    Act – 2.4 Forgotten Headquarter

    Paris, France 1 A.I (After Inctum 2015 A.D)
    Ruined Chateau de Versailles, Cathedral Versailles St. Louis


    [​IMG]
    Ditempat yang telah ditinggalkan dengan posisi kursi – kursi panjang gereja yg berantakan disekitarnya, satu sosok pemuda sedang berdiri tegap memandang Hall gereja yg sunyi. Tidak ada manusia lain ditempat itu, yg ada hanya pemandangan bekas kerusuhan dengan ketidak teraturan yang terlihat dimana – mana.

    ‘Dan sekarang aku disini.. kembali ketempat ini’

    Pemuda yang mengenakan mantel hitam panjang dengan hoody yang menutupi kepalanya berkata didalam hati. Dia yang juga memegang pedang hitam di tangan kanannya kemudian bergerak dari tempatnya berjalan menuju altar.

    Dalam setiap langkah pelan yang dibuatnya, sang pemuda mengingat kembali sejarah masa lalu tempat ini yg berkaitan cukup besar dengan hidupnya. Dia mengingat bau darah, pembantaian, dan salib hitam.

    Walaupun ingatan itu terkubur dimasa lalu, semua tindakan diluar nalar, pengorbanan diri, dan juga kebenaran dibalik bayangan tiba – tiba kembali ketika dia berada ditempat ini. Bukan hanya sebuah gereja biasa yang memiliki nilai sejarah tinggi seperti yg orang kira. Tempat ini memiliki rahasia besar didalamnya.


    Le Noire Saint Croix​



    ***


    Tempat ini adalah tempat dimana aku memulai untuk mencari pembalasan dendamku pada Mereka Yg Tercemar. Ketika kematian dirinya, aku membuang nama asliku dan bergerak tanpa nama. Aku bergabung dengan kelompok ini, Bayangan kelam garis keras Order of Silver.

    Kelompok pembunuh salib hitam, itu adalah nama lain yang orang – orang sisi gelap ketahui. Beranggotakan 12 orang pembunuh handal dengan spesialisasi yg berbeda, kami diberikan kode nama 12 apostle sebagai inisial kode untuk menjalankan misi.

    St.Petrus, St Andrew, St. James son of Zebedee, St. John, St. Philip, St. Bartholomew, St. Mattew, St. Thomas, St. James son Alphaeus, St. Thaddeus, St. Simon, St. Judas Iscariot.

    Aku yang membuang nama dan mempertahankan nickname Subject-Host 4D3 yg diambil dari kode penamaan anak – anak berbola mata merah yg diberikan Selvandor, akhirnya terpilih dan mendapatkan code name St. Judas Iscariot didalam kelompok ini.

    Tidak ada hukum, semuanya harus dilakukan bahkan mengorbankan orang – orang tidak berdosa demi kedamaian umat manusia. Aku telah membunuh banyak orang. Tokoh politik, pemuka besar keagamaan, warga sipil, walikota, dan lainnya.

    Tidak lebih bagaikan para pembunuh professional dari dunia hitam, namun kami bergerak bukan atas bayaran. Kami bergerak atas nama keadilan dan kebenaran yg orang – orang biasa tidak akan dapat mengerti. Menjaga rahasia besar masa lampau yang tidak boleh terkuak. Menjaga kedamaian walaupun tangan kami harus bersimbah darah oleh dosa.

    Banyak misi yg kujalani di belahan Eropa. Dan semuanya tidak ada yang lebih buruk dan lebih berbahaya daripada tragedy yang terjadi di Alaska.


    [​IMG]


    Aku dan Fabvre yg memiliki code name St. John, mendapatkan misi berkenaan Pengedaran obat terlarang Thanatos morphin. Obat yang bisa membuat tenang orang – orang yg phobia terhadap kegelapan, namun memberikan kesempatan kepada mereka untuk melihat sesuatu yg tidak boleh mereka lihat.

    Obat uji coba ini membuat para penggunanya kehilangan pikiran ketika malam hari tiba. Membiarkan tubuh mereka rentan untuk kerasukan setan dan membuat mereka menjadi kanibal.

    The Sect berada dibalik semuanya. Untuk meningkatkan kemampuan anggotanya, mereka menguji cobakan obat tersebut terhadap warga sipil. Bersembunyi dibalik pemerintahan, mereka memberikan akses pada drug dealer Selvatoore Santos dan membuat Alaska yang dingin dan damai menjadi Neraka mengerikan.

    The Sect adalah kelompok pemuja setan tertua yang paling berbahaya.

