1. Disarankan registrasi memakai email gmail. Problem reset email maupun registrasi silakan email kami di inquiry@idws.id menggunakan email terkait.
  2. Untuk kamu yang mendapatkan peringatan "Koneksi tidak aman" atau "Your connection is not private" ketika mengakses forum IDWS, bisa cek ke sini yak.
  3. Hai IDWS Mania, buat kamu yang ingin support forum IDWS, bebas iklan, cek hidden post, dan fitur lain.. kamu bisa berdonasi Gatotkaca di sini yaa~
  4. Pengen ganti nama ID atau Plat tambahan? Sekarang bisa loh! Cek infonya di sini yaa!
  5. Pengen belajar jadi staff forum IDWS? Sekarang kamu bisa ajuin Moderator in Trainee loh!. Intip di sini kuy~

FanFic Mystery of the Odin Temple [RAGNAROK]

Discussion in 'Fiction' started by heezanz, Jul 8, 2011.

?

Menurut Agan-agan sekalian, Cerita saya Bagaimana?

  1. Bagus

    0 vote(s)
    0.0%
  2. Memuakkan

    0 vote(s)
    0.0%
  3. Jelek

    0 vote(s)
    0.0%
  4. Gak Jelas

    0 vote(s)
    0.0%
Thread Status:
Not open for further replies.
  1. heezanz Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 19, 2010
    Messages:
    174
    Trophy Points:
    36
    Ratings:
    +266 / -0
    :omgatot:Coba post cerita karangan ane gan:maaf:

    Masih amatiran tapi seenggaknya ane udah mencoba:maaf:
    moga-moga kaga:repost::haha:
    Here we Go

    RAGNAROK

    • PROLOG •​

    Sudah ribuan tahun, perang terpecah antara bangsa dewa dan para jortmund. Para dewa pun mati-matian mempertahankan kedudukan Valhalla dari para jortmund yang bersikeras menunjukkan kekuatannya menguasai seluruh alam

    Odin pun hanya bisa terpaku melihat keadaan ini. Dia berfikir keras untuk memukul mundur para jortmund dari tanah suci Valhalla. Tak ada gunanya, Tak akan berguna. . . . Hanya itu kata-kata yang terlintas di pikirannya.

    Semakin lama, benteng pertahanan Valhalla semakin tergerus. Dinding kebanggaan, Dinding utara, sudah menampakkan keletihannya menahan pukulan keras para jortmund. Jumlah pasukan Valhalla yang semakin berkurang membuat pos-pos pertahanan Semakin melemah.

    Jortmund, Raksasa penghuni Jortmundgard, Terusmelancarkan serangannya. Ribuan Jortmund terus berusaha menembus dinding terluar Valhalla untuk segera menghancurkan Tanah Para Dewa itu.

    Di sisi lain, Bangsa ketiga dari pertarungan itu, Para iblis, tengah mengincar dunia manusia yang damai, Midgard. Beelzebub, Iblis terkuat dan yang mengerikan diam-diam telah mengirimkan pasukannya untuk menghancurkan Midgard.

    Kondisi ini semakin membuat para dewa bingung. Disaat mereka harus mempertahankan tanah mereka, Valhalla, mereka juga harus membantu para manusia untuk menghadapi serangan para iblis.

    Akhirnya, Odin mengutus Valkyrie untuk membangun kuil di utara Midgard. Kuil tersebut bertujuan untuk tempat para manusia yang menjadi korban serangan brutal para iblis. Kuil yang megah dan agung itu, tak akan tertembus oleh apapun, bahkan Beelzebub sekalipun. Sungguh kuil yang sangat tangguh . . . .

    Namun, suatu hari, ditengah-tengah siraman sinar purnama, terdengar raungan keras dari Kuil Agung Odin. Diikuti suara gemuruh dan tangis pilu. Entah apa yang terjadi . . . . Tiba-tiba, Kuil agung tersebut menghilang di tengah-tengah kabut pekat yang datang setiap musim dingin di North Midgard.

    Siapa yang tega menghancurkan satu-satunya tempat berlindung manusia dari serangan Beelzebub. Tak seroangpun, bahkan para dewa yang mengetahuinya. Lalu, apa yang membuat kuil perlindungan itu tiba-tiba hancur. Hingga kini, itu masih menjadi sebuah misteri. . . Menjadi dongeng para manusia di Midgard.

    •» Awal Sebuah Kisah «•

    Salju mulai turun disertai kabut pertanda datangnya awal musim dingin. Musim penuh kegembiraan. Disaat semua orang merayakan hari kejayaan dari Odin, para remaja yang mengikuti pelatihan lanjutan profesi mereka juga merayakan kelulusannya di alun-alun kota prontera.

    Seluruh Siswa dari Tiga negara besar wilayah barat Midgard, yakni Rune Midgard, Republik Schwatzvalt dan Negeri Arunafeltz, berkumpul di Istana kerajaan Prontera.

    “Acara dimulai 45 menit lagi”, Penjaga Istana Dibantu para Kafra memberitahukan mulainya acara kelulusan itu.

    Nampak di barat gerbang istana, seorang laki-laki dan perempuan nampak sedang gelisah.

    “Terlambat kembali nampaknya”, ujar pria tersebut
    “Diamlah Kael! Dia pasti datang!”, Perempuan itu menjawab dengan muka nampak marah
    “Baiklah, kita tunggu pahlawan kesiangan itu, Margaretha. .”, Ucap Kael dengan wajah sedikit mengejek
    “Seyren pasti datang. . .”, Margaretha memalingkan pandangannya dari Kael.
    Waktu terus berjalan, hingga saat mereka akan masuk menuju istana. . . .
    “Heeeeeei!!!”, Teriak seorang pria dari kejauhan.
    “Nah, Pahlawan kita telah datang”, Kata Kael dengan wajah melemas
    “Tutup mulut konyolmu itu Kael!”, Tangan Margaretha menyumpal mulut Kael dengan Jellopy
    “Umhh, Hei!”, Kael sedikit berontak.
    “Wah. . ., Terlambat lagi ya?” Seyren berucap dengan wajah yang lugu
    “Tak berdosa sama sekali. . . .”Kael menggerutu
    “Sudah, ayo kita masuk, acara akan dimulai!” Ujar Margaretha sambil menarik dua sahabat kecilnya.

    Malam itu, suasana sangat riuh di aula tengah Istana Rune Midgard. Nampak pimpinan berbagai akademi serta ratusan siswa akademi yang berkumpul untuk hari penuh kebahagiaan tersebut.

    “Hey Kael! Lihat itu, itu Eremes kan?”, bisik Margaretha sambil menunjuk seorang Assassin yang wajahnya terbalut perban
    “Owh, Assassin yang tertimpa kecelakaan saat membuat racun itu yah”, Kael berkata disela makan kecilnya
    “Jangan tunjuk-tunjuk, nanti….” Kata-kata Seyren terputus.

    Assassin itu melirik ke arah mereka bertiga, Kael, Margaretha, dan Seyren. Ketiganya menampakkan wajah lugu dan bodoh, kemudian menghindar dari pandangannya.

    “Kan. . ., sudah jangan berisik lagi!”, Seyren nampak gugup
    “Iya. . . “ Ucap Margaretha dan Kael.

    Setelah semua siswa dan kepala akademi berkumpul, Raja Tristan III Memulai Pidatonya

    “Selamat Malam, Sahabat-sahabatku dari negeri utara. Kai, dan tentu saja nona manis Freya. Serta kepala akademi dan Siswa yang telah hadir. Malam ini kita berkumpul disini dalam acara kelulusan untuk para Ksatria Midgard. Ksatria-ksatria dari 12 Akademi yang tersebar di 3 Negara. Akademi Knight, Priest, dan Paladin di Prontera, Akademi Assassin dan Stalker di kota Morroc, Akademi Whitesmith dari Einbroch, Akademi Bioalchemist dari Al De Baran. Akademi Sniper dari Hugel, Akademi Musik Comodo, Akademi Pendeta di Tanah Timur, Akademi Sihir Geffen, Serta Akademi Professor dari kota Juno. Saat ini, midgard tengah membutuhkan pikiran serta tenaga kalian. Kita harus bertahan dalam kondisi ini untuk terus mempertahankan Midgard yang indah ini. Dan Hari ini, Aku beserta tiga kepala negara, akan mengangkat kalian ke Professi yang ketiga”, Ucap Sir Tristan III dengan penuh bangga.

    “Pidato yang membosankan”, disambut uapan Kael
    “Diam Kau . . . .!”, Margaretha memukul Kael
    “Sssstttt, dengar ini adalah pembagian kelompok untuk penelitian dan misi”, Seyren menenangkan suasana.

    Seorang pria bertubuh tegap dan tinggi maju ke atas podium untuk mengumumkan nama-nama siswa yang tergaung dalam tim Misi Midgard.

    “Team Pertama: Paladin Jonathan Light, Lord Knight Seyren Windsror, High Priest Margaretha Sorin, Biochemist Luna d` Nina, Assassin Cross Eremes Guile, dan Professor Robert Kael”. Pria itu kemudian melanjutkan pengumuman nama tim ke-2 hingga ke-10.
    “Itu adalah sepuluh tim utama dalam Misi pertahanan Midgard, dimohon untuk segera berkumpul serta mengambil tugas kalian di depan”. Ucap Pria itu.
    “Wah kita satu tim”, Margaretha tambah bahagia.
    “Kau nampak bahagia karena bisa setim dengan Jonathan kan?”, Sindir Seyren
    “Diam kau!”, Margaretha melepas pukulan keduanya untuk Seyren.
    “Wah, tapi kita satu tim pula dengan Eremes”, wajah Kael sedikit melemas
    “Uh, Tak usah dipikirkan! Ayo cepat maju!”, desak Margaretha
    Ketiga Teman ini pun maju dan segera berkumpul dengan Eremes, Jo, dan Nia. Wajah mereka bertiga nampak sedikit malu dan takut karena baru pertama kali bertemu dan karena takut terhadap Eremes.
    “Hai, aku Nia” Ucap Nia sambil mengulurkan tangan ke Kael
    “A, Aku, K, Ka, Kael” Kael nampak gugup bila bertemu dengan wanita, mengalahkan sikap Konyolnya yang sering kambuh, meskipun dia seorang Professor
    “Kok, Gugup sih? Tenang aja” Nia melempar senyum pada Kael, Sontak, Kael pun jatuh tersungkur di panggung
    “Dasar anak bodoh”, Gerutu Margaretha
    “Perkenalkan, Aku Jonathan, kalian bisa panggil aku Jo”, Ucap Jonathan dalam nada tegas yang singkat.
    “Waaaaah, . . .”, Margaretha nampaknya sedang jatuh cinta pada Jo
    “H, hai Er, Eremes, Ak, Aku. . .” Belum sempat Seyren menyelesaikan kata-katanya, Eremes telah mndahuluinya.
    “Lord Knight Seyren, lulusan muda Akademi Knight Prontera, jangan berbuat ceroboh dalam tim ini”, ucap Eremes dengan nada pelan.
    “Huh. .. “, Seyren nampak lemas.

    Pria bertubuh tegap itu pun kembali naik ke atas podium setelah memberi selamat kepada para siswa yang telah dibagi menjadi kelompok-kelompok tersebut.

    “Akhirnya, pada hari ini, Kita semua akan menaruh harapan besar umat manusia di Midgard, untuk mempertahankan dunia kita”, Pria itu nampak menangis.
    “Sudahlah Kai, jangan terlalu terharu”, ucap Raja Tristan III

    Setelah pembagian kelompok seluruh siswa kembali ke tempat yang teah disesuaikan dengan kelompoknya masing-masing, Kai menjelaskan tugas dari kelompok-kelompok yang telah terbentuk.

    “Untuk seluruh kelompok, tugas kalian adalah memantau seluruh Midgard serta membantu pertahanan dari serangan para monster di setiap kota di tiga negara. Selain itu kalian juga harus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi, keadaan, serta kelemahan para monster. Setelah ini kalian bebas menggunakan fasilitas apapun yang ada dengan tetap memanfaatkan fasilitas yang ada sebagaimana mestinya, Dimengrti?”, Anggukan kepala para Ksatria Midgard nampaknya cukup membuat Kai puas atas apa yang telah disampaikannya.

    Tepat tengah malam, acara yang di helat di Istana kebanggaan rakyat Prontera itupun usai. Seluruh kelompok pun segera mencari tempat menginap serta beradaptasi dengan lingkungan yang baru, tak terkecuali kelompok pertama, yang notabene merupakan barisan Ksatria terhebat di Midgard, walaupun sedikit konyol.

    “Dimana kita akan menginap malam ini?”, Nia bertanya kepada Margaretha
    “Umm, penginapan di ujung jalan Utara Prontera nampaknya nyaman untuk kita semua”, Margaretha menjawab dengan senyuman
    “Baiklah, kita menuju kesana”, Kael Berjalan dengan santainya menuju ke penginapan di bagian utara ibukota Rune Midgard itu.

    Jo, Eremes, dan Seyren langsung menuju kamar dan segera melepas penat serta lelah mereka. Margaretha dan Nia yang masih memiliki sedikit energi nampak sedang bermain-main dengan peralatan yang dimiliki Nia. Dan Kael, sudah dapat ditebak, dia berada di Kafe yang berada di lantai bawah penginapan. Ditengah-tengah makan malamnya yang tenang itu, ia terusik oleh dua percakapan Pria yang nampaknya juga Ksatria Midgard, namun lebih tua.

    “Kau tahu tentang kuil Odin?”, Tanya seorang Whitesmith kepada temannya
    “Aku tak begitu mengetahuinya, setelah kehancurannya, kuil itu tak nampak lagi. Orang-orang bilang, Kuil itu tersembunyi di tengah kabut misterius di Timur desa Hugel.” , Jawab Temannya
    “Katanya disana adalah rumah dari para hantu, benar?” Tanyanya lagi
    “Entahlah, yang jelas, ribuan manusia ada disana saat Kuil itu tiba-tiba hancur di tengah tengah Badai deras di Utara Midgard”, jawab Temannya

    Kael hanya bisa tertunduk diam dan menyelesaikan makan malamnya sambil merenung, apa gerangan yang membuat Kuil Agung dewa Odin terkesan menakutkan serta aneh di mata penduduk Midgard. Padahal itu adalah kuil yang dibangun untuk menyelamatkan manusia Midgard dari serangan para Monster.

    Kael menuju ke kamarnya yang bersebelahan dengan teman-temannya. Dan iapun segera terlelap dalam tidurnya yang membuat energinya pulih kembali.

    Disaat malam yang tenang, dimana semua orang tengah tertidur lelap, disaat semua orang menikmati istirahat dari kegiatannya, Terjadi hal aneh di kota Prontera. Entah semua mengetahuinya atau hanya Kael yang sedang bermimpi buruk. Suara nyanyian pendeta wanita Odin terdengar, namun diakhiri dengan teriakan mengerikan. Kael terjaga dengan penuh ketakutan. Namun itu hanya mimpi, ia menganggap itu hanya mimpi. Namun matanya kembali terbelalak mengetahui apa yang di lihatnya.

    Tulisan pesan yang ditulis dengan darah yang nampak masih baru tertulis misterius di Dinding kamarnya

    “Selamatkan jiwa kami, Malaikat agung bertangan api, Air merah mengalir dari gelasnya, Besi api yang panjang, membelah langit dan tanah, menghunus Malaikat Putih di Mulut Dewa”

    Kael nampak ketakutan dengan pesan itu, apa maksud pesan itu? Siapa malaikat bertangan api? Dan siapa pula Malaikat Putih? Mengapa pesan ini ditujukan kepadanya?

    Rasa gelisah dan ketakutan menyertai Kael sepanjang malam yang dingin itu. Malam dimana pesan darah dari dewa turun. Ia terus terjaga . . . . , tak tahu harus melakukan apa. Tak dapat berkata apapun. Bulan pun nampak tak mampu memberi jawaban apa maksud pesan itu.

    • Kabut Utara •​

    Kael masih sulit untuk tertidur. Pikirannya masih terlambung jauh untuk mendalami tulisan mengerikan itu. Matanya terus terbelalak hingga pagi menjelang.

    Disaat yang lain sudah terbangun, Kael masih sulit untuk memejamkan kedua matanya. Hingga saat sarapan tiba, dirinya nampaklemas.

    “Hei Kael, ada apa dengan dirimu?”, Tanya Margaretha sambil menunjuk-nunjuk
    “A…., aw, hoaaaaah”, hanya uapan dan kata-kata yang tak jelas yang keluar dari mulut Kael.
    “Dasar bocah aneh, itu tuh akibat makan semalem suntuk”, Celetuk Margaretha
    Suasana itu disambut dengan tawa hangat dari seluruh anggota kelompok 1, di sela-sela makan pagi yang ceria itu tiba-tiba Kael mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.
    “Hei, kalian tahu tentang kuil Odin?”, Ucap Kael dengan nada lemas
    “Kuil…. Odin?”, Ucap Jo dan Seyren serentak dengan wajah kaget.
    “Aku tahu,” , Nia menyahut lantas melanjutkan ceritanya . . .
    “Kuil itu merupakan bangunan yang didirikan oleh Odin untuk menyelamatkan manusia di Migard dari serangan para jortmund dan devil, Namun, beratus tahun yang lalu, kuil itu tiba-tiba lenyap tanpa jejak setelah sayap hitam yang besar muncul dan menuju ke arah kuil”,
    “Sayap Hitam!”, Sontak Kael kaget dan berdiri, “Teruskan ceritamu Nia!”
    “Eh, iya, Kemudian para manusia yang terlanjur berada di kuil tersebut tiba-tiba menghilang setelah terdengar suara jeritan yang panjang. Dan setelah itu, langit Midgard tiba-tiba menjadi merah darah. Setiap malam awal musim dingin, orang-orang yang merupakan keturunan dari manusia di kuil tersebut akan mendengarkan suara tangisan dan rintihan kesakitan mereka”, Papar Nia.

    Kael mendadak diam dengan mata terbuka lebar, badannya sedikit menggigil dan menunjukkan tanda-tanda Ketakutan yang luar biasa.

    “Memangnya ada apa Kael?”, Tanya Nia
    “Semalam, aku terjaga oleh suara tangisan yang memilukan, setelah itu juga ada suara rintihan. Aku kira itu hanyalah suara anak-anak di luar jendela, namun saat aku membalikkan badanku, terdapat tulisan darah yang sekejap kemudian menghilang. Sayap Hitam, Tangisan, semuanya ada dalam tulisan itu. Aku tak mengerti maksudnya”, Ucap Kael dengan wajah ketakutan.
    “TIDAK MUNGKIN!” Suara Jo Tiba-tiba membentak
    “Seluruh keturunan dari kuil Odin telah dihabisi pada saat malam kehancuran kuil Odin, Mana mungkin kau….?”, Jo tidak dapat meneruskan kata-katanya ketika Kael Memotong pembicaraannya
    “AKU SENDIRI TIDAK TAHU!!”, Kael Nampak agak emosional

    Kelakuan kedua remaja tersebut memancing perhatian seisi penginapan pagi itu. Semua orang melirik pada mereka. Namun satu persatu mulai mengalingkannya, Tak menganggap.

    “Sudah-sudah, jangan ribut disini!”, Margaretha berusaha menenagkan.
    “Lalu bagaimana dengan firasatmu Kael?”, Eremes bertanya dengan suara pelan.
    “Aku gundah . . . . . .”, Kael menunjukkan wajah murungnya yang jarang nampak
    “Tenanglah Kael, kami akan membantumu . . . .”, Kata-kata Seyren berusaha membuat Kael tenang, “Aku dan yang lain akan membantu”, Sambungnya.
    “Baiklah, kita bicarakan hal ini nanti”, Margaretha menghentikan pembicaraan ‘panas’ di pagi yang dingin di hari ke-dua musim dingin.

    Detak jam sudah menunjukkan setengah hari berputar. Matahari yang terik seakan tak mampu membantu memberikan kehangatan di tengah udara yang terlewat dingin hari ini. Kael, Margaretha, Seyren, Jo, Nia, dan Eremes berjalan menuju ruang Penugasan di sisi kanan Istana Midgard.

    “Tuan Harword, Selamat siang”
    “Selamat siang tuan-tuan dan nona-nona, ada akeperluan apa sehingga membuat kalian menuju ruang penugasan?” ucap lelaki paruh baya itu.
    “Kami ingin melakukan perjalanan ke Schwatzvald, tepatnya menuju Hugel”, Kael memperjelas keadaan.

    Harword Alt-Eissen, hanya terdiam saat nama kota ‘Hugel’ disebutkan.

    “Apa yang membuat kalian berniat mengunjungi kota tepian itu?”, Tanya Harword
    “Kami hanya ingin sekedar pergi ke Schwatzvald dan memantau kondisi, bukankah tim kami bertanggung jawab atas wilayah Arunafeltz dan Schwatzvald?” Jo menjawab dengan tegas dan tenang.
    “Baiklah, kalian akan aku izinkan, dan surat kepergian kalian akan segera ku kirim ke penjaga perbatasan Di El-Mes, Kalian bisa menggunakan jasa Aero-Kafra melalui Izlude dan turun di Juno”, Harword lekas memberikan gulungan kertas untuk mengirim enam remaja tersebut ke kontinental utara.

    Malam di hari yang sama, Kael dan kawan-kawan segera menuju ke Izlude untuk mengikuti penerbangan terakhir hari itu. Suara gemuruh alat terbang bermodel balon zeplin menandai kepergian mereka menuju Schwatzvald. 2-3 Hari bukanlah hari yang singkat untuk mencapai ibukota Negeri Seribu Misteri itu. Di tengah perjalanan yang membosankan itu, Kael kembali terkejut. Namun kali ini bukan hanya dia, namun seluruh teman-temannya merasakan hal yang sama. Langit tiba-tiba meredup dan menjadi gelap gulita. Cahaya merah dari utara nampak samar di tengah kabut malam itu.

    “Apa yang terjadi………?!”

    •Semua Terlihat Terang Di Juno•
    SATU

    Kabut di wilayah Schwatzvald memang terkenal tebal di saat musim dingin tiba. Bahkan orang yang berada di depan hanya nampak sebagai siluet yang siap membuat terkejut. Namun sungguh berbeda pada malam itu. Kabut memang nampak seperti biasanya. Namun cahaya merah nampak bersinar dari arah timur laut menelisik melewati kabut yang tebal itu. Ini aneh, sangat aneh.

    “Kael, apa yang terjadi?”, Nia mengguncang tubuh Kael yang sedari tadi terdiam di antara balkon pesawat
    “Aku juga tidak tahu, Margaretha, bagaimana menurutmu?”, Kael nampak resah
    “Sebaiknya kita tanyakan kepada Profesor Hyre di Juno nanti”, jawab Margaretha
    “Jangan berandai! Profesor Hyre tidak mungkin mau menemui kita!”, Jo kini juga nampak mulai gelisah.

    Cahaya itu muncul cukup lama dan membuat semua penumpang serta ke-enam remaja tersebut tetap menengadahkan kepalanya ke arah utara.

    “Cahayanya meredup, apa arti semua ini?”, Seyren berfikir keras.
    “Entahlah, sebaiknya kita harus segera sampai di Juno”, Kael menimpali Seyren

    Perjalanan berselimut kabut itu pun berlanjut hingga matahari muncul yang terhalang-halangi pegunungan dataran tinggi El-Mes. Walau matahari sudah muncul, nampaknya kabut-kabut itu enggan pergi. Seolah ada hal yang ingin mereka sembunyikan.

    “Mengapa masih berkabut…….”, Kael mulai bertingkah konyol di atas dek, sendirian, di pagi itu. Ia hanya melamun memandang jauh berusaha menembus lapisan kabut dan berusaha melihat keadaan. Namun tiba-tiba, lamunannya terhenyak oleh hadirnya seorang pria bertubuh tinggi namun kurus.
    “Robert Kael, Murid terpandai dari Akademi Professor Juno”, Suara itu kemudian menghentikan lamunan Kael.
    “PROFESSOR KIEL HYRE!!”, Kael kaget dan melompat.
    “Tak perlu kaget begitu Kael”, Ucap Pria bernama Hyre dengan wajah dingin
    “Sedang apa anda tiba-tiba ada dalam kapal udara ini?”, Tanya Kael
    “Hmm, sebelumnya, mari duduk dulu”, Professor Hyre lantas mengajak Kael ke Kafetaria di lantai bawah.
    “Aku disini dalam perjalanan untuk memenuhi undangan sahabat lamaku, Tristan, aku kesana dalam rangka untuk pembentukan akademi baru di El Mes”, kata Hyre
    “Owh, Professor, aku ingin tanya sesuatu . . . . .”, Kael tiba-tiba berubah menjadi serius
    “Kau ingin bertanya apa anak muda?”
    “Aku ingin tahu tentang Kuil Odin, dan penyebab datangnya Cahaya merah yang muncul secara misterius tadi malam!”, Kael mendadak berwajah ingin tahu

    Pertanyaan Kael membuat Professor Hyre terdiam, wajah dinginnya tampak berfikir dilihat dari kernyitan dahinya.