    Aku memfokuskan diriku dikemudian hari untuk mengejar Selvandor pemimpin tertinggi bergelar Grandmaster The Sect. Kebencian besar terhadap Mereka Yg Tercemar yg terus kubawa karena kematian Sannael, membuatku mengetahui rahasia – rahasia yang lain dan mengungkap banyak hal.

    Le Noire Saint Croix hancur pada Tragedy berdarah tahun 2013 akibat adanya konspirasi didalam tubuh Saint Croix, pengkhianatan, dan ketidak percayaan. Dari ke 12 anggota salib hitam, hanya codename St. John dan St. Judas Iscariot yang berhasil selamat.

    Bersama luka, perasaan dikhianati, dan kebencian, aku dan Fabvre mengubur masa lalu itu dalam – dalam. Aku kemudian membuat namaku sendiri Shade Linecore dan Fabvre menggunakan nama Aslinya Pierre Fabvre Yehezkiel untuk kembali menjalankan hidup.

    Kisah itu tidak berakhir disini… Tapi semuanya merupakan permulaan.

    Segalanya dimulai kembali ditempat yg baru dan kelompok baru..


    Order of Silver​



    ***


    Library Cathedral St. Louis, Versailles

    Aku sekarang berada di ruangan perpustakaan katedral St. louis. Mencari tahu apa yang aku butuhkan. Ya jawaban mengenai Last Fallen dan juga Project Nephilim. Hanya tempat ini satu – satunya yg mungkin bisa memberikan jawaban. Tapi arsip – arsip Saint Croix telah tiada, mungkin menghilang bersamaan dengan kehancuran kelompok dan hanya menyisakan puing – puing markas pusat yang dilupakan.

    Aku duduk pada kursi kayu panjang yang ada didekatku. Memandang Susana berantakan dan kotor ditempat itu. Banyak rak – rak buku yang rusak dan juga beberapa tergeletak dilantai bersama buku – buku berdebu yg berserakan tak teratur.

    Pemandangan yang begitu berbeda dengan apa yang dahulu kuingat ketika semua tragedy belum terjadi. Apakah ini adalah tempat yang tepat bagiku untuk mendapatkan jawaban?

    Saint Croix adalah badan intelejen yg terpisah dari Order of Silver tapi masih berada dalam naungan Order. Mereka memiliki data – data informasi rahasia mengenai banyak hal, Mengenai The Sect maupun Order of Silver itu sendiri.

    Jika memang ada suatu proyek rahasia mengenai Penelitian tertentu “Project Nephilim” yg dilakukan Order of Silver, mereka tentu memiliki catatannya.

    Order bukanlah suatu kelompok yg didirikan oleh satu orang seperti The Sect. Order didirikan dari sebuah perbedaan dan bersatu untuk satu tujuan. Mereka memiliki dewan – dewan tertinggi yang tidak pernah kutemui. Apa mereka selamat dari perang besar itu? siapa yang tahu.. Aku hanya menjalankan perintah langsung dari Grandmaster Order. Orang yang sangat kupercaya yg kemudian mengkhianatiku.



    Sannael..

    Apa yang sebenarnya membuatmu terbunuh? Apa yg kau lakukan hingga membuat Vatican membunuhmu?

    Kau adalah malaikatku. Mengeluarkanku dari lembah hitam, memberikanku kebahagiaan, mengajarkanku kebaikan.

    Segala hal berat kau jalani dalam misi yang diberikan Order of Silver. Untuk umat manusia, untuk kedamaian mereka. tapi kenapa mereka melakukan hal buruk padamu? Kenapa Vatican menyalibmu? Kenapa Order of Silver mengkhianatimu?


    Suara guyuran hujan dan juga dentuman gema petir yg sedang terjadi diluar sana mewarnai kekalutan dari pemuda berpakaian hitam itu. terlalu banyak pertanyaan dan ketidak mengertian dikepalanya sekarang ini.

    Dia bingung dan merasakan sesak mengapa ketidak adilan selalu mewarnai garis kehidupannya. Terlebih ketika ingatan itu mengarah pada gadis yang mencintainya. Gadis suci yang rela terluka untuknya.

    Pemuda berhoody itu meneteskan air mata begitu saja dan menangis dilatari badai diluar sana yang menghempaskan hujan yang begitu deras.


    “Maafkan aku.. Elenna.. ”


    *******​
     
  21. Heilel_Realz012 M V U

    Offline

    Lurking Around

    Joined:
    Mar 8, 2011
    Messages:
    811
    Trophy Points:
    76
    Ratings:
    +826 / -0
    new sketch :peace:

    [​IMG]
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.