    “Begini nak, Kuil Odin adalah kuil suci yang berada di Timur kota Hugel, dan itu telah hancur, tepatnya saat malaikat bersayap hitam turun dari langit dan menghancurkannya”, Cerita Professor Hyre
    “Kuil itu dulunya dibangun untuk membantu para manusia berlindung dari serangan Jortmund dan Evil”
    “Namun, Tiba-tiba, cahaya merah terlihat di langit dan kemudian jatuhlah seorang malaikat bersayap hitam ke kuil tersebut, dan memporakporandakan seluruh isinya. Bahkan dampaknya telah mencapai Hugel dan El-Mes”
    “Lalu cahaya merah itu?”, Kael kembali bertanya
    “Dikatakan dalam Tulisan di kuil, bahwa cahaya itu merupakan cahaya dari tongkat kematian Beelzebub, raja iblis.”
    “. . . “, Kael terdiam
    “Hanya itu nak yang aku ketahui, kau bisa mengunjungi menara pemantau yang terletak di Batu Vargard, di timur Akademi, kau tahu kan? Baiklah, berkemaslah dan segera bangunkan teman-temanmu, kita akan segera sampai!”, Professor Hyre lantas meninggalkan Kael di Kafetaria dan menuju dek atas untuk segera berkemas.

    Segera Kael membangunkan semua temannya, dan berkemas untuk segera memijakkan kaki di Kota Langit . . . . .

    DUA

    [SELAMAT DATANG DI JUNO, BAGIAN DARI VALHALLA]

    “Hei Kael, kembali bersekolah?”, Nia mulai bergurau
    “Hahaha, Kael kan belum lulus . . “, Margaretha mulai menyindir
    “Diamlah, Ayo segera menuju penginapan!”, Sahut Kael dengan muka masam
    “Wew, santai sajalah Kael”, Seyren berusaha menenangkan

    Mereka lekas bergegas menuju Penginapan di persimpangan pertama setelah pintu tengah alun-alun kota.

    “Selamat siang, Jack! Lama tak berjumpa!”, ucap Kael
    “Wah, lihat, teman kecilku sudah menjadi orang yang hebat sekarang! Haha”, Sahut gelak tawa Jack
    “Teman-teman, perkenalkan, ini Jack Schwazolvskee, pemilik penginapan yang aku tempati selama aku di Juno, Jack Perkenalkan rekan se kelompok ku”
    “Aku Luna d`Nia”
    “Aku Margareetha Sorin”
    “Aku Seyrend Windsror”
    “Aku Jonathan Light”
    “Dan….?”, Jack mengernyitkan dahinya
    “Dia Eremes Guille. Dia agak pendiam”, Ucap Kael
    “Hoho, baiklah teman-teman, naiklah ke atas, kamar kalian ada di Lantai atas!”
    “Baiklah Jack!”
    “Selamat Beristirahat!”

    Tanpa Basa-Basi merekapun langsung menuju kamar masing-masing, Kael dan Seyren, Eremes dan Jo, serta Nia dan Margaretha. Mereka segera menata barang bawaan mereka.

    Di Lain Sisi, kementrian Pasukan Midgard memanggil Harword Alt-Eissen yang memberi izin kepada keenam remaja tersebut untuk menuju Hugel dan melakukan penelitian di Utara.

    “APA MAKSUDMU MENGIRIM MEREKA KE UTARA?!”, Kepala kementrian nampak amat sangat marah.
    “Mereka hanya ingin mencari fakta tentang runtuhnya kuil Odin, dan bukankah mereka bertanggung jawab di Wilayah Schwatzvald?”, Harword menanggapinya dengan ringan.
    “Seharusnya itu harus mendapat izin terlebih dahulu dari Kementrian Pasukan, Bukankah begitu, Harword?”
    “Mereka bertugas di Schwatzvald, maka yang berhak memberi izin adalah kementrian Schwatzvald!”
    “Itu bukan hak Schwatzvald! Merekaa adalah Penduduk Rune Midgard! Seharusnya izin itu turun dari Kementrian Midgard!”
    “Apakah ini masih menjelaskan perselisihan antar 3 Negara?”

    Kata-kata Harword membuat Kepala Kementrian serta anggota Kehormatan Kerajaan Rune Midgards tercengang. Harword langsung melenggang dari tempat itu dan segera kembali ke tempatnya di Istana, di Ruang Sentral Misi.

    ***

    Sementara itu, Kael dan yang lainnya beristirahat dengan tenang di Penginapan. Mereka lelah dengan perjalanan panjang menuju Juno. Malam haripun mereka tak keluar dari penginapan, hanya sekedar makan malam . . . .

    Keesokan harinya, mereka langsung bergegas ke Menara Penelitian di Vadgard’s Rock, di Timur akademi professor. Menara tersebut memang tinggi adanya. Sehingga, Alberta dan Payon yang ada di Bagian selatan serta Rachel di Sebelah barat pun bisa nampak jelas dari puncaknya.

    “Ayo kita naik ke sana, kita akan menemukan jawabannya di atas sana”, ucap Kael
    “Baiklah, mari kita lihat, apa yang ada di atas sana”, Jo menyahut

    Lekas mereka naik ke menara penelitian. Setelah menunjukan izin yang dipunya – Yang Otomatis mengandalkan Kael, Karena setiap siswa di akademi Professor akan mendapatkan izin masuk menara penelitian secara gratis – mereka lantas naik menggunakan tangga memutar di sisi lain menara.

    Sesampai di Puncak mereka pun segera menuju sisi timur menara menuju ke arah jendela besar yang di atasnya bertuliskan “ODIN SHRINE”.

    “Kalian tunggu di sini, aku yang akan menuju Jendela timur”, Kael menginstruksikan kepada teman-temannya. “Kepala Penelitian tidak mengizinkan orang selain professor untuk masuk ke menara timur”

    Teman-temannya pun hanya diam, mereka menunggu di aula tengah menara yang cukup nyaman untuk ditempati

    Kael segera bergegas menuju Jendela timur dan naik menuju Teleskop raksasa yang di hadapkan ke arah Kuil Odin. Betapa terkejutnya dia ketika melihat kuil yang hancur itu ditempati banyak bayangan hitam yang nampak seperti. . . ‘Malaikat’? Namun berbentuk bayangan . ..

    “Apa maksudnya semua itu?” Kael bergumam di dalam hati

    Gumamannya terusik ketika Kepala menara Penelitian memanggilnya dengan suara keras.

    “ROBERT KAEL!”, Teriak orang itu
    “Gawat . . . . ,”Kael mulai gugup, Kael menoleh ke belakang dan . . .
    “Lama Tak Berjumpa . . .”, Ucap Pria itu
    “Professor Henrique?”, Kael kaget seraya tersenyum
    “Hehe, sekarang akulah kepala penelitian di menara ini Kael!” Ucapnya dengan senyuman
    “Lalu Professor Theeron?”
    “Dia mengambil masa pensiunnya untuk berlibur ke Comodo, apa yang kau lakukan nak?”
    “Aku hanya . . . . “,
    Belum sempat Kael meneruskan kata-katanya tiba-tiba suara getaran terdengar keras sekali.
    “Ada apa ini Professor?”
    “Randgris .. . .”

    Sekejap, Juno menjadi gelap dan nampak sayap hitam menuju ke arah Kuil Odin. Kael nampak terkejut dengan semua hal ini. Begitu juga teman-temannya yang langsung menghampirinya di Jendela Timur.

    “Kita harus segera mengetahuinya!”, ucap Seyren dengan penuh semangat.
    “Tak secepat itu nak, Lihat!”, Professor Henrique menunjukan ke arah luar jendela
    “Ini . . . . “

    Tiba-tiba saja suasana di sekitar kota Juno berubah menjadi gelap dan ‘Cahaya Merah’ itu kembali muncul dari arah Kuil.

    “Kita harus segera menuju Hugel!”, Ucap Kael

    Ucapan Kael hanya bisa membuat Professor Henrique dan teman-temannya terdiam. Apa boleh buat, kita sudah di Schwatzvald, di Juno, dan kita hanya beberapa Jam saja dari Hugel.

    “Kita akan segera mengangkat misteri ini”, Kael bersemangat

    Tangan Hitam Randgris​
    Sesaat setelah langit menjadi gelap, Professor Henrique memerintahkan seluruh orang yang ada di menara untuk segera turun dan berkumpul di Aula Akademi untuk mengamankan diri serta memastikan apa yang terjadi.

    Kael, Jo, Seyren, Eremes, Margaretha, dan Nia, Segera menuju ke Aula yang terletak tak jauh dari menara pelatihan. Mereka bergegas sambil berusaha tetap melihat ke langit yang menghitam secara tiba-tiba.

    Sesampainya di Aula Akademi, Professor Henrique segera naik ke podium dan menyampaikan pesan berharga, ya sangat berharga.

    “Hari ini, adalah untuk kedua kalinya Randgris melintas dan menghitamkan langit Schwatzvald, hal ini sungguh aneh, karena sejak ratusan tahun lalu, baru sekarang Randgris muncul kembali.”, Ujar Professor Henrique
    “Randgris? Siapa dia?”, Seyren bertanya-tanya.
    “Sebaiknya kita tanyakan professor”, Kata Nia sambil menggandeng Margaretha

    Namun tiba-tiba langkah mereka terhenti di hadapan seorang Pria. Kael yang kaget menoleh ke belakang dan tambah terkejut.
    “Professor Kiel!”
    “Hahaha, rupanya kalian telah lebih dulu mencapai ke Akademi. Aku mendengar Randgris kembali mengusik kedamaian Schwatzvald”
    “Siapa sih Randgris? Nampaknya dia bukan manusia biasa . . .”, Gumam Kael
    “Kael, ajak teman-temanmu ke Sektor Barat, aku dan Henrique ingin memberi tahu kalian satu hal”
    “Eh? Baiklah . . . . “,

    Kael dan kawan-kawan lekas memisahkan diri dari lautan penduduk Juno dan siswa Akademi menuju ke Sektor Barat, tempat terlarang di Akademi Professor. Dimana terdapat sebuah ruangan yang dilindungi dengan sangat amat ketat. Dengan mengejutkan, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan Professor Kiel. Di dalam ruangan yang diterangi sinar hijau itu telah duduk professor Henrique dan 5 Petinggi negara Schwatzvald, termasuk di sana ada Kai, selaku Presiden Schwatzvald.

    “Selamat datang di Ruang Pentasbihan, Pejuang Muda!”, Kata Professor menyambut datangnya
    “Ruang pentasbihan?”, Margaretha bergumam menunjukan kebingungannya
    “Di Ruangan ini setiap pejuang muda akan diberikan perintah serta tugas untuk melangsungkan perdamaian di Dunia Midgard. Namun sebelumnya, Kai ingin berbicara dengan kalian”, Kata Professor Henrique
    “Selamat Siang, Pejuang, aku disini hanya untuk memastikan keamanan kalian dalam tugas ini. Aku mendapat laporan bahwa kalian menuju Schwatzvald tanpa seizin dari Kementrian Pasukan, namun terdapat Surat untuk melakukan penelitian dari Divisi Penugasan. Aku hanya tak ingin ada perselisihan antara Rune Midgard dengan Schwatzvald. Jadi, jelaskan padaku maksud kalian datang ke Schwatzvald!” Kai nampak bijaksana saat berucap.
    “Kuil Odin”, Jawab Kael dengan nada lantang dan tegas

    Jawabannya membuat semua orang di dalam ruangan terdiam dan mulai menunjukkan wajah resahnya.

    “Apa yang membuatmu ingin menuju ke Kuil Odin nak?”, Tanya Sharder, Kepala Kementrian Pasukan Schwatzvald.
    “I . . . ini..”, Margaretha tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
    “Biar aku jelaskan, Professor Henriques, Professor Kiel, Kai dan yang lainnya. Ini berwal di malam hari Agung Odin, dimana saat malam hari tiba-tiba ada pesan misterius yang masuk ke kamar dan membuatku tercengang. Pesan itu ditulis dengan darah dengan kata-kata yang menyayat hati. Aku lupa kata-kata itu, intinya adalah Si Pengirim Pesan itu menjelaskan seorang Malaikat telah jatuh dan merubah dirinya menjadi Iblis dan menghancurkan segalanya. Kemudian di belakang pesan tersebut, ada kata ‘Tolong’.”, Kata Kael.

    Ucapannya kembali membuat semua orang terdiam, Kai, Professor Henrique dan Kiel, serta yang lainnya hanya bisa saling memandang. Kemudian Professor Kiel berbicara tentang ‘fakta’nya

    “Nak, itu adalah pesan suci kepada utusan Valhalla . . . , itu adalah pesan yang diturunkan oleh Fallen Valkyrie. Dikatakan dalam batu ramalan Kuil Odin, bahwa Fallen Valkyrie akan memilih orang yang dirasa mampu untuk menguak misteri Kuil itu” kata Professor Kiel
    “Jelaskan pada kami, siapa Fallen Valkyrie, dan Siapa Randgris?”, Nia menyela
    “Baiklah, Fallen Valkyrie adalah Malaikat perang Odin yang bertugas menjaga Kuil tersebut, namun, Beelzebub secara diam-diam memancarkan cahaya Kematian dari tongkatnya, sehingga Valkyrie menjadi terluka dan jatuh ke Midgard. Di saat terluka, Valkyrie berjanji akan membalas kepada Beelzebub. Dan Randgris, aku sendiri juga belum mengerti siapa itu Randgris, dia hanya menuliskan namanya di alun-alun kota Juno setahun yang lalu. Nampaknya, itu malaikat hitam dalam ceritamu Kael!”, Lanjut professor Kiel.

    Pernyataan ini membuat Kael terhuyung lemah mengingat pesan yang dilihatnya di penginapan Prontera.

    “Yah, Mungkin inilah jalanku, aku harus menghadapinya . . .”, Kael Melemas
    “Bukan hanyakau Kael!”
    Kael menoleh ke belakang menyambut uluran tangan Nia disambut senyum Jo dan yang lainnya
    “Ini tugas kita bersama”, Nia menegaskan
    Dengan senyuman kecil di wajah Kael, itu menandakan ia setuju dan yakin, kita bersama, kita adalah keluarga, kita bisa melakukannya.
    “Baiklah anak-anak, akan kuberikan kalian sesuatu yang nampaknya sudah sekarang harus dikeluarkan oleh Juno”,
    “Maksudmu, Professor Kiel?”, Seyren nampak bingung.
    “Yah, kalian berenam, memiliki tipikal berbeda, dan nampaknya sangat pantas untuk memegang benda-benda ini”

    Langkah cepat Kiel dan Henrique mengantar tangan-tangan muda ini ke sebuah koridor dengan ukiran khas schwatzvald yang menghias tiang penyangga dan dinding koridor yang terbuat dari batu Schalitz – Konon merupakan batu pecahan dari Valhalla yang sangat indah dan langka - membawa kami menuju pintu ganda yang besar dengan pahatan lambang keagungan Schwatzvald. Dengan memutar beberapa palka dan menarik tuas, satu persatu kait dari baja membuka secara perlahan ruangan yang nampaknya telah lama terisolir namun terrawat ini menunjukkan rahasia besar.

    “Astaga, jangan katakan ini mimpi!”, Kael terkejut
    “Ini bukan mimpi nak, ini saatnya Senjata suci dikeluarkan, Untuk melindungi kalian dari segala ancaman anak buah Beelzebub”
    “Sen . . . , Senjata Suci Valhalla, adalah senjata yang dibuat para dewa!”
    “Dan ditujukan untuk ksatria Valhalla di Midgard. Kalian, kalian yang nampaknya terpilih, dekati, mereka yang akan memilih kalian”
    Sesegera, keenam ksatria muda dari Midgard ini maju ke altar. Dan menakjubkan. Bias sinar seolah datang dari Valhalla menuntun senjata-senjata tersebut ke tangan-tangan mereka.
    “Menakjubkan!”
    “Kalian benar-bear yang telah dipilih Valhalla, jangan kecewakan Para Dewa!”
    “Baiklah, dengan ini, kita akan mengungkap kehancuran Kuil Odin serta identitas Randgris!”
    ”Baiklah anak-anak, kalian akan segera menempuh jalan menuju Kuil itu, satu-satunya jalan adalah melalui jalan setapak mnuju ke arah timur laut, ikutilah jalan itu, dan kalian akan mencapai Hugel. Hanya dari desa damai itulah kalian bisa menuju ke Kuil Odin.”
    “Baiklah professor Henrique, Professor Kiel, Kami akan segeramenuju kuil tersebut.”
    “Owh, satu lagi, menghindarlah dari pos pemerintahan, nampaknya kementrian Midgard akan mencoba menghentikan tindakan tanpa izin ini!”, Ucap Kai tiba-tiba
    “Kai?”, Kael tercengang
    “Tenanglah, kalian akan berada di bawah lindungan Schwatzvald, kami akan mengatakan kalian hanya mendapat jamuan dari Istana Schwatzvalt.”
    “Terima kasih”,

    Dengan langkah berat, Kael dan teman-temannya berusaha meninggalkan kota yang fantastis itu, menuruni ‘Jembatan Surga’ menuju ke Dataran El Mes, dataran merah yang tak menyenangkan dengan gerombolan Kambing dan Harpy yang selalu berlalu lalang di sekitar El Mes – Mengapa Professor Kiel betah untuk mendirikan akademi di tempat ini? – seolah menjadi teman perjalanan.

    Jalan itu menanjak, turun, berbatu, panas, dan merah bagai api yang menyala. Itu, hanya sebagian kecil dibanding dengan wilayah Veins yang panasnya bisa mematangkan telur tanpa api. Hanya tawa yang dapat menjadi angin segar di tengah perjalanan menuju Hugel itu.

    •Nightmare•​

    "GRAND CROSS!!!!"
    "Margaretha!", Suara Kael meredup.
    "BASILICA!"
    "SEKARANG KAEL!"
    "SIAP"
    Tangannya yang seigap mengambil dua buah Yellow-Gem serta sepotong Blue-Gem. Dengan ketenangan pikiran yang dimiliki setiap Scholar, Kael membuka buku dan mulai merapal mantra.
    "Land Enchanting! DELUGE!"

    Seketika tanah menjadi berair dan berhawa sejuk. Di bawah lindungan Basilica serta Grand Cross, Eremes, Nia, dan Seyren mulai bergerak cepat.

    "ACID, DEMONSTRASION!!"
    "SOUL DESTROYER!"
    "Bless Of Prontera, BASH!"

    Tiga serangan tersebut langsung memukul gerombolan Goat mundur ke tepi jurang El-Mes. Kelelahan nampak di wajah ke-enam ksatria muda itu. Mereka mulai mencari tempat berteduh di sekitar pepohonan di El-Mes.

    "Jangan lengah, bisa-bisa kita hancur kalau tidak waspada!", Jo mengingatkan.
    "Ya, kita harus waspada, gerombolan Goat sangat banyak disini, jadi harus bersiap untuk menghadapi mereka", Sahut Kael.
    Di tengah percakapan dibalut kelelahan itu, Margaretha berteriak kegirangan
    "Hei, lihat! Hugel!", dengan peringai ceria Margaretha menunjuk Desa damai di kaki El-Mes yang bisa dikatakan Neraka Utara.
    "Yah, nampaknya kita akan berjalan sebentar lagi untuk mencapainya", Ucap Nia

    Merka berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi guguran daun Maple yang selalu gugur setiap hari. Ditambah suara angin gunung yang menderu serta gesekan dedaunan menambah suasana perjalanan semakin mendebarkan.

    "Ah, Tidak!", Kael tiba-tiba berteriak.
    "Ada apa Ka . ." Belum sempat Nia menyelesaikan kata-katanya, matanya terpaku pada apa yang dilihat oleh Kael.
    "Ini tidak mungkin . .", Margaretha mundur beberapa langkah dari tempat itu
    "Ya. Ini Jurang Tak berdasar El-Mes, El-Mes Gorge",
    "Seyren, Kau tahu?"
    "Tenu saja, jurang tanpa dasar yang akan menyeretmu ke dasar neraka bersama para Jormugandr serta Beelzebub, belum ada yang pernah selamat setelah terjatuh ke sana", Seyren menjelaskan
    "Lalu, bagaimana kita akan lewat?"

    Sejauh mata memandang tak terlihat sebatang kayu-pun melintang ke seberang. Hanya desiran angin yang seolah ingin mendorong mereka masuk ke jurang itu.

    "Tunggu", Kael memecah keheningan, "Bukankah masih ada jembatan buatan Schwatzvald? Aku dengar itu di bangun di sekitar area ini"
    "Yah itu ada di Passage 13, 10 menit dari sini", jawab Nia
    "Baiklah, kita akan mencari jembatan itu"

    Dengan gontai karena panasnya wilayah El-Mes (Pegunungan yang aneh), mereka semua terhuyung berjalan ke Passage 13.

    "Ahh, benar-benar aneh, nampaknya sebentar tapi jauh amat", gerutu Kael
    "Diam bodoh!", Pukulan tangan Margaretha mengakhiri gerutu Kael
    "Nah, sampai"

    Setelah sampai, mereka bergegas melintasi jembatan itu. Jalan setapak dilewati, melalui Danau yang ditinggali Novus (Lucu tapi mngerikan) dan Twister. Sesampainya di Dataran rendah Hugel mereka beristirahat sejenak.

    "Masih jauhkah Hugel dari sini?", Nia mulai mengeluh
    "Tidak menurutku, hanya sekitar 1 Hari lagi dari sini", Kael menimpali dengan entengnya
    Nia tersenyum melihat sikap Kael yang kekanak-kanakan.

    Semua bergegas mendirikan Tenda di daerah itu, berhubung hari sudah malam dan rasa lelah menyelimuti mereka selepas perjalanan melewati El-Mes. Kael yang tidak bisa tertidur hanya berjaga di luar, di bawah pohon mapple yang rindang.

    Kegelisahan terus menggelayuti jiwa Kael. Tentang Randgris. Tak bisa dihindari bahwa hanya dirinya lah yang mendapat pesan aneh itu. Setiap hari selalu terbayang goresan-goresan darah di penginapan ketika ia berada di Prontera waktu itu. Yah, memang tidak bisa menghindar . . .

    Perlahan mata Kael nampak turun, kepalanya mengangguk tak beraturan. Namun ketika mata lelah itu baru saja akan menutup, matanya menangkap sesuatu. Sebuah kain berwarna merah berkibar di depannya

    "Bocah, kutunggu kematianmu, . ." Suara perempuan yang sakit dan menyayat hati Kael
    "Haha, ah hahahahahaa . . . . !, Sosok itu kemudian pergi terbang ke langit

    Kael tersentak dan berdiri, dia terkejut ada bekas luka di lengan kanannya, luka bertuliskan huruf R,

    "R?! Apa, apa yang terjadi? Mimpi? Ah tidak, itu terasa dekat dan nyata! A-A-Apa, Apa yang terjadi?"

    Margaretha terjaga dari tidurnya, karena mendengar suara keributan Kael.

    "Hei Kael!!, Jangan berisik! Apa yang . . . ?" Belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, ia terkejut melihat tangan Kael yang berlumuran darah dan Kael yang nampak berjuang di ambang kematian bersandar di pohon Mapple.

    "KAEL! TENANGLAH!!!, Margaretha panik dan membangunkan semuanya
    "SEYREN, JO, BAWA KAEL MASUK!" Perintahnya
    "Ka-KAEL!?" Seyren nampak juga terkejut dengan apa yang terjadi pada Kael.
    "NIA, CEPAT BUATLAH PENETRALISIR RACUN!"
    "Baik"
    "Ada apa dengan dirimu anak bodoh?", Tetesan air mata mengikuti kata-kata dalam Hati Margaretha.

    Kesigapan Margaretha dan yang lain membuat Kael tertolong. Racun dalam tubuhnya bisa dikeluarkan dan lukanya tisak separah ketika ia ditemukan. Ketika pagi datang, wajah Margaretha yang nampak khawatir membuat Nia ikut merasakan kesedihan.

    "Apa yang sebenarnya terjadi Margareth?
    "Entahlah Nia, ketika aku siuman, aku sudah melihatnya Penuh dengan darah, terutama di lengan kirinya. Sebetulnya aku sempat mendengar sebuah suara, tapi aku tak yakin akan suara itu, sebelum Kael berteriak dan sekarat seperti itu",
    "Suara? Apakah suara perempuan? Aku juga mendengar suara tawa dari seorang perempuan, dan aku pikir itu dirimu?"
    "Apa? Perempuan?"

    Belum sempat meredakan kekagetannya Kael mulai membuka matanya.

    "Di-dimana ini?"
    "anak bodoh, ini di tenda tau"
    "Sudah-sudah margareth, kasihan Kael. Kael bisakah kau ceritakan Kejadian semalam?"
    "Aku tidakbegitu yakin, yang aku ingat, ada Jubah merah dan suara perempuan aneh yang tertawa terbahak menantikan kematianku . . .
    "Kematianmu?"
    "Ya, dia berkata seperti itu . . Dan aku yakin pasti masih ada . . "
    Kael berusaha membuka perban di lengan kirinya
    "Jangan dibuka Ka . . . "

    Belum sempat Nia melanjutkan kata-katanya ia dan Margaretha dikejutkan oleh luka yang bertuliskan huruf R.

    "Apa maksudnya Kael?"
    "Entahlah . . ."

    Disaat yang tegang itu, Jo, Seyren, dan Eremes kembali dari perburuannya.

    "Kami pulang, lihat kami mendapat beberapa ikan dan beberapa Holden, dan, Ah Kael, kau sudah siuman?"
    "Yah, bgitulah Seyren"
    "Ah baguslah, mari kita sarapan pagi ini", Ajak Seyren
    "Dasar tukang makan", Sahut Kael
    "Kau yang tukang makan, ahaha, hah, Luka apa itu?"
    "Sudahlah, jangan dipikirkan, segeralah berkemas setelah makan, kita akan melanjutkan perjalanan"

    Mereka semua tertawa terbahak-bahak, menandakan luka semalam telah terobati dan mereka segera berjalan menuju Hugel dengan bayangan misteri luka di lengan Kael. Entah firasat apa yang terus menggelayuti Kael yang biasanya ceria kini terlihat benar-benar murung. Dan hanya beberapa langkah lagi mereka akan memasuki Hugel, Gerbang dari Kuil Agung Odin.

    1​



    Setelah perjalanan melelahkan dari Juno dan menyusuri El-Mes, Kael dan teman-temannya berhasil sampai di kawasan Hugel. Kota sunyi yang nyaman dan nampak indah dilihat karena berbalut suasana sejuk North-Midgard serta bangunan khas Schwatzvald.

    Hugel, Taman Dewa Odin. Ya, tentu saja. Pemandangan seindah ini, kawasan tenteram ini, layaklah jika disebut-sebut sebagai taman sang dewa.



    Tak nampak hiruk pikuk di kota ujung utara Midgard ini. Masyarakat lebih suka berdendang dengan musik khas Hugel di rumah-rumah mereka. Atau pergi ke Toko Pesta milik Grecham di tengah-tengah kota.



    "Kael perhatikan penyamaranmu", Gerutu Margaretha

    "Iya, aku mengerti", Sahut Kael.



    Selayang pandang, kota ini tak nampak seperti kota yang tenteram, yang masyarakatnya lebih suka menghabiskan waktu di rumah saja. Kota ini lebih nampak mencekam.



    "Ada apa sebetulnya..", Gumam Jo



    Tak lama mereka menyamar, sesosok tua renta di tengah alun-alun kota memanggil nama Kael. Nama yang enggan ia kenalkan kepada teman-temannya.



    "Robert Kael-Petersson", Ucap lelaki tua tersebut



    Sontak dengan amarahnya, Kael melepas Jubah coklat yang ia kenakan bersama teman-temannya dan menyerang lelaki tua itu.



    "SIAPA KAU, PAK TUA!!", Kael dengan amarah mencengkeram pak tua itu.



    Pak tua itu tenang, sambil berucap senada merendahkan.



    "Inikah kelakuan siswa Akademi Juno?"



    Kael terdiam, terhenyak. Teman-temannya pun terhenti dari usaha untuk menghentikan Kael membuat keributan.



    "Selamat datang di Hugel, Aku telah menerima pesan akan kedatangan kalian di kota ini",

    "Sial, kita ketahuan, kita terjebak tentara Schawatzvald. Kita di jebak!!", Kael nampak bingung.

    "Ha..ha..ha.., Bicara apa kau Peter, mana mungkin aku berkoalisi dengan Tentara seperti mereka?"

    "Terus apa maumu?", Kael semakin emosi

    "Tenanglah bodoh", ucap Eremes

    "..."

    "Aku menerima kabar dari Hyre, bahwa kalian akan menuju ke Kuil Odin"



    Terhanyak -Lagi?- mereka semua.



    "Kau kenal dengan Professor Hyre?", Tanya Kael

    "Dengan murid kesayanganku? Sungguh hina aku melupakannya?"



    Kael terdiam, tak berkutik, dan segera itu jatuh bersujud di depan lelaki tua itu.



    "Hey, ada apa denganmu Kael?", Tanya Nia

    "Maafkan aku, Professor Jachz Pierre Rose"



    Semua temannya terdiam. Jachz Pierre Rose? Siapa dia?



    "Dasar tak ada ubahnya kau sejak dulu"

    "Maaf professor..."

    "Berdirilah"



    Sembari berdiri, Kael melihat raut muka teman-temannya yang kebingungan.



    "Perkenalkan, Prof.Jachz Pierre Rose, Guru Besar Juno Sage Academy"

    "APA!", Semua temannya kaget.



    Setelah berbasa basi panjang lebar, mereka pun beristirahat sejenak di d`Schartzoon Hall, Aula pusat pemerintahan Hugel. Makan, minum, seperti layaknya pengembara yang kehabisan bekal mereka.

    Kael pun menghampiri Professor Jachz



    "Apa yang anda lakukan disini Professor?"

    "Tentu saja menyambutmu Bodoh!'



    Menyambut? Apa maksudnya? Apakah semua sudah terencana? Bualan kosong.



    "Aku datang kemari untuk benar-benar memastikan jalan yang akan kalian lalui, dan memberikan perbekalan terakhir sebelum menuju Kuil"

    "Perbekalan, terakhir?"

    "Ya, setelah kalian beristirahat, akan ku ajak ke tempat 'Itu'",



    Kael terdiam, Tempat 'Itu'? jangan-jangan yang dimaksud adalah Ruang Rahasia para Professor tingkat tinggi akademi. Kael pernah mendengarnya semasa sekolah. Tapi ia anggap itu hanya bualan.



    "Apakah yang Professor maksud tempat yang sering mereka katakan sewaktu di Akademi"

    "Yah, ada sesuatu yang akan aku tunjukkan dan kuberikan kepadamu dan teman-temanmu. Ah, beristirahatlah dulu, El-Mes telah membuatmu tambah bodoh"



    Kael berlalu, menikmati malam cerah di Hugel. Langit nampak bersahabat dengan dengungan suara Thief Bug dan suara pistol-pistol kecil Holden yang saling bersahutan. Menutup malam dengan kecemasan dan kelelahan.



    2​



    Tanpa ada gangguan seperti malam sebelumnya, Enam anak muda ini melewati malam dengan tenang. Eremes yang telah bangun nampak di belakang Schartzoon mengambil air di danau kecil, Nia dan Margaretha sedang menyiapkan makanan. Sementara Jo dan Seyren, sedang asik berlatih bertarung di d`Achruera.



    Tapi dimana Kael? Tidak ada di kamar, di ruang makan, bahkan tidak dimanapun. Hill der Hoffnug, tempat semasa kecil Kael terakhir kali diajak ayahnya. Bercerita tentang ibunya dan segala keceriaan saat dirinya menyapa dunia. Ceria? Benarkah?



    Sebuah Nisan, Wolfgang Petersson, ia usap dan merintik di depannya. Hill der Hoffnug, tempat orang tercintamu, terbaring dengan senyuman.



    Setelah semua kembali ke d`Schartzoon Hall, Professor Jachz mengajak mereka meninggalkan d`Schartzoon. Melewati alun-alun kota dan menuju ke sebuah bangunan yang tampak tua, di sebelah sebuah peternakan.



    "Kita mau dibawa kemana?"Tanya Nia kepada Kael

    "Ikutlah, ini kesempatan sekali seumur hidupmu masuk ke tempat ini"



    Setelah berjalan cukup lama, akhirnya sampai juga di depan sebuah pintu. Dengan tenang Professor Jachz menatap pintu itu. Terbukalah pintu kecil itu dan mereka asuk ke dalam sebuah ruangan yang besar. Cukup besar untuk menampung penduduk Hugel.



    "Selamat datang di Hall of Denker und Entdecker der Zeit", ucap professor

    "Ternyata benar Ada! Aula para pemikir dan penjelajah waktu Rune-Midgard!"



    Tersenyum, Professor Jachz menatap muridnya itu. Selayang teman-teman Kael pun berdecak kagum. Entah apa yang akan ditunjukkan oleh Jachz kepada pemuda-pemuda ini. Setelah Senjata Dewa di Rittersaal Kastil Juno, inilah tempat rahasia kedua milik Rune-Midgard, khususnya Schwatzvald yang dilihat oleh Kael. Sungguh megah, Hall of Denker und Entdecker der Zeit!

    •Dunia yang Berhubungan•​



    Hall of Denker und Entdecker der Zeit, tempat para pemikir dan penjelajah waktu Akademisi Juno. Tempat yang rahasia, jauh dari keramaian, hanya ketenangan. Hanya ketenangan.



    Jajaran bendera Schwatzvald -Bendera yang lusuh dan tampak aneh-, rak buku tua, tumpukan gulungan kertas, berserakan di penjuru ruangan. Namun tetap tidak bisa mengalahkan kemegahan lukisan Odin di langit-langit Aula tersebut.



    "Kita sudah sampai disini", Jachz memecah kesunyian, "Seharusnya kalian bangga telah mencapai tempat yang sebetulnya hanya dihuni oleh orang tertentu dari Akademi Juno"

    "Lalu, untuk apa kami disini?", Tanya Margaretha

    "Kemarilah"



    Mereka berjalan menuju sisi utama bangunan tersebut. Di sana tergantung sebuah lukisan besar, nampak seperti Peta. Peta Rune Midgard. Tergambar Schwatzvald, Rune Midgard Kingdom, dan Arunafeltz.

    Ada sebuah ukiran, bergambar matahari dengan sedikit ornamen khas Schwatzvald yang kaku. Berwarna turqoise dengan detil yang menawan.



    "Inilah yang ingin aku tunjukkan"



    Jachz menekan ornamen itu. Tombol rahasia? Pikiran itu nampaknya langsung mendapatkan jawaban ketika Peta Midgard terangkat. Sesuatu yang menakjubkan mata. Sungguh tak terkira oleh Kael dan teman-temannya.



    "I... Ini..", Kael yang terkejut mundur beberapa langkah

    "Mustahil!", Jawab Jo

    "Ini bukanlah mimpi, inilah "Rahasia Terbesar" dari, Hall of Denker und Entdecker der Zeit", Kata Jachz



    Tergambar Midgard, Valhalla, dan Jortmundgard. Sangat jelas dan sangat nampak seperti asli.



    "Tak bisa dipercaya, tiga dunia terlihat dari sini", Ucap Seyren

    "Kalian tak nampak akan sesuatu?", Tanya Jachz

    "Kenampakan apa Professor?" Tanya Kael.



    Jachz menggelengkan kepala, sambil menghadap ke Kael. Kael terkejut dan berfikir apakah aku dikatai bodoh lagi? Tidak. Jachz maju ke depan. Menunjukan hal kecil yang tak disadari sebelumnya oleh mereka. Sebuah garis hitam membujur dari Jortmundgard, menuju titik Timur Laut dari Midgard.



    "Apa maksudnya semua ini?", Tanya Kael.

    "Perhatikan baik-baik"



    Selintas garis hitam itu hanyalah garis hitam biasa. Ya Jachz mungkin juga akan berfikir seperti itu. Tapi itu hanyalah pemikiran orang-orang bodoh.



    "Garis itu, lihatlah tempat jatuh dari garis itu", Jachz menunjuk tempat berakhirnya garis misterius yang berasal dari Jortmund tersebut.

    "Tepat di Timur Hugel, itu artinya..", Kael berusaha meneruskan kata-katanya

    "Kuil Agung Dewa Odin", Jawab Eremes.

    "Yah benar. Sejak ratusan tahun, Jortmundgard, Midgard, dan Valhalla selalu beriringan. Valhalla adalah kekuasaan tertinggi, Midgard adalah tempat peraduan, tempat kita. Jortmundgard, tempat para raksasa dan iblis tinggal. Semua itu seimbang sampai terjadilah tragedi misterius di Kuil Agung Dewa Odin"



    Ke enam pemuda itu tak bergerak mendengar cerita Jachz, berharap akan sesuatu yang lebih dari cerita sejarah yang dianggap dongeng anak kecil yang memuakkan itu.



    "Kuil itu tak nampak di siang yang terang di pertengahan Musim Panas. Hari cerah, cukup cerah untuk menyaksikan kuil indah itu. Namun itu tidak. Siang itu, suara tangisan terpecah, jeritan terdengar dari arah kuil, dan seketika, Laut Utara menjadi merah"



    Kael, Nia, Jo, Margaretha, Seyren, dan Eremes hanya terdiam seribu bahasa.



    "Entah apa yang terjadi, namun setiap keturunan para penghuni Kuil selalu didatangi pesan berdarah tentang Fallen Angel, termasuk kau, Kael"



    Kael berubah menjadi paranoid, berkeringat nampak mengalami ketakutan yang sangat berlebihan untuk seorang Ritter, Ingat akan pesan di tengah perayaan Hari Dewa Odin.



    "Ibumu, adalah seorang High Priest yang mengabdikan hidupnya di Kuil setelaj melahirkan dirimu. Sebetulnya, ayahmu telah melarangnya pergi, namun ibumu tetap memaksa dan tidak menghiraukan ayahmu. Sampai saat ini ia tidak kembali"



    Suasanapun hening sejenak, saling menatap -terutama menuju Kael-



    "Ada yang kau ketahui Professor, mengapa ia tidak kembali?"



    Jachz menggelengkan kepala mengisyaratkan bahwa ia tidak mengetahui apapun tentan Ibu Kael.



    "Maafkan aku nak"



    Kael berkaca-kaca, menitikkan air mata mendengar cerita dari Jachz.



    "Tenanglah..", Margaretha menenangkannya dari belakang.



    Jachz kembali melanjutkan penjelasannya ditengah suasana yang hening itu



    "Sekarang, Garis ini adalah penghubung masuknya Monster dan Iblis serta Para Jortmund ke dunia. Mungkin mereka berfikir, dengan hancurnya Midgard, maka Valhalla akan turun sederajat dengan Midgard"

    "Lanjutkan Professor..", Kael sudah nampak tenang.

    "Kuil saat ini mungkin sudah dalam keadaan hancur, dan dikuasai Jortmund dan para Iblis. Untuk itu aku akan memberi kalian sesuatu disini"



    Berbalik menuju seberang dari peta Midgard, Jachz menuju dinding yang berisikan rak buku tua dan tumpukan gulungan kertas. Menekan sesuatu dan mengambil satu kotak yang nampak usang.



    "Apa itu professor?", Tanya Margaretha

    "Bawalah kotak ini, ini adalah Segel Suci, lebih baik jika dibawa untuk menyegel pimpinan mereka. Di dalamnya juga terdapat hasil penelitian dari rekan-rekanku, penghuni aula ini. Mungkin akan berguna jika digunakan pada saat yang tepat", Kata Jachz



    Jachz memberikan kotak tua itu kepada Kael, dengan wajah penuh harap kepadanya.



    "Aku yakin kalian bisa", Kata Jachz

    "Pasti Professor, kami akan kembali kemari", Ucap Jo

    "Aku akan menunggu itu..."



    Mereka pun meninggalkan Hall of Denker und Entdecker der Zeit. Dengan mendapat sedikit informasi tentang apa yang akan mereka hadapi. Jortmund, bangsa raksasa yang keras dan kejam, serta ancaman dari Iblis pengganggu dunia yang bekerjasama dengan para Jortmund. Hanya pengharapan dan keajaiban yang mereka pikirkan untuk menyelesaikan masalah ini. Dan mentari esok akan enggan bersinar jika pengharapan itu mati, padam oleh kekalutan hati yang selalu menyerang.

    •Darah dan Kenangan•



    Akhirnya saat itu tiba. Di penghujung musim dingin yang kering, Jachz melepas enam pemuda itu menuju Kuil Agung Dewa Odin. Tak nampak kesedihan lagi di wajah Kael. Itu cukup membuat Jachz tenang.



    "Kalian sudah siap?"

    "Baik, kami siap professor.."



    Setelah benar akan kesiapan mereka, akhirnya mereka meninggalkan kota Hugel. Lambaian tangan Jachz menandai kepergian mereka menuju Kuil itu. Tak nampak lagi. Sudah jauh mereka berjalan, meninggalkan kota yang sunyi dan tentram seperti Hugel.

    Disaat hari cerah, mereka harus segera menuju ke Pelabuhan Timur kota Hugel. 15 menit berjalan kaki menyusuri hutan dan sungai ke arah timur Hugel. Sesuai dengan bimbingan Jachz, mereka menuju sebuah pelabuhan -atau nampak seperti dermaga tua- di timur Hugel.



    "Kau yakin ini tempatnya Kael?"

    "Seharusnya ia Jo, Professor Jachz bilang, ini tempatnya. Seharusnya dermaga ini adalah pelabuhannya"



    Belum habis percakapan mereka terdengar suara terkekeh. Mengerikan. Seperti suara setan yang haus darah.



    "Sial, Siapa kau!",Teriak Kael.



    Sesosok lelaki tua muncul dari kegelapan hutan Hugel. Dari arah gubuk tua di tepi muara sungai.



    "Entah ada apa dengan kota ini, kita selalu dikejutkan dengan orang tua!", Kata Kael



    Sesaat mereka bersiaga dengan senjata mereka.



    "Tenanglah anak muda, aku penjaga dermaga tua ini", Kata Pak Tua itu muncul dari bayangan hutan

    "Maaf mengejutkan, namaku Jeffersson"



    Kael, Eremes, Nia, Margareth, Jo, dan Seyren menurunkan senjata mereka.



    "Maaf atas kelancangan kami Pak Jeffersson", Seyren meju meminta maaf

    "Tidak perlu, aku juga mengejutkan kalian", Sahut Jeffersson, "Mari ke gubukku sebentar"



    Mereka perlahan berjalan melewati jembatan di atas muara sungai Schrenshon yang terkenal akan kemurnian airnya. Menaiki beberapa anak tangga dan sampailah di sebuah gubug tua di atas bukit kecil.



    "Tempat ini bukan seperti gubuk", Celetuk Jo "Ini seperti mercusuar"



    Jeffersson tersenyum, bahagia ada orang yang menyadari akan hal itu.



    "Kau anak cerdas nak, ini dulu memang sebuah mercusuar, mercusuar sederhana", Kata Pak Jeffersson, "Aku adalah keturunan dari penjaga mercusuar ini, Mercusuar kehidupan", kata Jeffersson

    "Mercusuar kehidupan yah?",celetuk Kael "Biar aku berspekulasi, mercusuar ini tak dipakai setelah kejadian di Kuil Agung Odin, benar begitu bukan?"



    Jeffersson terdiam sejenak, memandangi wajah ke enam pemuda itu.



    "Kalian semua, pasti telah mengetahui tentang kejadian mengerikan itu. Dulu, disini adalah sebuah pelabuhan, pelabuhan bagi orang-orang yang ingin menuju ke Kuil Odin. Pelabuhan ini ramai saat aku kecil dulu, banyak Priest dan High Priest yang menyebrang kesana untuk mengabdi kepada Dewa Odin. Sungguh pemandangan yang menyenangkan, bisa melihat senyuman mereka", Jeffersson bercerita tentang masa lalunya

    "Lalu apa yang terjadi?", Tanya Seyren

    "Malam itu, ketika musim panas memasuki masa tercerahnya, terdengar suara jeritan dan tangisan dari arah kuil. Aku hanya menutup telingaku. Ketika itu aku sudah remaja dan ayah serta ibuku telah tiada. Aku miris mendengarnya. Sungguh menyayat hati. Aku tak bisa keluar dari mercusuar ini", Kenang Jeff dengan sedikit air mata.

    "Ayolah Pak Jeff, jangan bersedih", Margareth dan Nia berusaha menghiburnya

    "Iya", Jeff mengusap air mata di kelopak mata tuanya yang berkeriput itu. "Sejak saat itu, pelabuhan ini menjadi sepi, tak ada lagi orang yang menyebrang kesana. Dan Mercusuar ini pun berubah menjadi bangunan tua yang tak berguna lagi.", kenang Jeff



    Mereka semua terdiam, menelaah cerita sedih sang penjaga mercusuar. Mereka berusaha menyadari serangkaian kisah yang diceritakan, mulai dari Kiel, Jachz dan akhirnya Jeffersson. Semua cerita itu sama persis dan tidak ada celah perbedaan yang berarti.



    Suasana hening itu kemudian terpecah ketika Jeffersson melanjutkan ceritanya.



    "20 tahun yang lalu, ada kelompok penelitian dari akademi Juno yang menyebrang menuju Kuil Odin. Dan ada seorang wanita diantara mereka", Jeff melanjutkan ceritanya



    Mendengar hal tersebut Kael bangkit dari duduknya. Kemudian berteriak dengan raut wajah membara



    "Siapa wanita itu pak Jeff?"

    "Entahlah, yang jelas kepergiannya diantar oleh seorang lelaki yang mungkin suaminya dan seorang anak kecil"

    "Ibu...., itu ibu.."Kael menggumam, "Apakah mereka kembali?", Kael lanjut bertanya



    Jeff menggelengkan kepala, menandakan tak akan memberikan jawaban yang sesuai dengan harapan Kael.



    "Tidak ada yang kembali, hanya seseorang dari peneliti akademi. Iapun sudah terluka parah dan meminta aku mengantar sebuah kotak tua kepada Jachz di Hugel. Belum sempat aku menanyakan keadaan yang lain, ia sudah tewas"



    Kael bersedih kembali, galau akan hatinya mendengar cerita Jeffersson



    "Setelah saat itu, sering terdengar tangisan, dan seiring dengan itu, laut menjadi merah darah..", Lanjut Jeffersson.



    Kael telah mantap dalam hatinya.



    "Baiklah teman-teman, hari ini juga kita berangkat menuju Kuil Odin"



    Jeff tersentak, lantas tertawa terbahak-bahak.



    "Haha.., apa yang akan kalian lakukan? Bunuh diri? Jangan sia-siakan hidup kalian hey anak muda!"



    Kael pun akhirnya naik pitam



    "Diamlah! Kami memang datang kemari untuk tujuan itu! Kami ingin menuju ke Kuil Odin, dan ini adalah satu-satunya jalan menuju ke sana! Berikan kami perahu untuk menuju ke Kuil!", Bentak Kael

    "Tenanglah Kael..", Nia berusaha menenangkan



    Jeff diam. Kaget akan semangat anak muda ini.



    "Aku tak punya perahu yang baru, hanya perahu tua yang sering aku gunakan untuk melaut mencari ikan. Itu mungkin akan cukup untuk kalian berenam.", Kata Jeff

    "Terima kasih pak Jeff, itu sudah cukup", Kata Margareth

    "Namun aku tak bisa menjamin akan keselamatan kalian.."

    "Kami bisa menjaga diri", Sahut Jo

    "Apakah kami nampak seperti anak-anak?", Timpal Eremes

    "Baik-baik, akan kupinjamkan perahu untuk kalian. Tapi berjanjilah untuk membawanya kembali, karena ini satu-satunya perahu milikku!", Kata Jeff

    "Ya, aku berjanji", Kata Kael.



    Mereka pun berjalan keluar gubuk -Atau sebut saja Mercusuar- menuju ke dermaga. Disana ada sebuah perahu, tak cukup besar. Perahu berlayar tunggal dengan kapasitas untuk menangkap ikan. Perahu tua ini adalah milik Jeff yang ia buat ketika ia masih muda dahulu.



    "Aku tak bisamemberi apa-apa. Hanya lentera ini"



    Jeff kemudian menaruh sebuah lentera berukir bertuliskan 'Odin'



    "Itu adalah lentera yang dibawa peneliti yang kembali kemari, mungkin itu milik Kuil"



    Seyren mengangguk menerima lentera itu.



    "Itu telah melindungiku selama melaut. Semoga juga pada kalian!" Kata Jeff



    Kata-kata itu melepas kepergian mereka berenam menuju ke Kuil Odin. Dengan bimbingan sebuah lentera. Hari beranjak gelap ketika mereka sudah tak terlihat lagi dari dermaga tua itu. Jeff berharap tak akan terjadi apa-apa kepada mereka. Sebuah pengharapan, yang diwakilkan kepada Lentera Tua 'Odin' yang akanmenggantikannya membimbing para ksatria itu menuju Kuil.

    •Laut•​



    Matahari sudah pergi dari singgasananya ketika 6 ksatria muda Midgard meneruskan perjalanannya dengan perahu milik Jeff. Cahaya bulan sebetulnya cukup terang untuk memandu jalan mereka. Namun tetap lentera tua itu mereka nyalakan untuk berjaga-jaga.



    "Kael, nyalakan", kata Margareth

    "Baiklah", Sahut Kael. "ERSTE! FIRE BOLT!"



    Seketika itu pula keluar api di tangan Kael. Untunglah ia seorang Professor. Dapat mengendalikan bolt sejumlah yang ia inginkan. Setelah mengambil satu titik api di tangannya, ia lantas menyalakan api di dalam lentera tua itu.



    Sejenak lentera itu bersinar seperti biasa. Untuk lentera yang berumur tua nyalanya sangat terang!. Ikan di air pun nampak oleh cahaya lentera. Ketika cahaya bulan tepat di atas mereka...



    "Klak, Klak, Klak, Klak!!", Terdengar suara mengagetkan dari arah lentera.

    "Apa itu", Eremes segera menengok ke arah lentera

    "Kael! Kau apakan lenteranya!", Tanya Seyren

    "Mana aku tahu?", Kael menggerutu



    Tiba-tiba cahaya lentera itu tidak menyebar lagi, melainkan menunjuk ke satu arah yang lurus dan memandang jauh. Sangat lurus, tanpa celah sedikitpun.



    "Apa maksudnya ini?", Jo bertanya-tanya



    Hening sejenak. Kemudian..



    "Lihat, cahaya itu memancar dari kaca yang berukirkan tulisan 'Odin'!", Nia Memecah kesunyian

    "Ah, benar!", sahut Kael

    "Apa maksudnya Kael?", Tanya Jo

    "Menurut prediksiku, itulah arah menuju Kuil!", Kata Kael

    "Kau yakk...",



    Belum selesai Margaretha berbicara, mereka dikejutkan dengan Kabut dan kondisi sekitar laut yang tiba-tiba menjadi suram.



    '"Sial! Apa lagi ini", Seyren menggertak



    Dari kabut keluar sebuah kapal bajak laut tua. Sudah rapuh dan layarnya terkoyak oleh sesuatu. Dan disekitar mereka, banyak kapal-kapal yang tenggelam. Suasana tambah mencekam ketika nampak siluet hitam dari atas kapal.



    "Apa itu?", Tanya Margareth

    "Captain Drake!", Kael dengan tenang berucap, entah shock atau memang ketenangan seorang professor.

    "Akh, Ha Ha Ha....", Suara tawa bajak laut yang khas dan keras keluar dari mulut Drake

    "Sial!, Menyingkir!!", Perintah Kael



    Sesegera mungkin mereka menyingkir dari kapal tua yang mereka naiki.



    "Naik ke atas!", Teriak Kael



    Semua tercengang dan memandang Kael.



    "Pertarungan tak akan imbang jika kita tidak menyamai mereka!", Teriak Kael.



    Nampak mengerti, mereka berenam segera naik ke atas Kapal Bajak Laut.



    "Margareth, lindungi aku!", Perintah Jo yang langsung mengeluarkan Tameng serta Pedang Suci miliknya

    "Baik", Margareth mengangguk, "BLESSING! STEIGERN AGILITY!", Margareth mengeluarkan Biblenya dan mengarahkan mantra Suci kepada Jo

    "Krashhh!!!", Suara benturan Pedang Jo dan Hook Captain Drake menandakan mulainya pertarungan di atas 'Sunken Ship'.



    Namun pertarungan itu mendadak tidak imbang, ketika pasukan tengkorak pembunuh muncul.



    "Wanderer!", Teriak Eremes

    "With The Bless of Thor! KYRIE ELEISON!!, Margareth mengarahkan perlindungan Suci kepada Jo, "Holy Spirit, ASPERSIO!!", Dilanjutkan Margaretha menyriamkan air suci ke senjata Jo, Eremes, Seyren, ia, dan Kael.

    "Mundur! BOWLING BASH!!", Seyren menjatuhkan pedangnya dan memundurkan Wanderer dari tempat bertarungnya Jo dan Captain Drake.

    "Sekarang giliranku", Teriak Kael

    "MEMORIZE! Spirit, DOUBLE CAST!!", Kael mulai membaca Buku yang berisi Spell dari Professor, "STONE CURSE!", Kael mengarahkan kutukan kepada Captain Drake dan seketika itu pula tubuh Drake membatu.

    "Bagus Kael!", Teriak Jo



    Tapi keadaan itu tidak lama, Hook Captain Drake berayun dan menggores wajah Jo



    "SIAL!", Teriak Jo

    "HEAL!", Margareth mengirimkan mantra penyembuh kepada Jo

    "Soul Scene, SAFETY WALL!!", Kael memberikan dinding pertahanan kepada Jo, sehingga tak tertembus sementara waktu oleh Drake.

    "Khe khe khe, Ha ha ha ha!!", Drake berayun, mengeluarkan pelepasan dan pemanggilan.

    "Menyingkir, itu skill Kutukan!", Kata Kael. "Enlightend! LAND PROTECTOR!"



    Lantai berubah menjadi penjara bagi Drake, mengunci pelapalan manteranya. Sementara mereka berusaha menekuk Drake, Seyren dan Eremes nampaknya bisa mengatasi gerombolan Wanderer.



    5..,6..,10.., 25 Wanderer mereka jatuhkan. Keadaan unggul untuk ke enam Ksatria ini.



    "Nia, sekarang!!, Teriak Kael.

    "Baiklah", 'Klang-Klang', Suara Botol Biochemist itu mulai berbunyi. Nia menyulut api di salah satu botol itu. "Dengan ini berhentilah sudah perlawananmu, Captain Drake!!", Teriak Nia. "ACID DEMONSTRATION!!", Sepasang botol itu dilemparnya ke arah Drake. Jo yang berada di depan pun bergerak mundur walau masih ada Safety Wall di depannya. Dan..

    "BOUMMM......!!!", Kedua botol itu meledak tepat di depan Drake.

    "Kha kha, akhakahahakahahk!!!", Suara tawa itu menyertai perginya bayangan hitam ke atas langit. Menyisakan kerangka Drake yang tercerai berai di Dek Sunken Ship.

    "Ada apa sebetulnya, huh!", Gerutu Jo

    "Kenapa Sunken Ship bisa sampai ke tempat ini?", Tanya Kael

    "Garis Hitam itu", Eremes berbicara

    "Maksudmu garis hitam itu memanggil mereka?", Tanya Margareth

    "Ya, mungkin saja, lihatlah suasana sekitar. Nampak tak bersahabat", Kata Eremes

    "Baiklah, lupakan ini sejenak. Kita kembali ke Perahu Jeff



    Mereka meninggalkan dek kapal bajak laut tua itu dan kembali ke Perahu Tua milik Jeff. Dengan lentera yang masih menyala dan menunjuk ke arah yang sama. Tetap lurus dan tak terganggu apapun. Mereka bergegas meninggalkan kapal mengerikan itu. Belum jauh mereka pergi dari kapal itu..



    "Dimana Kapal tadi?", Kael bertanya dengan panik

    "Hilang?", Nia mnunjukkan wajah tak percaya



    Ya. Kapal itu menghilang dari pandangan mereka sesaat setelah mereka meninggalkannya. Aneh. Seluruh Ksatria ini pun kebingungan akan hal itu. Tercengang.



    Ketika masih dalam rasa bimbang, merekapun disambut oleh Pulau yang nampak besar dengan mercusuar di ujung pulau itu. Nampak mati. Dua menara di puncak bukit itu kiranya menjelaskan akan sesuatu.



    "Teman-teman, selamat datang di Kuil Agung Dewa Odin", Ucap Kael.



    Kuil yang nampak runtuh dari kejauhan, namun masih menampakkan kemegahannya. Suasana hening dan sunyi datang dari arah kuil. Dengan berbalut kabut dan cahaya bulan, Kuil itu seolah berkata, 'Tolong selamatkan aku...'

    •Kuburan•​



    Tiba di Kuil Odin. Suasana yang suram dan mengerikan. Menara tinggi di ujung pulau -nampaknya dulu sebuah mercusuar-, rapuh, hancur, dan tak terawat. Tanah pulau itu pun banyak tercecer bekas darah. Sungguh mengerikan. Tak dapat diayangkan apa yang terjadi di sini sehingga noda merah itu bak cat yang menghiasi sebuah lukisan.



    "Tempat macam apa ini...", Gumam Jo

    "Inilah Kuil Odin", Jawab Seyren

    "Mengapa seperti ini?", Tanya Margareth

    "Entahlah, ayo segera ke kuil!", Perintah Kael



    Mereka berenam berjalan menyusuri jalan setapak di tepi pulau. Jalan setapak itu masih terlihat bagus. Disusun dari bebatuan yang sangat indah. Jalannya semakin menanjak ketika sudah mencapai beberapa langkah dari tempat mereka berlabuh.



    "Hey, kalian merasakan sesuatu?", Tanya Nia

    "Tidak. Sampai saat ini", jawab Kael



    Entah apa yang dirasakan Nia. Nampaknya ada sesuatu yang mengganjal dan membuatnya merasa ketakutan. Seperti diikuti. Diancam.

    Setelah beberapa lama berjalan, mereka sampai di kapel kecil di tengah bukit. Dari sana kabut gelap masih tebal. Suasana langit abu-abu seolah menandakan kesuraman Kuil yang telah lama tertinggal ini.



    "Kita harus kemana lagi Kael?", tanya Margareth

    "Aku tidak tahu", Jawabnya tanpa dosa



    Margaretha hendak marah dan memukul Kael. Namun hal itu terbatalkan oleh Jo



    "Hey teman-teman, lihat ini!", ucap Jo



    Mereka berenam pun langsung menuju keluar kapel dan menuju sebuah papan batu tua yang ukurannya cukup besar.



    "Nampaknya ini penunjuk jalan", Kata Seyren

    "Nampaknya juga begitu", ujar Eremes

    "Tapi dengan bahasa kuno. Tak terbaca", Nia tampak kecewa



    Tak lama setelah itu, muncul 2 orang dengan jubah hitam. Berjalan dari kepekatan kabut menuju kapel tersebut. Wajahnya tertutup oleh tudung kelapa yang menjadi satu dengan jubah hitam mereka.



    Sungguh mengejutkan. Professor Kiel, Jachz, bahkan Jeff bilang, tidak ada lagi yang hidup di pulau ini. Tapi pada kenyataanya? Kenyataan?



    "Siapa mereka?", tanya Jo

    "Yang jelas bukan manusia", jawab Kael, "Persiapkan senjata kalian!", Perintah Kael



    Benar saja. Melihat Kael dan teman-teman mengeluarkan senjata, kedua orang ini langsung membuka tudung kepala mereka.



    "Tengkorak!", Teriak Nia



    Dengan wajah terkekeh, kedua tengkorak ini langsung datang dan menyerbu mereka berenam. Sebuah Schyte empat sisi yang tiap ujungnya berwarna merah darah keluar dari lengan kanan Salah satu tengkorak itu. Dan yang satu lagi mengeluarkan sayap hitam di punggungnya.



    "Ghrooul, Ghrooul", Suara mereka tak jelas

    "Soul Scene, SAFETY WALL!!", Kael mulai merapal manteranya



    Untung tepat pada waktunya, Safety Wall Kael melindungi ke 5 temannya dari serangan mendadak itu.



    "Jo, Serang!", Perintah Kael



    Jo segera mengeluarkan tamengnya dan pedang suci miliknya.



    "AUTOGUARD!", Jo memasang tameng dan memposisikannya seperti Seorang Sparta



    Suara pertempuran mulai terdengar. Jo dan Kael berusaha menahan Tengkorak yang membawa Schyte. Wajah tengkorak itu nampak tak berekspresi sama sekali. Dengan membabi buta mengayunkan Schyte miliknya ke arah Jo.



    "Enchant Deadly Poison...", Eremes mulai beraksi

    "Holy Spirit, ASPERSIO!!, Margaretha memberikan bless air suci kepada 5 temannya

    "Sonic Blow", Dengan suara lembut dan tenang khas Assassin, Eremes mulai melancarkan serangan kepada tengkorak bersayap itu.

    "BASH!", Seyren datang membantu, dan untuk beberapa saat berhasil membuat Tengkorak bersayap itu terkena Stun



    Sementara Eremes, Jo, Kael, dan Seyren bertarung, Nia dan Margaretha bersiap membantu dari belakang.



    "Call Homunculus, Birth! Vanlimirth!!", Nia mensummon Homunculusnya, menyerang ke arah Tengkorak bersayap dengan listriknya



    Crashhh!!! Jo terkena Schyte dan menghancurkan armor lengan kirinya.



    "JO!", teriak Kael, "Sial! Margaretha bantu Jo!"



    Margaretha mengangguk dan segera membantu Jo. Dengan Heal dan Kyrie Eleison



    "MEMORIZE, Spirit, DOUBLE CAST!!", Kael merapal buku manteranya, "With the spirit of Ymir, SOUL SIPHON!"



    Seketika itu juga, Kael mengarahkan penyerapan tenaga kepada Tengkorak dengan Schyte itu. Dan seketika itu juga tengkorak itu langsung terhuyung melemah.



    "Sekarang, Jo!", Teriak Kael

    "Bless of Prontera, GRAND CROSS!!", Jo mengeluarkan jurus suci, yakni dengan mengeluarkan palang suci raksasa dari dalam tanah. Dengan mengorbankan sedikit tenaganya, dia menghancurkan Tengkorak dengan schyte merah. Tengkorak itu tergeletak.



    Sementara itu, Eremes dan Seyren masih tetap melawan Tengkorak berkepala putih. Eremes sudah terluka di beberapa bagian tubuhnya



    "AID CONDENSED POTION!!", Nia melemparkan botol potion ke udara, mengobati luka-luka Eremes.

    "Finishing! ACID DEMONSTRASION!!", Nia melemparkan botol racun dan molotov ke arah monster. Eremes dan Seyren mundur dengan cepat. Begitu juga dengan Vanlimirth milik Nia.

    "BOUMMMM!!!!", Tengkorak itu pun tergeletak.

    "Sial, apa ini sebenarnya?", Tanya Kael



    Tiba-tiba, aura hitam dari tubuh mereka terangkat keluar. Meningalkan wujud tengkorak itu dan menjadi sepasang laki-laki dan perempuan dengan jubah putih. Terluka parah.



    "Margaretha, obati mereka!", Perintah Kael

    "Ta..Tapi...", Margareth meragu

    "Siagakan saja senjata kalian, dan tetap siaga"



    Margaretha mengangguk, mengobati mereka berdua. Menaruhnya di dalam Kapel dan mulai ada tanda-tanda sembuh dari kedua orang ini.



    "Dimana kami....", Ucap seorang diantara mereka

    "Kau aman kawan. Kau ada di kepal tua di Kuil Odin.

    "Kita selamat...", ucap salah seorang lainnya

    "Katakan, apa yang terjadi... Kenapa Kalian bisa berwujud seperti itu, dan mengapa kalian terluka parah!", Tanya Kael



    Kedua orang itu terdiam, dan mulai bercerita



    "Orang itu...., besar, bersayap...., bagaikan malaikat, namun dengan pedang neraka di tangannya!"

    "Apa maksudmu? Dan dimana dia?", Tanya Seyren

    "Di puncak Kuil, di Singgasana Agung, dia... di...",



    Belum sempat mereka berdua lanjut bercerita, mereka telah meninggal. Mungkin karena luka yang diterima terlalu parah. Bukan salah pertarungan tadi karena mereka berwujud tengkorak dan menyerang dengan ganasnya.



    "Lalu kemana jalan ke puncak Kuil itu Kael?", tanya Nia

    "Entahlah", ucap Kael



    Mereka segera membaringkan kedua orang itu dibelakang kapel. Menguburnya, dan berdo'a untuk mereka.

    Sesaat sebelum kembali ke kapel, terlihat jalan setapak lagi yang naik menanjak menuju ke atas bukit pulau ini.



    "Teman-teman. Lihat!", Seyren menunjuk ke arah jalan setapak yang menanjak itu

    "Nampaknya, itulah jalannya", kata Kael



    Merekapun segera meninggalkan kapel dan terus berjalan menyusuri jalan setapak itu. Berjalan berteman kabut dan langit suram abu-abu. Sungguh suasana yang mencekam. Dari kejauhan nampaklah bangunan besar di puncak bukit. Terpisah oleh jurang yang dalam. Dan terhubung oleh jembatan batu tua. Sebelum jembatan itu ada sebuah taman, yang sudah tak terawat dan nampak mati. Dan papan nama yang bertuliskan 'Odin Temple'.

    I​

    Di taman yang mati itu, sejenak mereka beristirahat. Nampak deretan bunga Adonis dan Abicus yang mengering.



    “Pasti sudah lama ditinggalkan”, ucap Kael

    “Kau bercanda? Sudah pasti tempat ini sudah ditinggalkan sejak lama”, Jo menimpali



    Disaat gelak tawa menyelubungi mereka, muncul sekelompok makhluk. Poring? Tidak mereka berwarna hitam, berbentuk kotak. Dengan sayap kecil berwarna ungu gelap dan sepasang tanduk berjalan beriringan.



    “Hei Kael, makhluk apa itu?”, Tanya Seyren.

    “Entahlah, mungkin satu keluarga dengan Poring”, Sahut Kael dengan wajah cuek sambil membaca bukunya



    Merasa tak ada bahaya, Nia mendekati makhluk itu bersama Margareth. Mengulurkan tangan mereka untuk menyentuh tubuhnya. Sesaat sebelum tangan mereka meraihnya, Kael melemparkan buku yang dibacanya dan menghindarkan tangan Nia dari Poring berwarna ungu itu.



    “Apa maksudmu?”, Tanya Nia Kesal

    “SKEGGIOLD! MUNDUR!”, Kael berteriak dan membuka Spellbook miliknya



    Belum terlalu jauh Nia dan Margareth mundur, Wajah Skeggiold itu tersenyum sinis dan...



    “DUARRR”



    Lightning Storm? Kaki Nia terkena, dan tidak dapat bergerak.



    “Tolong..!” Nia berteriak,



    Eremes, mengambil katar miliknya dengan sigap menerjang Skeggiold di depan Nia. Namun usahanya sia-sia.



    “Safety Wall?”, Eremes tercengang, dan tanpa ampun Skeggiold membenturkan tubuhnya sehingga Eremes terlempar jauh dan terluka parah



    “Makhluk macam apa kau ini?”, Kael seketika itu pula menghentikan langkahnya.



    Skeggiold merasa ada kesempatan untuk menyerang Nia, karena memang tak ada orang lagi di sekitar Nia.



    “Tidak secepat itu, memangnya kalian saja yang punya Safety Wall?”, Dengan spell circle di sekitar Kael, spellbooknya mulai melayang bersamaan dengan tubuhnya

    Dengan aura merah khas seorang Professor, Kael mulai merapal manteranya

    “Soul Scene, SAFETY WALL!” seketika itu muncul dinding transparan berwarna putih yang melindungi Nia dari serangan Skeggiold

    “Suelo, HEAVEN’S DRIVE!” Tanah bergetar merayap menuju ke arah Nia, “REVERSE!” Tanah kembali membawa Nia ke tempat yang aman “ATAQUE!”, Tanah kembali bergemuruh dan menyerang Skeggiold.

    Namun sayangnya serangan itu bagai bulu yang menghantam tameng baja, Skeggiold-skeggiold itu tak tergores sedikitpun.



    “Jo, Margaretha!”, teriak Kael

    “Holy spirits, ASPERSIO! With the blessing of Thor, KYRIE ELEISON!”, Margaretha melemparkan air suci kepada Jo dan langsung membasahi Tsurugi miliknya. Ia kemudian berlari ke tengah-tengah kerumunan Skeggiold.

    “Holy Notes, GOSPEL!” Seketika itu pula muncul cahaya mleingkari Skeggiold dan langsung melukai mereka selama beberapa waktu. “Seyren, sekarang!”



    Seyren berlari kencang, mengangkat Schweihander miliknya yang sudah diberi Aspersio. “AURA BLADE!” Pedang Seyren menyala, dan ketika sudah berada di depan para Skeggiold, “BOWLING BASH!”



    Sebelum mengenai para Skeggiold, salah satu Skeggiold nampak akan merapal mantera safety wall. Kael yang menyadari hal ini langsung merapal manteranya kembali.



    “SPELL BREAKER!”, 5 cahaya putih meluncur dan mengenai Skeggiold yang sedang spelling mantra

    dan sesaat setelah itu, Bowling Bash Seyren mengenai mereka, dan menyisakan 1 Skeggiold lagi.

    “Ini tugasku!” Teriak Kael. “Light of Freya, SOUL STRIKE!” Tujuh cahaya putih meluncur menuju Skeggiold terakhir dan merusak sayap serta separuh tubuhnya.



    Nia, yang masih terluka, berdiri dan mengambil Botol Alchemy miliknya. Sebuah botol racun dan sebuah botol molotov.

    “Final Stance, ACID DEMONSTRATION!”,



    Sesaat setelah kedua botol itu meledak, Skeggiold terakhir berubah menjadi berkeping-keping.



    “Tempat ini sangat misterius, lebih baik jika kita melanjutkan perjalanan”, ucap Margaretha



    Setelah Margaretha memulihkan seluruh temannya, mereka kembali berjalan. Namun belum lama berjalan mereka sudah dibuat terkejut lagi.



    “Sial”, ucap Kael



    Jembatan batu yang menghubungkan taman tua Odin dengan Kuil Odin dipenuhi Frus dan Skogul. Dengan tawa menyeramkan, dan jubah hitam mereka yang berlumuran darah, mereka mulai menangkat Schyte mereka.



    “Cih, baru saja kita habis, sudah dihadang lagi!” Gumam Jo



    Tak ada jalan lain, hanya jembatan itu satu-satunya jalan menuju Kuil. Di balik bayangan Kuil yang mulai terbentuk oleh matahari senja, pertarungan antara Hidup dan Mati dimulai

    ****

    :maaf: Sekian dulu, sisanya tar diupdate :peace:
    Reader yang baik selalu meninggalkan Kritik dan Sarannya,:peace:
    Mohon kritik dan saran yang membangun ya:haha:

    :xiexie:Makasi Uda Mampir:xiexie:
     
  2. Ramasinta Tukang Iklan

  3. vrouw Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Jul 16, 2011
    Messages:
    60
    Trophy Points:
    6
    Ratings:
    +3 / -0
    masih bingung bacanya kk.. tapi kayaknya seru sih.. coba baca sekali lagi deh
     
  4. otnevra Members

    Offline

    Silent Reader

    Joined:
    Sep 7, 2010
    Messages:
    13
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    wah contentnya lmyn berat jg tapi lmyn menarik buat dibaca.....
     
  5. hodzill Members

    Offline

    Beginner

    Joined:
    Jul 14, 2011
    Messages:
    237
    Trophy Points:
    16
    Ratings:
    +8 / -0
    gw sih suka maen RO jadi doyan

    kan kerasa bau2 ROnya gitu wkwkwk
     
  6. AnakBerau Members

    Offline

    Joined:
    Aug 22, 2011
    Messages:
    1
    Trophy Points:
    1
    Ratings:
    +0 / -0
    Loh gan?? mana lanjutannya??
    dah gak sabar nih gan... xixixi
     
Thread Status:
Not open for further replies.

About Forum IDWS

IDWS, dari kami yang terbaik-untuk kamu-kamu (the best from us to you) yang lebih dikenal dengan IDWS adalah sebuah forum komunitas lokal yang berdiri sejak 15 April 2007. Dibangun sebagai sarana mediasi dengan rekan-rekan pengguna IDWS dan memberikan terbaik untuk para penduduk internet Indonesia menyajikan berbagai macam topik diskusi.